• Munculnya masalah adalah ketika peserta didik memiliki tujuan tetapi tidak tahu bagaimana
mencapainya. Masalah dapat diklasifikasikan sebagai masalah rutin atau tidak rutin. Masalah dalam
bentuk penerapan konsep dalam kehidupan termasuk dalam masalah tidak rutin. Problem
solving adalah pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan maslah tidak rutin. Sehungga
masalah tidak rutin berguna untuk: (1) mendorong peserta didik berpikir logis, (2) memperkuat
pemahaman tentang konsep, dan (3) mengembangkan strategi pemecahan masalah yang dapat
diterapkan pada situasi lain.
• Heuristika adalah cara pemecahan masalah dengan menggunakan prinsip-prinsip
yang biasanya menghasilkan solusi. Prinsip mental Polya (1945/1957) termasuk
di dalamnya (Shcunk, 2012:420) adalah:
(1) memahami masalah
(2) merancang rencana
(3) menjalankan rencana
• Bentuk heuristika lain dikemukakan oleh Bransford dan Stein (1984) dalam
Shcunk, 2012:421) dikemal dengan IDEAL, yaitu:
(1) Identify (mengidentifikasi) maslah
(2) Define (mendefinisikan) dan menampilkan masalah
(3) Act (melaksanakan) strategi
(4) Look back (melihat kembali) dan mengevaluasi pengaruh aktivitas Anda.
• Implikasi hubungan antara problem solving dan pembelajaran menunjukkan bahwa peserta
didik dapat mempelajari heuristika dan strategi untuk menjadi pemecah masalah yang handal,
Bruning, et al,. (2004) dalam (Schunk, 2012:437). Untuk melatih kemampuan pemecahan
masalah peserta didik, Andre (1986) dalam (Schunk, 2012:438) memberikan sepuluh saran
yang mewakili produksi dalam memori, diambil dari teori dan hasil penelitian, yaitu:
(1) memberikan reprensentasi metafora pada siswa
(2) Meminta siswa membuat pernyataan selama pemecahan masalah
(3) menggunakan pertanyaan
(4) Berikan contoh
(5) koordinasikan ide
(6) gunakan pembelajaran penemuan
(7) berikan deskripsi verbal
(8) ajarkan strategi belajar
(9) gunakan kelompok kecil
(10) mempertahankan iklim psikologi positif.
Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika
(1) mendorong peserta didik untuk memperbaiki dan membangun proses kognitif
mereka sendiri
(2) mengembangkan pengetahuan peserta didik
(3) mengembangkan pemahaman kapan waktu yang tepat untuk menggunakan
strategi tertentu
(4) membuat peserta didik lebih bertanggung jawab atas pembelajaran mereka
sendiri daripada membiarkan mereka merasa bahwa algoritma yang mereka
gunakan adalah penemuan beberapa ahli dan tidak dipahami.
Penerapan Problem Solving
• Rata-rata nilai tes sepuluh orang peserta didik adalah 78. Skor paling atas dan bawah yaitu 65 dan 95 dibuang oleh guru. Berapakah rata-
rata sisa nilai yang tersisa?
• Solusi peserta didik:
• 10 – 2 = 8
• (95 + 65) = 160
• 160 : 10 = 16
• 78 – 16 = 62
• 62 x 10 = 620
• 620 : 8 = 77,5
Jadi rata-rata sisa nilai setelah nilai atas dan bawah dibuang adalah, 77,5.
Deskripsi dari Solusi:
• Peserta didik pertama kali menggunakan salah satu sifat rata-rata dan menentukan bahwa sisa peserta didik adalah 8 (diperoleh dari 10-2).
Sehingga ada 8 nilai harus ada diantara 65 dan 95.
• Kemudian peserta didik membuat deretan sepuluh lingkaran, dengan meletakkan angka 95 di nomor pertama dan 65 di terakhir, 8 lingkaran
lainnya dibiarkan kosong. Dengan menggunakan pendekatan modifikasi pembagian, peserta didik menyadari bahwa 65 dan 95 memberikan
kontribusi 16 terhadap rata-rata yaitu [(95 + 65) : 10] = 16. Selanjutnya peserta didik mengatakan bahwa masing-masing dari 8 lingkaran
kosong harus didapat 16. Tetapi karena 16 adalah 62 kurangnya dari 78 (16 adalah rata-rata untuk sepuluh nilai), peserta didik tersebut
kemudian melakukan operasi perkalian 10 dengan 62 dan mendapat hasil 620. Selanjutnya 620 kemudian dibagi oleh 8 dan mendapatkan
77,5. Jadi rata-rata nilai yang tersisa setelah nilai atas dan bawah dibuang adalah 77,5.
• Dalam solusi ini, peserta didik memiliki kata kunci yaitu membuang bagian atas dan bawah saat
mengambil 16 dari masing-masing nilai lainnya. Dengan menemukan pendekatan ini, peserta didik
tersbut telah menunjukkan pemahaman yang luar biasa tentang rata-rata. Peserta didik telah
mampu menghubungkan pengetahuan awal yang telah ada dalam struktur kognitf mereka, namun
demikian peserta didik masih harus diarahkan untuk mengembangkan strategi yang lebih efisien.
• Nampak jelas bahwa peserta didik mampu menciptakan strategi mereka sendiri menyelesaikan
masalah. Dalam pembelajara ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan strategi
alternatif untuk menyelesaikan masalah sebelum proses penyelesaian masalah berlangsung.
Pertanyaannya adalah:
• Bagaimana perserta didik belajar menggunakan strategi yang ada sebelum ada instruksi yang
terjadi?
• Bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik untuk menciptakan strategi
yang masuk akal?
• Jawaban yang mungkin dari pertanyaan ini adalah:
• Prosedur yang diciptakan peserta didik bersumber dari kedalaman intuisi dan cara berpikir alami
mereka. Selanjutnya perlu mengkaji lebih jauh tentang bagaimana cara berpikir alami peserta didik
dalam problem solving matematika.
Penutup
Metode pembelajaran, dengan menghafal dan membaca fakta, peraturan, dan
prosedur, dengan penekanan pada penerapan prosedur yang dilatih untuk
menyelesaikan masalah rutin (biasa) adalah kurang memadai. Pembelajaran
dengan pendekatan problem solvingterjadi ketika proses kegiatan pemecahan
masalah dilakukan peserta didik berlangsung.
Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dapat berkontribusi secara
signifikan terhadap pendidikan matematika tidak hanya sebagai sebuah metode atau
jalan untuk mengembangkan pemikiran logis, akan tetapi problem solving juga
dapat : (1) memberi konteks pengetahuan matematika bagi peserta didik, (2)
meningkatkan proses transfer keterampilan pada situasi yang tidak rutin, (3)
merupakam bentuk estetika dalam diri peserta didik. dan (4) memberi tempat
(ruang) kepada peserta didik untuk membuat gagasan sendiri tentang matematika
dan untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
• Berikut ini adalah jenis-jenis masalah yang dihadapi peserta didik dan
memerlukan problem solving dalam menyeleseaikannya.
• Masalah kata, dimana konsepnya tertanam dalam situasi dunia nyata dan siswa
diharuskan untuk mengenali dan menerapkan algoritma / aturan yang sesuai.
(mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan hidup)
• Masalah non rutin yang memerlukan tingkat interpretasi dan pengorganisasian
informasi yang lebih tinggi dalam masalah, bukan hanya pengenalan dan
penerapan algoritma (mendorong pengembangan pengetahuan umum dan akal
sehat)
• Masalah “nyata”, berkaitan dengan menyelidiki masalah yang nyata bagi siswa,
tidak harus memiliki solusi tetap, dan menggunakan matematika sebagai alat
untuk menemukan solusi (melibatkan murid dalam pelayanan kepada
masyarakat).