Anda di halaman 1dari 28

Penyakit Tiram :

Shell-boring polychaetes, mud blister worms


 Agen penyakit :
 Polydora : Polydora websteri, Polydora limicola, Polydora ligni,
Polydora variegata, Polydora convexa, Polydora concharum,
Polydora hoplura
 Boccardia : Boccardia (Paraboccardia) knoxi, Boccardia
(Paraboccardia) acus, Boccardia atokouica, dan Boccardia chilensis.

 Distribusi geografis : Global

 Inang : Crassostrea virginica, Crassostrea gigas, Ostrea edulis,


Saccostrea glomerata (=commercialis) termasuk mussel, scallops dan
abalon
a

b c

d e f

a. Lysidice, b. Nereis
c. Phylodoce, d. Polycirrus
e. Polydora, f. Salmacing
g. Streblosoma, h. Syllis
g h

Polikaeta pada Pinctada maxima di Lampung, Indonesia


 Dampak pada inang
 Intensitas rendah dengan melubangi cangkang.
 Polydora websteri dan Polydora ligni pada C. virginica
menyebabkan blister lumpur pada cangkang (shell) dan abses
kekuningan pada otot adductor .
 Mud blisters juga terjadi akibat infestasi polikaeta pada C. gigas di
southern Brazil; Baja California, Mexico; South Australia dan
Tasmania, Australia dan Marlborough Sounds dan Mahurangi
Harbour, New Zealand.
 Di Indonesia tingkat serangan Polydora pada simping (scallops)
dapat mencapai lebih dari 60 %.
 Polikaeta yang menyerang tiram mutiara di Lampung antara lain
adalah jenis Syllis, Nereis, Salmacina, Streblosoma, Lysidice, Eunice,
Polycirrus dan Phylodoce.
 Prevalensi dan intensitas bervariasi tergantung kondisi lokasi.
 Infeksi jarang menyebabkan mortalitas dan oyster yang terinfeksi
dapat dijual.
Penyakit Tiram :
Dermo Disease
 Dermo disease disebabkan oleh parasit protozoa, Perkinsus marinus
yang pada awalnya diidentifikasi sebagai fungus, Dermocystidium
marinum.

 Sel Dermo dan Zoospora


 Dermo adalah parasit intrasellular berukuran 2 - 4 um yang
menginfeksi hemocytes oyster, Crassostrea virginica.
 Belum diketahui apakah berbahaya bagi manusia atau tidak
 Siklus hidup dermo terdiri dari beberapa stadia yang mengalami
perkembangbiakan di dalam inangnya. Stadia vegetatif mengalami
pembelahan sel menghasilkan daughter cells.
 Dermo juga dapat membentuk zoospora yang dapat berenang
dengan bantuan 2 flagella.
Tiram terinfeksi oleh dermo

Spora Perkinsus marinus


 Transmisi
 Dermo ditransmisikan dari tiram ke tiram.
 Infeksi secara alami terjadi karena parasit lepas dari tiram yang
mati dan mengurai.
 Stadia infektif, hidup bebas di kolom air dan termakan oleh tiram
lalu menginvasi epitel perut dan usus. Stadia ini dapat menyebar
jauh. Transmisi juga dapat terjadi melalui vektor seperti hewan
skavenger yang memakan tiram terinfeksi yang mati.
 Faktor lingkungan
 Dermo adalah patogen pada air hangat (warm water) dan
berkembangbiak dengan cepat pada temperatur diatas 25 C (77 F).
 Aktivitas penyakit dipengaruhi oleh temperatur
 Dermo tahan dalam beku.
 Pada salinitas rendah , kurang dari 8-10 ppt, perkembangan parasit
terhambat
 Pada salinitas yang lebih tinggi parasit berkembang dengan pesat.
 Pada daerah geografis yang berbeda terdapat strain genetik dan
tingkat infeksi dermo yang berbeda pula
 Infeksi dan mortalitas
 Stadia infeksi muncul pada bulan-bulan hangat yaitu dari Mei
sampai Oktober.
 Initial infections terdeteksi pada bulan Juni.
 Dermo dikarakterkan sebagai penyakit yang membunuh pelan
pelan.
 Kematian dapat terjadi 3 tahun setelah initial infection
 Kematian terjadi mulai bulan Juli sampai November.
 Tiram mati karena lisis jaringan dan oklusi pada saluran
hemolymph
 Prevalensi dan intensitas penyakit menurun selama musim dingin.
 Beberapa parasit tetap dorman dan akan berkembang jika
temperatur mendukung
 Resistensi
Terdapat daya resistensi inheritable (diwariskan) terhadap penyakit
Dermo. Jadi sangat penting untuk melindungi tiram besar yang
matang di wilayah terinfeksi untuk memproduksi benih yang resisten.
 Cara diagnosa
Dermo dapat didiagnosa dengan pemeriksaan mikroskopis dari
preparasi jaringan anal-rektal tiram yang telah dikultur dalam
medium cair Thioglycollate (Ray/Mackin tissue assay).
Penyakit MSX (Multinucleated Sphere X)
 Penyakit MSX (Multinucleated Sphere X) disebabkan protozoa
parasitik, Haplosporidium nelsoni.
 MSX sangat lethal pada tiram (Crassostrea virginica), tapi belum
diketahui apakah juga berbahaya bagi manusia
 Parasit berbentuk sel multinukleat (plasmodium) berukuran
diameter 5 sampai 100 um dan kadang-kadang membentuk spora.
 Plasmodia dan Spora
 Awal infeksi MSX pada insang tiram, kemudian menyebar ke
digestive diverticulum, dan akhirnya ke seluruh jaringan terisi
dengan plasmodia
 Infeksi MSX dapat ditransmisikan dari tiram ke tiram dengan cara
yang belum terungkap.
 Beberapa peneliti berpendapat terdapat inang antara pada siklus
hidup parasit ini.
 Epizootic (disease outbreak)
Penyakit MSX baru diketahui ada di Amerika dan menyebabkan
kematian yang tinggi. Setelah terjadi infeksi yang akut laju kematian
akan menurun dan akan berkembang individu yang resisten.
Penyakit MSX dapat dibatasi dengan salinitas dan temperatur yang
rendah
 Resistance
Pada tingkat infeksi yang parah, tiram akan mengembangkan
resistensi terhadap penyakit MSX . Tiram tersebut masih dapat
terinfeksi tetapi laju kematian lebih rendah dibandingkan tiram yang
rentan
 Infeksi dan Mortalitas
 Tiram di Long Island Sound terinfeksi pada pertengahan atau
akhir Juni dengan periode infeksi sampai November.
 Setelah initial infection, tiram akan mati dalam sebulan
 Mortalitas berlangsung selama September sampai November.
 Mortalitas akan rendah selama musim dingin sejalan dengan
rendahnya prevalence dan intensitas. Kematian akan terjadi lagi di
akhir musim dingin dan awal musim semi
 Infeksi yang terjadi di akhir periode infeksi akan terus rendah
selama musim dingin dan meningkat ketika temperatur meningkat
sehingga tiram akan mati pada bulan Juni atau Juli.
Bonamiasis
Nama penyakit : Bonamiasis; penyakit mikrosel ; penyakit
haemocyte pada simping
Agen penyakit : Protozoan, yaitu Bonamia ostreae dan Bonamia sp.
Spesies inang : golongan Ostreiid (tiram)
Sebaran geografis : Bonamia ostreae ( Netherlands, France, Spain, Italy,
Ireland, United Kingdom, USA) dan Bonamia sp. (Australia dan New
Zealand)
Tanda Penyakit :
 Kebanyakan infeksi tidak menimbulkan gejala klinis sampai
parasit berkembang dan menyebabkan massive blood cell
(haemocyte) infiltration dan diapedesis.
 Patologi infeksi bervariasi bergantung kepada spesies Bonamia dan
spesies inang.
 Bonamia ostreae menginfeksi haemocyte dari eropean oyster,
dimana parasit akan berkembangbiak sampai haemocyte pecah
mengeluarkan parasit ke haemolymph.
 Infeksi umumnya terjadi melalui saluran pencernaan, tapi adanya
infeksi pada insang menandakan adanya rute infeksi yang lain.
Tiram terinfeksi bonamiasis memperlihatkan mantel dan insang yang hitam
atau kuning
 Patologi yang ditimbulkan oleh Bonamia sp. pada Ostraea angasi di
Australia dan Triostrea chilensis di New Zealand sangat berbeda.
 Pada O. angasi, indikasi pertama dari infeksi adalah tingkat kematian
yang tinggi.
 Oyster yang mampu bertahan segera akan terlihat cangkang
menganga bila dikeluarkan dari air, dan organ dalam akan terasa
lembek (watery) serta terasa kasar pada tepian insang.
 Bonamia sp. menginfeksi dinding insang, saluran pencernaan, dan
tubule, dan akan dikeluarkan melalui usus ke lingkungan perairan.
 Haemocyte yang terinfeksi dapat mengandung lebih dari 6 parasit
Bonamia, infeksi menyebabkan haemocytosis.
 Pada T. chilensis, Bonamia masuk melalui dinding usus dan kemudian
menginfeksi haemocyte yang mana dapat ditemukan lebih dari 18
parasit.
 Haemocytosis yang terjadi pada T. chilensis tidak separah pada O.
angasi. Ketika menginfeksi haemocyte parasit kemudian masuk ke
gonad untuk mengabsorbsi kembali gamet yang tidak dikeluarkan
(unspawning).
 Parasit berkembang biak dan dikeluarkan melalui saluran gonoduct.
Meskipun menimbulkan patologi yang berbeda, dari hasil sekuensing
gen diketahui bahwa Bonamia sp. dari Australia dan New Zealand
adalah spesies yang sama
 Metode Diagnosis
Dari hasil pemeriksaan kasar menunjukkan pertumbuhan lambat, luka
pada insang, dan kematian, namun tanda-tanda ini tidak spesifik untuk
penyakit tersebut sehingga diperlukan pemeriksaan tingkat 2 yaitu
pemeriksaan sitologi dan histopatologi atau pemeriksaan tingkat yaitu
transmission electron microscopy.
 Mode transmisi
 Prevalensi dan intensitas dari infeksi cenderung meningkat pada
musim panas dengan kematian puncak terjadi pada bulan
September/Oktober di belahan bumi utara dan bulan Januari sampai
April di belahan bumi selatan.
 Parasit baru dapat dideteksi ketika parasit berkembangbiak di hewan
yang dapat bertahan dari penyakit ini. Jangka waktu infeksi B. ostreae
dari mulai terinfeksi sampai terlihat gejala klinis sekitar 3-5 bulan.
 Sedangkan di New Zealand, sedikitnya 2,5 bulan namun jarang yang
melebihi 4 bulan.
 Kontrol Penyakit
 Sampai saat ini belum diketahui cara penanggulangan dari
penyakit ini.
 Kepadatan dan suhu air yang lebih rendah terlihat dapat menekan
manifestasi klinis penyakit ini.
 Pencegahan lainnya adalah dengan mengambil benih dari perairan
yang belum pernah terinfeksi Bonamia.
Oyster Velar Virus Disease (OVVD)
 Nama penyakit :
Oyster Velar Virus Disease, OVVD, penyakit lepuh (blister disease)
 Agen penyakit :
icosahedral DNA virus yang memiliki morfologi yang mirip dengan
Iridoviridae.
 Sebaran geografis :
Washington State, USA
 Spesies inang :
larva Crassostrea gigas (Pasific oyster)
 Tanda penyakit :
OVVD menyebabkan pengelupasan epitelium velar pada larva yang
panjangnya lebih dari 150 µm. Kematian larva di hatchery dapat
mencapai 100%. Larva tidak bisa makan, menjadi lemah dan mati.
 Mode transmisi :
Penyakit menyebar antara bulan Maret-Mei pada hatchery yang
terinfeksi, namun bisa juga terjadi sepanjang musim panas.
Penyebaran penyakit diduga terjadi secara horizontal dari hewan yang
terinfeksi.
 Metode Diagnosa :
 Sel yang terinfeksi virus dapat terlihat pada larva oyster dengan
panjang >150 µm dan umur > 10 hari, dan velum kehilangan cilia.
 Hypertropi pada sel yang terinfeksi dan lepasnya cilia
menyebabkan lepuh yang merupakan karakteristik penampakan
kasar dari penyakit ini.
 Pertumbuhan larva lambat, larva berhenti makan dan mulai
berhenti berenang.
 Pemeriksaan lebih lanjut bisa melalui histology (level 2) atau
transmisi elektron microscopy (level 3).
Kontrol penyakit :
 Metode untuk pengobatan belum diketahui.
 Larva yang terinfeksi penyakit ini harus segera dimusnahkan dan
dilakukan disinfeksi wadah dan peralatan untuk mencegah
penyebaran penyakitnya.
 Tindak pencegahan mungkin bisa dilakukan dengan mengurangi
kepadatan dan meningkatkan pergantian air.
Kidney Coccidia pada Oyster
Nama penyakit : oyster kidney coccidians
Agen penyakit : Coccidia sp.
Spesies inang : Ostrea edulis (Eropean oyster)
Sebaran geografis : Aurey, France
Tanda penyakit : sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami
hypertrophy yang ekstrim. Infeksi berat bisa menyebabkan kerusakan
yang serius pada ginjal tapi belum diketahui menyebabkan kematian.
Metode diagnostik :
 Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari adanya sel-
sel makrogamon matang yang besar pada preparat ginjal
 Histology. Beberapa bentuk stadia coccidia bisa ditemukan dalam
sitoplasma pada sel epitel ginjal
Kontrol penyakit :
Belum diketahui metode pencegahan maupun pengobatannya.
Vibrio spp. pada Oyster
(Larva dan Juvenil Vibrosis)
Nama penyakit : a) Bacillary necrosis, larval necrosis, b) Juvenile
vibrosis
Agen penyakit :a) Vibrio tubiashi dan Vibrio spp. B) V. alginolyticus dan
Vibrio sp.
Spesies Inang : a) Crassostrea virginica, C. gigas, Ostrea odulis dan
larva bivalva lainnya yang dibudidayakan, b) Crassostrea virginica,
Ostrea odulis dan larva bivalva lainnya yang dibudidayakan
Sebaran geografis : a) pada semua perairan laut yang terdapat
hatchery bivalva. Pada umumnya bakteri ini menjadi masalah pada
bulan terpanas selama musim panas. V. tubiashi dapat diisolasi hanya
dari pantai Atlantik utara di US dan pantai selatan England, b)
hatchery shellfish di USA.
Tanda penyakit : infeksi sistemik pada organ dalam larva yang
menyebabkan nekrosis jaringan.
Kidney Coccidia pada Scallops
Nama penyakit : scallop kidney coccidia
Agen penyakit : a) Pseudoklossia pectinis, b) Coccidia sp.
Spesies inang : a) Pecten maximus, b) Argopecten irradians
Sebaran geografis : a) Roscoff, France, b) eastern Canada dan US
Tanda penyakit : sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami
hypertrophy dan tubulus ginjal dipenuhi oleh coccidia. Infeksi berat
setelah diamati dapat menyebar ke jaringan yang lain. Infeksi berat
menyebabkan kerusakan yang pada ginjal tapi kematian yang terjadi
terbatas pada kondisi pertumbuhan buatan.
Metode diagnostik :
Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari adanya sel-sel
makrogamon matang yang besar pada preparat ginjal
Histology. Beberapa bentuk stadia coccidia bisa ditemukan dalam
sitoplasma pada sel epitel ginjal dan di dalam lumen ginjal. Stadia
yang berbeda dapat terjadi secara sistematis pada jaringan
penghubung dan epitel organ yang berdekatan dengan ginjal.
Kontrol penyakit :
Belum diketahui metode pencegahan maupun pengobatannya.
Metode diagnostik
Isolasi dan kultur bakteri vibrio pada media TCBS yang diambil dari
jaringan oyster yang sakit.
Pada preparat histology memperlihatkan nekrosis jaringan dan adanya
kumpulan bakteri yang membentuk kurva tipis di dalam jaringan.
Kontrol penyakit :
Vibrio merupakan bakteri yang ada dimana-mana, karenanya
pemberantasan bakteri ini tidak mungkin dilakukan.
Vibriosis berhubungan langsung dengan kondisi hatchery yang buruk.
Sumber infeksi bisa berasal dari stok benih,kultur alga, dan sumber
air, dan untuk memastikan sumbernya dapat dilakukan kultur bakteri
pada media spesifik.
Populasi larva yang diketahui terinfeksi harus dimusnahkan dengan
standar yang baku dan disinfeksi wadah dan peralatan yang kontak
dengan larva terinfeksi.
Penyakit lingkungan pada Larva Abalone
 Jenis penyakit yang menyerang : Masuk angin dan Penyakit karatan
 Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi debit air yang masuk di
kecilkan

Penyakit Karatan Penyakit Masuk angin


Kidney Coccidia pada Abalone
Nama penyakit : Abalone kidney coccidia
Agen penyakit : Coccidia sp.
Spesies inang : Haliostis cracherodii, H. rufescens, H. corrugata, H.
fulgens, H. walallensis, H. kamtschatkana
Sebaran geografis : California, USA
Tanda penyakit : sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami hypertrophy
yang ekstrim. Infeksi berat bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada
ginjal. Pada percobaan di lab, infeksi parasit ini tidak menyebabkan
perubahan pada kondisi maupun kematian abalone.
Metode diagnostik :
Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari adanya sel-sel
makrogamon matang yang besar pada preparat ginjal
Histology. Beberapa bentuk stadia coccidia bisa ditemukan dalam
sitoplasma pada sel epitel ginjal
Kontrol penyakit :
Belum diketahui metode pencegahan maupun pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai