Anda di halaman 1dari 9

PENYUNTINGAN

KELOMPOK 5

• 1. 1452000062 Nowaf syahrul romadhon


• 2. 1452000065 Rizky wahyu widodo
• 3. 1452000072 Muhammad ubaidillah
• 4. 1452000073 Yolan bagus putra iswayudi
• 5. 1452000077 Ivander besaliel lalintia
• 6. 1452000064 Azrial krisna raharjo
• 7. 1452000070 Roy wibatsu putra
• 8. 1452000067 Wahyu tri setya dikmansyah
SEJARAH

Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata
benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi
sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan
menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan
sunting-menyunting. Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan kesalahan-kesalahan
redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya dilakukan oleh diri sendiri terhadap tulisan sendiri atau penyunting terhadap tulisan
orang lain. Kegiatan penyuntingan terlihat sepele sehingga tahap ini sering sekali terabaikan. Padahal, pengalaman hampir semua
penulis besar mengungkapkan, proses penyuntingan adalah sebuah tahapan menulis yang menjadi salah satu kunci sukses mereka
menjadi penulis ternama.
PENGERTIAN PENYUNTINGAN

• Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja),
penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit
dengan memperhatikan sisi sisematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur
kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan
bermakna proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.
TUJUAN PENYUNTINGAN

• Menyunting bertujuan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dalam membuat tulisan
sehingga kualitas tulisan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tulisan yang baik dapat menambah daya pikat dan
lamanya pembaca meresapi kata demi kata yang tersaji dalam teks/karangan.
TEKNIK PENYUNTINGAN

Selama proses penyuntingan teks/karangan, seorang penyunting harus menggunakan teknik-teknik yang tepat. Secara garis besar,
teknik atau langkah-langkah penyunting adalah sebagai berikut

1) Membaca ulang konsep teks / karangan / naskah yang telah selesai dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian.

2) Mengidentifikasi dan memperhatikan kesalahan – kesalahan yang terjadi dalam penggunaan bahasa, Meliputi:
a. Kesalahan penggunaan kata baku dan tidak baku. Penggunaan kata yang tidak baku dalam sebuah karangan dapat
merusak kesempurnaan penyajian maksud dan tujuan penulisan sekaligus mengukur kekayaan kosa kata seorang penulis.
Oleh karena itu, seorang penyunting dapat menggunakan kamus Bahasa Indonesia terbaru sebagai pembanding dalam
melakukan koreksi.
b. Kesalahan ejaan. Di bagian ini, penyuntingan meliputi koreksi penggunaan huruf kapital pada judul sapaan, gelar, nama
kota : penggunaan imbuhan, kata depan, lambang, angka, serapan dan sesuai tidaknya penulis kata demi kata berdasarkan
ejaan yang disempurnakan.
c. Kesalahan tanda baca. Ditahap ini, penyunting meliputi koreksi pada tanda baca seperti tanda tanya, seru, titik, koma, titik
dua dan tanda baca lainnya.
d. Kesalahan diksi atau pilihan kata. Di bagian ini, penyunting dapat memperhatikan tingkat kesesuaian dan ketepatan
pilihan kata yang digunakan dalam kalimat seperti istilah dan kata bentukan. Biasanya penyunting mengganti kata yang
tidak padu dengan kata lain yang memiliki arti serupa (sinonim). Selain itu, ketidaksempurnaan penulisan karena kesalahan
pengetikan juga patut menjadi fokus penyunting
a. Kesalahan struktur. Ditahap ini, penyunting memperhatikan keterpaduan, kelogisan, tingkat ambiguitas, dan struktur
kalimat teks karangan, apakah telah sesuai dengan aturan yang benar atau belum. Dalam hal ini, penempatan subjek,
predikat, objek, keterangan dan pelengkapan harus dipastikan tepat atau tidak tertukar. Selain itu, penggunaan kalimat aktif
atau pasif juga menjadi fokus identifikasi agar karangan terhindar dari ketidakefektifan dan ketidaksesuaian pada kaidah
penulisan.
b. Kesalahan Konjungsi atau kata penghubung. Penggunaan konjungsi atau kata penghubung meliputi hubungan atar kata
dalam kalimat, antar kalimat dan antar paragraf. Dibagian ini, penyunting harus benar – benar mengikuti alur cerita dalam
sebuah teks / karangan agar tidak salah dalam mengoreksi penggunaan konjungsi. Karangan yang padu pasti memiliki kata
penghubung yang tepat. Oleh karena itu, bagian penyuntingan ini tidak boleh diabaikan begitu saja
5. Memperhatikan tata letak (layout) tulisan atau naskah meliputi penempatan posisi judul utama, judul tambahan, sub judul, sub –
sub judul, urutan penomoran, penempatan gambar atau grafik.

6. Memperhatikan identitas, spasi, dan tingkat kerapatan antar kata, kalimat dan paragraf.

7. Memperbaiki kesalahn – kesalahan teks / karangan yang telah diidentifikasi sebagaimana tersebut di atas dengan cara
melakukan penghapusan, penggantian atau penambahan unsur –unsur bahasa dalam tulisan.
CONTOH PENYUNTINGAN

Contoh teks yang salah :

Pada 28 Maret 1830, diponegoro ditangkap dimagelang, dan Pangeran diponegoro di buang ke manado.Akan tetapi
dia wafat di Makassar pada 8 Januari 1855 setelah dia dipindahkan dari Manado ke Makasar.

Contoh teks setelah diperbaiki :

Pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap di Magelang, dan dibuang ke Manado. Beliau lalu
dipindahkan ke Makassar dan wafat di sana pada 8 Januari 1855.

Anda mungkin juga menyukai