Anda di halaman 1dari 17

Pe rn i k ahan yan g Di l aran g

d al am I sl am
Oleh:
Anindya Niken S. (06)
Ibnu Tisna Y. (18)
Nur Azizah K. H. (29)
1. Nikah Syighar
Definisi nikah ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam:

َ ‫ َز ِّو ْجنِي ا ْبنَتَك َوأُ َز ِّو ُج‬:‫َوال ِّش َغا ُر أَ ْن يَقُ ْو َل ال َّر ُج ُل لِل َّر ُج ِل‬
‫ك ا ْبنَتِي أَ ْو‬
‫ك أُ ْختِي‬ َ ‫ك َوأُ َز ِّو ُج‬َ َ‫ َز ِّو ْجنِي أُ ْخت‬. “
Artinya: Nikah syighar adalah seseorang yang berkata kepada orang lain,
‘Nikahkanlah aku dengan puterimu, maka aku akan nikahkan puteriku
dengan dirimu.’ Atau berkata, ‘Nikahkanlah aku dengan saudara
perempuanmu, maka aku akan nikahkan saudara perempuanku dengan
dirimu.” [1]
2 . N i k a h Ta h l i l
Yaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita yang sudah ditalak tiga
oleh suami sebelumnya. Lalu laki-laki tersebut mentalaknya. Hal ini bertujuan agar
wanita tersebut dapat dinikahi kembali oleh suami sebelumnya (yang telah
mentalaknya tiga kali) setelah masa ‘iddah wanita itu selesai.

Nikah semacam ini haram hukumnya dan termasuk dalam perbuatan


dosa besar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫حل ّ َ َلل َُه‬ َ ‫عل َيْ ِه َو َسل ّ َ َم ال ُْم‬


َ ‫حِلِّ ّـ َل َوال ُْم‬ ُ ‫الله َصلَّى‬
َ ‫الله‬ ِ ‫ ل ََع َن َر ُس ْو ُل‬. “

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat muhallil [4] dan


muhallala lahu.”
3. Nikah Mut’ah (Nikah
Kontrak)
Nikah mut’ah disebut juga nikah sementara, nikah terputus atau nikah kontrak, di mana menikahnya
seorang laki-laki dengan seorang wanita dalam jangka waktu tertentu; satu hari, tiga hari, sepekan,
sebulan, atau lebih.

Telah diriwayatkan dari Sabrah al-Juhani radhiyal-laahu ‘anhu, ia


berkata,

‫الله َعل َيْ ِه َو َسل ّ َ َم ِبال ُْمتْ َع ِة َعا َم ال ْ َفتْ ِح‬


ُ ‫الله َصلَّى‬ ِ ‫أ َ َم َرنَا َر ُس ْو ُل‬
َ ‫خ ُر ْج ِمن ْ َها َحتَّى ن َ َهانَا‬
‫عن ْ َها‬ ْ َ ‫ ثُ ّمَ ل َْم ن‬،‫حيْ َن َد َخلْنَا َمك َّ َة‬.
ِ “
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan
kami untuk melakukan nikah mut’ah pada saat Fat-hul Makkah
ketika memasuki kota Makkah. Kemudian sebelum kami
mening-galkan Makkah, beliau pun telah melarang kami darinya
(melakukan nikah mut’ah).”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

‫تلَك ُْم ِفي‬ ُ ْ ‫ن‬ ِ


‫ذ‬ َ ‫أ‬ ‫ت‬
ُ ْ ‫ن‬ُ ‫ك‬ ‫د‬
ْ ‫ق‬
َ ‫ي‬ ‫ـ‬
ّ ِّ
‫ِن‬ ‫إ‬
ِ ‫اس‬! َ ّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ َ
َ ّ ‫يَا أ‬
ُ ‫ي‬
ُ
‫الله َق ْد َح َّر َم َذلِ َك ِإل َى‬
َ ‫ َو ِإ َّن‬،‫اع ِم َن ال ِِّن ّـ َسا ِء‬ ِ َ‫اْالِ ْس ِت ْمت‬
‫ام ِة‬ َ َ‫يَ ْو ِم ال ْ ِقي‬. “
Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku pernah
mengijinkan kalian untuk bersenang-senang dengan wanita
(nikah mut’ah selama tiga hari). Dan sesungguhnya Allah telah
mengharamkan hal tersebut (nikah mut’ah) selama-lamanya
hingga hari Kiamat.”
4. Nikah Dalam Masa ‘Iddah
Masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu
masa di mana seorang wanita menanti atau
menangguhkan perkawinan setelah ia
ditinggal mati sang suami atau setelah
diceraikan baik dengan menunggu kelahiran Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’,
atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah
ditentukan. ِ ‫ع ْق َد َة ال ِن ّك‬
‫َاح َحتَّ ٰى‬ ُ ‫َول َا تَ ْع ِز ُموا‬
‫ابأ َ َجل َُه‬
ُ َ ‫ت‬ ِ
‫ك‬ ْ ‫“ يَبْل َُغ ال‬
Dan janganlah kamu menetapkan
akad nikah, sebelum habis masa
‘iddahnya.” [Al-Baqarah : 235]
5. Nikah Beda Agama
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

َ ‫ ْؤ ِمنَةٌ َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر َك ٍة َولَ ْو أَ ْع َجبَ ْت ُك ْم ۗ َواَل تُ ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر ِك‬W‫ت َحتَّ ٰى ي ُْؤ ِم َّن ۚ َوأَل َ َمةٌ ُم‬
‫ين‬ ِ ‫َواَل تَ ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر َكا‬
‫ار ۖ َوهَّللا ُ يَ ْد ُعو إِلَى ْال َجنَّ ِة‬َّ ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ون‬
َ ‫ع‬ُ ْ
‫د‬ َ ‫ي‬ ‫ك‬
َ ِٰ ‫نُوا ۚ ولَ َع ْب ٌد ُم ْؤ ِم ٌن َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْشر ٍك ولَ ْو أَ ْع َجبَ ُك ْم ۗ أُو‬W‫َحتَّ ٰى ي ُْؤ ِم‬
‫ئ‬ َ ‫ل‬
ِ ِ َ ِ َ

ِ َّ‫“ َو ْال َم ْغفِ َر ِة بِإِ ْذنِ ِه ۖ َويُبَيِّ ُن آيَاتِ ِه لِلن‬


َ ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكر‬
‫ُون‬
“Dan janganlah kaum nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya
perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun
ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke Neraka, sedangkan Allah mengajak ke Surga dan ampunan
dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil
pelajaran.” [Al-Baqarah : 221]
‫‪6 . N i k a h D e n g a n W a n i t a - W a n i t a Ya n g‬‬
‫‪Diharamkan Karena Senasab Atau Adanya‬‬
‫‪Hubungan Kekeluargaan‬‬
‫‪• Berdasarkan firman Allah Ta’ala:‬‬

‫ت َوأُ َّمهَاتُ ُك ُم‬


‫ات اأْل ُ ْخ ِ‬
‫خ َوبَنَ ُ‬ ‫ِ‬
‫ات اأْل َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫ب‬‫و‬ ‫َ‬ ‫م‬
‫ْ‬ ‫ك‬‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ت‬ ‫اَل‬‫ا‬ ‫َ‬
‫خ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫م‬
‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ُ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫م‬‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ُ‬ ‫ت‬‫ا‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫خ‬ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم أُ َّمهَاتُ ُك ْم َوبَنَاتُ ُك ْم َوأَ‬‫ح ُِّر َم ْ‬
‫ُور ُك ْم ِم ْن نِ َسائِ ُك ُم‬ ‫ج‬‫ح‬‫ُ‬ ‫ي‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ت‬ ‫اَّل‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬
‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ُ‬ ‫ب‬ ‫ِ‬ ‫ئ‬‫ا‬ ‫َ‬ ‫ب‬‫ر‬ ‫َ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫م‬‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ِ‬ ‫ئ‬ ‫ا‬‫س‬‫َ‬ ‫ِ‬ ‫ن‬ ‫ُ‬
‫ات‬ ‫َ‬ ‫ه‬‫م‬‫َّ‬ ‫َّضا َع ِة َوأُ‬ ‫ض ْعنَ ُك ْم َوأَ َخ َواتُ ُك ْم ِم َن الر َ‬ ‫الاَّل تِي أَرْ َ‬
‫ِ‬
‫ين ِم ْن أَصْ اَل بِ ُك ْم َوأَ ْن‬
‫اح َعلَ ْي ُك ْم َو َحاَل ئِ ُل أَ ْبنَائِ ُك ُم الَّ ِذ َ‬
‫الاَّل تِي َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَإِ ْن لَ ْم تَ ُكونُوا َد َخ ْلتُ ْم بِ ِه َّن فَاَل ُجنَ َ‬
‫ان َغفُورًا َر ِحي ًما‬ ‫“ تَجْ َمعُوا بَي َْن اأْل ُ ْختَي ِْن إِاَّل َما قَ ْد َسلَ َ‬
‫ف ۗ إِ َّن هَّللا َ َك َ‬
Artinya:
“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu,
saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan ayahmu, saudara-
saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu,
anak-anak perempuan dari saudara perem-puanmu, ibu-ibu yang menyusuimu,
saudara-saudara perempuan yang satu susuan denganmu, ibu-ibu isterimu
(mertua), anak-anak perempuan dari isterimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
mencampurinya (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa atasmu (jika
menikahinya), (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu
(menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [An-Nisaa’ : 23]
7 . N i k a h Ya n g M e n g h i m p u n W a n i t a
Dengan Bibinya,
B a i k D a r i P i h a k Ay a h n y a M a u p u n D a r i
Pihak ibunya
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
‫الَ ي ُْج َم ُع بَ ْي َن ْال َم ْرأَ ِة َو َع َّمتِهَا َوالَ بَ ْي َن ْال َم ْرأَ ِة َو َخالَتِهَا‬. “
Tidak boleh dikumpulkan antara wanita dengan bibinya (dari pihak
ayah), tidak juga antara wanita dengan bibinya (dari pihak ibu).”
[HR. Bukhari, no. 5108, Muslim no. 1408, at-Tirmidzi no. 1126]
8. Nikah Dengan Isteri
Ya n g Te l a h D i t a l a k T i g a
Wanita diharamkan bagi suaminya setelah talak
tiga. Tidak dihalalkan bagi suami untuk
menikahinya hingga wanitu itu menikah
dengan orang lain dengan pernikahan yang
wajar (bukan nikah tahlil), lalu terjadi cerai
antara keduanya. Maka suami sebelumnya
diboleh-kan menikahi wanita itu kembali
setelah masa ‘iddahnya selesai.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

‫فَإِ ْن طَلَّقَهَا فَاَل تَ ِحلُّ لَهُ ِم ْن بَ ْع ُد َحتَّ ٰى تَ ْن ِك َح َز ْو ًجا َغ ْي َرهُ ۗ فَإِ ْن طَلَّقَهَا فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما أَ ْن‬
‫ون‬ َ ‫اج َعا إِ ْن ظَنَّا أَ ْن يُقِي َما ُح ُدو َد هَّللا ِ ۗ َوتِ ْل‬
َ ‫ك ُح ُدو ُد هَّللا ِ يُبَيِّنُهَا لِقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُم‬ َ W‫“ يَتَ َر‬
Artinya:
“Kemudian jika ia menceraikannya (setelah talak yang
kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya
sebelum ia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika
suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa
bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk
menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-
ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang
yang berpengetahuan.” [Al-Baqarah : 230]
9. Nikah Pada Saat
Melaksanakan Ibadah Ihram
Ihram merupakan keadaan di mana seseorang sudah meniatkan hatinya
untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh. Maka, orang yang sedang
melaksanakan ibadah ihram haram hukumnya untuk menikah.

Rasulullah bersabda,

‫ب‬ ‫ط‬
ُ ُ ‫خ‬
ْ َ ‫ي‬ َ ‫ال‬‫و‬َ ‫ح‬
ُ ِ
‫ك‬ ْ ‫ن‬َ ‫ي‬ َ ‫ال‬ ‫م‬
ُ ‫ر‬
ِ ‫ح‬
ْ ‫ْم‬
ُ ‫ا‬.
‫ل‬َ
“Orang yang sedang ihram tidak boleh
menikah atau melamar.”
1 0 . N i k a h D e n g a n Wa n i t a
Ya n g M a s i h B e r s u a m i .
Menurut Islam, perkawinan dengan wanita bersuami ini bertentangan dengan Hukum
Islam dan karenanya perkawinan ini tidak sah dan berdosa apabila dilakukan. Telah
ditegaskan dalam al quran berdasarkan firman Allah Ta’ala:
 
•‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم‬
ْ ‫ات ِم َن النِّ َسا ِء إِاَّل َما َملَ َك‬ َ ‫َو ْال ُم ْح‬
ُ َ ‫صن‬
“Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami…” [An-Nisaa’ : 24]
11 . N i k a h D e n g a n Wa n i t a
Pezina/Pelacur
Pernikahan yang dilarang dalam Islam ini ketika seorang laki-laki/perempuan yang menjaga kehormatannya menikah
dengan seorang pelacur/pezina. Namun apabila keduanya telah bertaubat dengan taubat yang nashuha dan masing-
masing memperbaiki diri, maka boleh dinikahi.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:


 
‫ان أ َ ْو‬ ُ ‫ال َّزا ِني ل َا يَن ْ ِك ُح ِإلَّا َزا ِنيَ ًة أ َ ْو ُم ْش ِرك َ ًة َوال َّزا ِنيَ ُة ل َا يَن ْ ِك‬
ٍ ‫ح َها ِإلَّا َز‬
‫ين‬َ ‫ُم ْش ِر ٌك ۚ َو ُح ِ ّر َم َٰذلِ َك َعل َى ال ُْم ْؤ ِم ِن‬
“Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina
perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan
tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-
laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang
mukmin.” [An-Nuur : 3]
12. Nikah Dengan Lebih Dari
E m p a t Wa n i t a
Poligami memang sunnah, tapi tidak boleh disalahgunakan untuk menikahi lebih dari 4
wanita.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala: Ketika ada seorang Shahabat bernama Ghailan bin
Salamah masuk Islam dengan sepuluh isteri-
‫اب‬‫ط‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫وا‬‫ح‬ُ ِ
‫ك‬ ْ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ف‬
َ ‫ى‬ٰ ‫ام‬ َ ‫ت‬َ ‫ْي‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ ِ
‫ف‬ ‫وا‬ ‫ط‬ُ ‫س‬ِ ‫ق‬
ْ ُ ‫ت‬ ‫ا‬َ ّ ‫ل‬َ ‫َو ِإ ْن ِخ ْفتُم أ‬
َ َ َ َ ْ isterinya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
‫اع‬َ َ‫َاث َو ُرب‬ َ ‫لَك ُْم ِم َن ال ِن ّ َسا ِء َمثْن َ ٰى َوثُل‬ memerintahkan untuk memilih empat orang isteri,
beliau bersabda,

“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku ‫ أ َ ْم ِس ْكأ َ ْربَ ًعا َو َف ِار ْق َسا ِئ َر ُه َّن‬.
adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana
“Tetaplah engkau bersama keempat isterimu dan
kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain)
ceraikanlah selebihnya.”
yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat…”
[An-Nisaa’ : 3]
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai