Anda di halaman 1dari 24

DOSIS OBAT

• Dosis obat adalah banyaknya takaran suatu obat yang dikonsumsi oleh orang atau pasien, pemakaian
untuk dalam maupun luar
• Dosis obat yang harus diberikan pada orang atau pasien haruslah sesuai takaran karena memiliki efek
samping. Karena ditentukan oleh faktor umur, berat badan, jenis kelamin dan riwayat penyakit.
DI INDONESIA BERPEDOMAN MENENTUKAN DOSIS
OBAT MENGACAU PADA FARMAKOPE. ADA 2 JENIS
DOSIS OBAT MENURUT FARMAKOPE DI INDONESIA.

• Seperti dosis maksimal, yang dikonsumsi sekali dalam satu hari. Prakteknya, konsumsi obat berdosis
lebih maksimum masih wajar, dengan syarat bertanda seru (!) sekaligus tercantum paraf dokter dalam
penulisan resep dan memberi garis bawah nama obat, menulis banyak obat secara lengkap hurufnya.
• Sedangkan dosis lazim, memang petunjuk tidak mengikat, namun dikonsumsi sebagai pedoman umum.
Biasanya ditentukan dalam bentuk range minimum-maksimum/hari. Contohnya, CTM dosis lazim 6-16
mg/hari, sedangkan dosis maksimum 40mg/hari.
SELAIN 2 JENIS DOSIS OBAT, ADA JUGA BEBERAPA
MACAM-MACAM OBAT PERLU DIKETAHUI OLEH
SESEORANG FARMASI.

• 1. Dosis Terapi
• Adalah takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien pengguna
obat. Untuk mendapatkan ukuran dosis terapi yang bisa memerikan efek yang efektif, perlu dilakukan
pengukuran presentasi efek terapi yang diharapkan pada hewan uji.
• Misalnya, untuk mengukur dosis obat A, maka obat tersebut diberikan pada sejumlah hewan percobaan
dengan berbagai ukuran dosis. Kemudian dihitung jumlah hewan yang tertidur setelah setengah jam
obat diberikan. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada 50% hewan uji disebut ED50.
2. Dosis minimum
• Adalah takaran obat terkecil yang diberikan dan masih dapat menyembuhkan, serta tidak menimbulkan
resistensi obat. Untuk mengukur dosis minimum obat, perlu dilakukan pengukuran presentase efek
terapi. Selanjutnya dicatat ukuran dosis yang terkecil masih dapat memberikan efek terapi yang
diharapkan, namun tidak menimbulkan resistensi.
3. Dosis maksimum
• Adalah takaran obat terbesar yang diberikan dan masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
toksisitas atau keracunan pada penderita. Menurut FI edisi III, daftar dosis maksimum digunakan untuk
orang dewasa 20-60 tahun dengan berat badan 58 – 60 tahun.
4. Dosis toksik
• Adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan keracunan pada pasien. Untuk dapat
mengukur ukuran dosis toksis suatu obat, perlu dilakukan pengukuran persentase efek keracunan pada
penderita atau hewan percobaan. Dalam hal ini, yang diukur adalah gejala keracunan pada hewan uji.
Dosis yang dapat menyebabkan keracunan 50% hewan uji disebut TD50.
5.Dosis letal
Adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan kematian pada penderita. Terdapat 2
kategori dosis letal yakni:
– L.D 50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
• – L.D 100: takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan
KESIMPULAN

• Penentuan dosis obat menjadi hal utama dalam memberikan pengobatan pada pasien. Setiap obat
memiliki efek kerja berbeda serta respon pada penderita. Seorang apoteker dituntut untuk mampu
mengenali dan mengatasi masalah penggunaan obat, agar setiap pengobatan yang diberikan menjadi
efektif.
RUMUS MENGHITUNG DOSIS OBAT

Menghitung Dosis Obat Tablet, pil ataupun Kaplet


• Obat tablet merupakan obat bubuk yang terdiri dari satu ataupun lebih macam obat yang dipadatkan
dalam bentuk yang lonjong atau lempengan dan hanya dapat diberikan melalui oral, mulut atau bawah
lidah (subligual)
CONTOH

1.Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat memiliki sediaan 500mg.
Jawab:
250 mg / 500 mg = ½ tablet

2.Dokter meminta memberikan order resep “luminal tablet 5 mg, 3 dd 1 pulvus no. X.
Jawab:
Dalam contoh ini dokter ingin kita membagi satu obat tablet luminal 5 mg menjadi sepuluh bagian. Order
dari resep di atas adalah luminal tablet 0,5 mg, sedangkan sediaan obat adalah 5 mg. Rus yang dipakai
adalah:
Order dokter/ sediaan obat = 5 mg/10 = 0,5 mg.
MENGHITUNG DOSIS OBAT SIRUP

Obat sirup merupakan salah satu obat yang dilarutkan dalam air yang sudah diberikan tambahan eliksir
(pemanis) yang hanya dapat diberikan melalui mulut atau oral. Yang termasuk dari obat sirup yaitu obat
drop, obat suspensi, dan tentunya obat sirup.
• Untuk dapat menghitung dosis obat sirup menggunakan rumus:
CONTOH
Contoh
Dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat Sanmol Forte syrup ialah 240 mg tiap 5 mL.
Jawab:
120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = ½ cth
Rumus di atas juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang tidak harus menggunakan batas waktu
atau alat mesin syringe pump.
Contoh:
Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi untuk setiap 100 mL adalah 500 mg.
Jawab:
• 150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml
MENGHITUNG DOSIS OBAT SERBUK

• Obat serbuk merupakan salah satu jenis obat yang berbentuk bubukan dan harus dilarutkan dengan air
dan hanya bisa diberikan melalui intravena. Yang termasuk dalam obat serbuk ini yaitu obat-obatan
antbiotik seperti cefitriaxone, cefotaxim dan sebagainya. Untuk dapat menghitung dosis dari obat
serbuk, dibutuhkan kereatifitas untuk menmbahkan pelarutnya. Walaupun pada umumnya obat
antibiotik serbuk telah dilarutkan dengan 10c aquabides sebelum diberikan untuk pasien atau sebelum
dicampur dengan menggunakan cairan pelarut yang dudah lebih banyak lagi jumlahnya.
• Rumus untuk dapat menghitung dosis obat serbuk sama saja dengan menghitung dosis obat sirup. Kita
mempunyai kebebasan dalam melarutkan obat serbuk, tetapi hal yang harus diingat adalah jumlah
pelarut jangan sampai terlalu pekat ataupun sedikit. Apabila jumlah pelarut terlalu sedikit, maka pada
saat diberikan akan terasa sakit. Dan jangan pula terlalu banyak.
Ceftriaxone inj 3 dd 330 mg IV.
Jawab: 330 mg / 1000 mg X 10 cc = 3,3 cc
Pada contoh ini, kurang tepat bila kita memakai pelarut sebanyak 10 cc. Sebab jika kita akan menarik
cairan sebanyak 3,3 cc akan susah untuk mengukurnya. Maka akan lebih baik jika kita menggunakan
pelarut sebanyak 9 cc.
• Solusi Jawaban: 330 mg/ 1000 mg X 9 = 3 cc.
RESEP
1. Frekuensi penggunaan obat
2. ad lib: tidak terbatas, sesuai kebutuhan
3. bid: 2 kali sehari
4. prn: jika dibutuhkan saja
5. q: setiap
6. q3h: setiap 3 jam
7. q4h: setiap 4 jam
8. qd: setiap hari
9. qid: 4 kali sehari
• tid: 3 kali sehari
2. Waktu penggunaan obat
ac: sebelum makan
hs: saat tidur
int: di antara waktu makan
• pc: setelah makan
4. Dosis
i, ii, iii, atau iiii: dosis (1, 2, 3, 4)
mg: milligram
mL: milliliter
ss: satu setengah
tbsp: sendok makan (15 mL)
• tsp: sendok teh (5 mL)
5. Cara atau lokasi penggunaan obat
ad: telinga kanan
al: telinga kiri
c atau o: dengan
od: mata kanan
os: mata kiri
ou: kedua mata
po: diminum
s atau ø: tanpa
sl: sublingual (diletakkan di bawah lidah)
• top: dioleskan
MASUK KE TEORI RESEP

• Resep dapat diartikan sebagai permintaan tertulis dari seorang dokter atas sejumlah obat atau alat
kesehatan, kepada seorang apoteker di apotek. Lalu bagaimana kita, sebagai orang awam, dapat
membacanya? Berikut uraiannya.
1. Sebuah resep yang lengkap di antaranya harus mencantumkan nama dokter dan alamat prakteknya.
2. Harus menyertakan tanda R/ di resep. Tanda R/ ini singkatan dari Bahasa Latin, yakni Recipe, artinya
‘Ambilah’.
3. Di bagian R/ yang pertama, terlihat ada beberapa obat dalam satu R/. Sudah bisa ditebak, obat ini akan
diracik. Jumlah miligram (mg) atau tablet (tab) di samping obat, adalah jumlah obat yang dibutuhkan.
4. Masih di resep R/ pertama, ada perintah cara pembuatan, dengan kata-kata, misalnya, ”m.f. Pulv. Dtd
No. XC da in caps”. Ini adalah singkatan dalam Bahasa Latin, yakni “Misce Fac Pulvis Da Tales Dosis Numero
XC, Da In Capsule”.
M.f = Misce Fac = Buatlah
pulv = Pulvis = Serbuk
dtd = Da Tales Dosis = Sesuai dosis
No. XC = Nomero XC = Banyaknya 90
• da in caps = Da In Capsule = Buat dalam bentuk kapsul
5. Masih di R/ yang pertama, tertulis “S. 3 dd caps I”. Ini dapat diartikan: Signa Tre De Die Capsule Uno. Artinya: Tandailah 3
kali sehari satu kapsul.
6. Beralih di R/ yang kedua. Tertulis, misalnya, “Salbutamol 2mg tab No VL”. Artinya: Obat Salbutamol 2mg berbentuk tablet
sebanyak 45 tablet. Setelah itu tertulis juga, misalnya, “S. 3 dd ½”. Artinya, “Pakailah Salbutamol 2mg, 3 kali sehari ½ tablet
sekali minum.”
7. Beralih ke R/ yang ketiga. Tertulis, misalnya, “Interhistin tab No XXX”. Sama dengan R/ yang kedua, obat Interhistin
diminta sejumlah 30 tablet. Dan di bawahnya tertulis aturan pakainya: “S. 2 dd 1”, artinya minumlah 2 kali sehari, masing-
masing 1 tablet.
8. Masuk ke R/ keempat. Di sana tertulis, misalnya, “OBH Syr fl. I”. Bahasa Latinnya: “OBH Sirup Flesh Uno”. Artinya: “OBH
sirup sebanyak 1 Botol.” Di bawahnya tertulis aturan pakainya, misalnya, “S. 3 dd C I”. Bahasa Latinnya: “Signa Thre De Die
Cochlear Uno”. Artinya: “Minum OBH sirup 3 kali sehari satu sendok makan”.
9. Setelah pembahasan semua jumlah obat, tidak kalah penting adalah nama pasien, umur dan alamat. Jangan terima jika
resep bila nama pasien tidak jelas atau lengkap (bagi petugas apotek).
• 10. No. RM = Nomer Rekam Medik. Artinya pasien sedang menjalani rawat inap.

Anda mungkin juga menyukai