Tujuan:
Menetapkan jumlah asam/basa yang secara kimiawi tepat ekivalen dengan
jumlah basa/asam yang ada
Keadaan/saat tepat ekivalen antara jumlah asam dan jumlah basa disebut titik-
ekivalen (TE), titik stoikiometri, atau titik akhir teoritis
TE dan TAT harus sangat sedikit perbedaannya agar kesalahan titrasi sekecil
mungkin
Titrasi Asam-Basa-MJH 2
Asidimetri: titrasi larutan basa oleh larutan asam
Alkalimetri: titrasi larutan asam oleh larutan basa
Selama titrasi terjadi perubahan pH sedikit demi sedikit
4
Menurut W. Ostwald
5
Kesetimbangan indikator dalam larutan air
HIn
H +
In -
(1' )
dan InOH
OH -
In -
(1'' )
warna warna
tak terionisasi terionisasi
In + H2O
OH- + HIn+ (1''' )
6
Indikator asam lemah
HIn
H+
In -
7
Menurut hukum aksi-massa:
aH aIn- H In yH yIn
Kin (2)
aHIn HIn yHIn
dan H +
HIn
K
yHIn
in
In- yH+ yIn-
Bentuk yang tak terion yHIn
Kin + - (3)
Bentuk yang terion yH yIn
H
HIn Bentuk yangtak terion
in
+
K Kin (3' )
In- Bentuk yang terion
8
Warna sesungguhnya dari indikator tergantung pada angka
banding [In-]/[HIn] yang barkaitan dengan [H+]
In-
pH log pK in (4)
HIn
Untuk indikator basa lemah
InOH
OH K in (5)
In
+
K w In+
H+ (6)
K in InOH
Karena K w H+ OH-
9
Teori Oswald tentang perubahan indikator perlu ditinjau kembali,
akan tetapi pandangan pandangan tentang aksi indikator yang
dimodifikasi ini telah menghasilkan persamaan-persamaan serupa.
Menurut Hantzsch
Perubahan warna tidak hanya disebabkan oleh perubahan warna
antara bentuk molekul dan bentuk ionnya, tetapi juga disebabkan
oleh perubahan struktur, termasuk menghasilkan bentuk kuinoid
dan resonansi, misalnya pada indikator fenolftalein (pp).
10
Perubahan struktur dan warna indikator Fenolftalein
OH OH -
OH OH O O O O-
C OH- C OH- C
C
OH
O
CO COO- COO-
COO-
Tidak berwarna Tidak berwarna Merah
[I] [II] [III]
OH berlebih
O O-
C
OH
COO-
Tidak berwarna
[IV]
11
Jingga metil
O CH3
-
O S N N N
O + CH
3
H
OH-
Jingga
O CH3
-
O S N N N
O CH3
kuning
12
Konsep Bronsted
Tidak perlu dibedakan antara indikator asam dan basa, yang
ditekankan adalah jenis muatan dari bentuk asam dan bentuk
basa dari indikator.
InA
H+
+ InB (7)
aH+ aInA
K In (8)
aInA
13
Warna indikator yang dapat diamati oleh mata, ditetapkan
sebagai angka banding dari [InA]/[InB]
InA aA yInB
(9)
InB KIn yInA
InB yInB
pH=-log aH+ pKIn log log (10)
InA yInA
14
Keseimbangan perubahan warna pada setiap kuat ion tertentu
dapat dinyatakan dengan persamaan yang dimodifikasi.
In
pH = p K In + log B
'
(11)
In
A
Titrasi Asam-Basa-MJH 15
Namun demikian,(dalam pekerjaan titrasi), mata manusia
mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mendeteksi salah
satu dari dua warna apabila salah satunya adalah dominan.
Menurut pengalaman:
• larutan akan nampak memiliki warna “asam” (InA), apabila
rasio [InA]/[InB] > 10
• larutan akan nampak memiliki warna “basa” (InB), apabila
rasio [InB]/[InA] > 10
17
Perubahan warna dan jangkau pH indikator tertentu
Indikator Jangkau Warna dalam Warna dalam pK’In
pH larutan asam larutan basa
Kuning metil 2,9 4,0 Merah Kuning 3,3
18
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kuantitatif asam-
basa:
Keasaman dari air yang digunakan, baik untuk pembuatan
larutan standar maupun untuk pelarut.
Air dalam kesetimbangan dengan tekanan normal mengandung
0,03% volume CO2, pH-nya = 5,7. Air suling pH=7, air jenuh
CO2 (1 atm,25C), pH=3,7
19
Contoh perubahan warna indikator pada pH 0-14
20
Pembagian Indikator
Indikator tunggal berwarna satu
Hanya menunjukkan satu warna
Indikator saja pada pH tertentu
tunggal Misal: fenolftalein (pp)
Indikator
21
Penyiapan indikator
Fenolftalein
Merah metil(pp)
Larutkan
Larutkan 51 gg pp dalam
asam 500 mLdalam
bebasnya etanol1 dan
L airtambahkan
panas atau
Jingga
500 metil
mL air dengan
larutkan dalam 600terus diaduk.
mL etanol danSaring jika terbentuk
encerkan dengan 400 mL
Larutkan
endapan 0,5 g asam bebasnya dalam 1 L air, saring.
air.
Larutkan 0,5 g garam natriumnya dalam 1 L air + 15,2 mL HCl
0,1 M, saring.
22
Beberapa contoh indikator campuran
Campuran indikator pH Perubahan Komposisi
warna
Hijau bromokresol; 4,3 Jingga Hijau 1 bagian 0,1% (Na) dalam air,
jingga metil biru 1 bagian 0,2% dalam air
Hijau bromokresol; 6,1 Hijau pucat 1 bagian 0,1% (Na) dalam air,
Merah klorofenol ungu biru 1 bagian 0,1% dalam air
24
Indikator Universal
Dengan mencampur indikator-indikator tertentu yang sesuai,
perubahan warna dapat timbul pada sebagian besar daerah pH
Indikator UNIVERSAL tersedia secara komersial sebagai larutan
dan sebagai kertas uji
Contoh
1. Bogen (1927). Larutan 0,1 g fenolftalein; 0,2 g merah metil; 0,3 g
kuning metil; 0,4 g biru bromotimol; dan 0,5 g biru timol dalam
500 mL etanol absolut, tambahkan larutan natrium hidroksida
sampai warna menjadi kuning. Perubahan warna: pH 2, merah;
pH 4, jingga; pH 6, kuning; pH 8, hijau, pH 10, biru.
2. T.B. Smith (1929). Larutan 0,05 g jingga metil; 0,15 g merah
metil; 0,3 g biru bromotimol, dan 0,35 g fenolftalein dalam 1 L
etanol 66%. Perubahan warna: pH 3 merah; pH 4, merah
jingga; pH 5, jingga; pH 6, kuning; pH 7, hijau-kekuningan;
pH 8, biru-kehijauan; pH 9, biru; pH 10, violet, pH 11, violet-
kemerahan 25
Kurva penetralan
• Mengetahui perubahan pH larutan selama berlangsungnya titrasi
• Mengetahui besarnya pH larutan di sekitar titik ekivalen
• Menentukan / memilih indikator yang sesuai
pH = ½ (pKw-pKb-log [G])
27
Pedoman pembuatan kurva netralisasi
28
Contoh: titrasi netralisasi 100 mL HCl 1 M dengan NaOH 1 M
Penambahan NaOH 10 mL
100 mL HCl 1 M = 100 mmol
10 mL NaOH 1 M = 10 mmol
Garam NaCl yang terjadi = 10 mmol/110 mL
HCl sisa = (100 – 10)= 90 mmol/110 mL [H+] = 9/11 mol/L
pH = - log 9/11 = 0,0877
Jadi pH larutan adalah = 0,088
29
Penambahan NaOH 25 mL
HCl sisa (100-25)=75 mmol/125 mL [H+] = 75/125 mol/L
pH = - log 3/5= 0,2219
Jadi pH larutan adalah 0,222
Dst …………………..
Penambahan NaOH 90 mL
HCl sisa (100-90)=10 mmol/190 mL [H+] = 10/190 mol/L
pH = - log 1/19 = 1,2788
Jadi pH larutan adalah 1,279
Dst ………………………
30
pH larutan pada saat kelebihan pereaksi (titran)
Kelebihan NaOH 1 mL
100 mL HCl 1 M = 100 mmol
101 mL NaOH 1 M = 101 mmol
Garam NaCl yang terjadi = 100 mmol/201 mL
NaOH sisa = (101-100)= 1 mmol/201 mL [NaOH]sisa = 1/201 mol/L
[OH-]=1/201 mol/L
pOH = - log [OH-]= - log 1/201 = 2,3032
pH = 14 – 2,3032 = 11,697
Kelebihan NaOH 50 mL
NaOH sisa = (150-100) = 50 mmol/250 mL [NaOH]sisa = 50/250
mol/L
[OH-]=50/250 mol/L
pOH = - log [OH-]= - log 50/250 = 0,6990
pH = 14 – 0,6990 = 13,301
Titrasi Asam-Basa-MJH 31
Dst ……………………..
Kurva-kurva penetralan 100 mL HCl dengan NaOH
yang sama konsentrasinya
14
12
Konsentrasi pH
10 (M)
1M
1 3-10,5
8
Titik
pH
0.1 M
6 0.01 M
ekivalen
0,1 4,5-9,5
4
2
0,01 5,5-8,5
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200
NaOH yang ditambahkan (mL)
32
Konsentrasi (M) Indikator dengan Kesalahan
Jangkau pH
1 3-10,5 Kecil. Dapat
diabaikan
0,1 4,5-9,5 0,2 % dapat
Jingga metil, diabaikan
fenolftalein
0,01 5,5-8,5 1-2 % jingga metil
merah metil, biru
bromtimol
33
Kurva netralisasi asam lemah-basa kuat
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Asam lemah dalam larutan tidak terionisasi secara sempurna
b. Pada setiap penambahan larutan pereaksi (titran) sebelum titik
ekivalen →larutan bufer
Untuk larutan setengah netral pH = pKa
c. Pada titik ekivalen → garam terhidrolisis
35
pH =- log (1,82 x 10-5 x 0,1)1/2
pH = 0,8699
pH pada setiap penambahan volume pereaksi (titran)sampai sebelum
titik ekivalen tercapai
Penambahan NaOH 10 mL
100 mL CH3COOH 0,1 M = 10 mmolek
10 mL NaOH 0,1 M = 1 mmolek
CH3COONa yang terbentuk = 1 mmol/110 mL→[G] = 1/110 mol/L
CH3COOH sisa = (10-1) = 9 mmol/110 mL →[H+] = 9/110 mol/L
Penambahan NaOH 25 mL
[G] = 2,5/125 mol/L dan [A]sisa = 7,5/125 mol/L
37
pH larutan pada setiap kelebihan pereaksi
H 38
Kelebihan 10 mL (penambahan NaOH 110 mL)
Dst ……..
39
Kurva penetralan 100 mL CH3COOH 0,1 M dengan NaOH 0,1 M
14
Indikator yang dapat
12
digunakan (6,7 – 10,6)
10
TE Fenolftalein 8,3 – 10
8
Timolfalein 8,3 – 10,5
pH
4
Timol biru 8 – 9,6
2
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225
Volume NaOH (mL)
40
Kurva netralisasi basa kuat-asam lemah
6
TE Jingga metil 3,0 - 4,5
4
2
5,278 Merah metil 4,2 – 6,3
0 Bromo fenol biru 3,0 -4,6
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225
Volume HCl 0,1 M
42
Kurva penetralan 100 mL CH3COOH 0,1 M dengan NH4OH 0,1 M
pKa = pKb = 4,74
10 pH titik ekivalen 7
9
8 Daerah perubahan pH
7
6
sangat sempit, indikator
tunggal tidak memberikan
pH
5
4 perubahan warna yang
3
2 jelas
1
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225
Volume NH4OH (mL)
43
Kurva netralisasi basa lemah-asam lemah
44
45
Contoh soal:
Sebanyak 0,61 g asam benzoat (C6H5-COOH),Ka = 6,6 . 10-5,
dilarutkan dalam air hingga volumenya 500 mL, kemudian
larutan yang terjadi dititrasi dengan larutan basa kuat NaOH
0,05 M.
Hitunglah:
1. Molaritas asam benzoat mula-mula
2. pH larutan sebelum dititrasi
3. pH larutan setengah netral dan pH TE
46
Penyelesaian
47
3. Pada saat larutan mulai dititrasi, terjadi reaksi:
C6H5 -COOH +NaOH C6H5 -COONa+H2O
a. Pada saat larutan setengah netral
pH = pKa
= - log 6,6 x 10-5 = 4,1805
Jadi pH larutan setengah netral adalah 4,1805
b. Pada saat titik ekivalen
pH = ½ (pKw+pKa+log [G])
pH = 7+2,09025-1,0396 = 8,05065
Jadi pH larutan pada TE adalah 8,05065
Titrasi Asam-Basa-MJH 48
Netralisasi asam polibasis/poliprotis
dengan basa kuat
Asam polibasis:
Asam yang di dalam larutannya dapat melepaskan dua ion H+
atau lebih
Misal: H2CO3 asam dibasis
H3PO4 asam polibasis
H2CO3+H2O H3 O+ +HCO3- Ka1=4,3.10-7
HCO3- +H2O H3O+ +CO3-
Ka2 =5,6.10-11
Titrasi Asam-Basa-MJH 49
Jika Ka1/Ka2 >104 dapat dianggap sebagai campuran antara 2
jenis asam
H2CO3
TE I jelas,
TE II tidak jelas (harga Ka2 < -7, sehingga pH/V kecil)
Tidak dapat dianggap sebagai campuran 2 asam (Ka1/Ka2<104)
sukar dibedakan kedua TE-nya
Ka1 4,3.107
7,68.10 3
Ka2 5,61011
51
Asam sitrat (asam 2 hidroksil propil trikarboksilat
52
Contoh asam dibasis
53
H3PO4
54
H3PO4
Ka1
1, 21.105 Dapat dianggap
Ka1 = 7,5 . 10-3 Ka2
sebagai campuran
Ka2 = 6,2 . 10-8 Ka2
1, 24.105 3 asam
Ka3
Ka3 = 5,0 . 10-13
Apabila dititrasi dengan basa kuat berasam satu, maka pH:
TE I pH = ½ (pKa1+pKa2) pH = 4,666
TE II pH = ½ (pKa2+pKa3) pH = 9,754
TE III pH = ½ (pKw+ pKa3+log [G]) pH = 12,110
Indikator
TE I : jingga metil, hijau bromokresol, merah kongo
TE II : timolftalein Titrasi Asam-Basa-MJH 55
56
Titrasi pemindahan
Titrasi terhadap larutan garam terhidrolisis
1. Larutan garam dari basa kuat dan asam lemah
Misal KCN, Na-piroborat (boraks, Na2B4O7), Na2CO3 dititrasi
dengan larutan standar asam kuat, misal HCl
2. Larutan garam dari basa lemah dan asam kuat
Misal: NH4Cl, anilin klorida (C6H5-NHCl), metilamin klorida
(CH3NHCl) dititrasi dengan larutan standar basa kuat, misal
NaOH
CO32- +H+
HCO3-
TE I
pH = ½ (pKa1+pKa2)
= ½ (6,367 + 10,252)
= 8,31
Indikator: biru timol (baik), fenolftalein (kurang baik)
59
Penetapan campuran NaOH dengan Na2CO3
Campuran NaOH dan Na2CO3 dapat dititrasi dengan larutan standar
HCl
Terjadi dua TE
TE I NaOH + HCl NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
pH = 8,31 indikator pp
TE II NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
pH = 3,84 indikator jingga metil
60
Indikator Larutan campuran
PP NaOH dan Na2CO3
(a – b) mL
Larutan campuran
NaCl dan Na2CO3
a mL HCl
b mL HCl
Indikator
Larutan NaHCO3 PP berubah
JM
b mL HCl
Jadi Larutan campuran
Volume HCl untuk NaOH = (a-b) mL NaCl dan H2CO3 JM berubah
62
Titrasi campuran Na2CO3 dan NaHCO3 dengan HCl
a mL HCl
63
Contoh soal
64
Jawab:
65
Penerapan titrasi asam basa
Analisis anorganik
Misal : analisis alkalinitas, asiditas dan CO2 bebas dalam air
dan air limbah
Analisis organik
Misal : penentuan kadar protein secara Kjeldahl
66
Unsur Dibebas- Reaksi Titrasi
kan
sebagai
N NH3(g) NH3(g)+H3O+NH4++H2O Kelebihan H3O+
dengan basa
S SO2 (g) SO2(g)+H2O2 (aq)H2SO4(aq) H2SO4 dengan
basa kuat
C CO2(g) CO2(g)+Ba(OH)2 (aq) BaCO3(s) Kelebihan
+H2O(l) Ba(OH)2 dengan
asam kuat
Cl HCl (g) HCl(g)+H2O(l)H3O+(aq)+Cl-(aq) H3O+dengan basa
kuat
F SiF4(g) 3SiF4(g)+2H2O(l) 2H2SiF6(aq) H2SiF6dengan
+SiO2 basa kuat
67
Gugus Reaksi Titrasi
fungsi
68
Soal-soal latihan
Sebuah botol berisi 200 mL NaOH 0,100 M, mengabsorpsi
sejumlah gas CO2 dari udara. Titrasi larutan tersebut dengan
indikator pp setelah proses absorpsi menunjukkan konsentrasi
0,09 M. Berapakah gas CO2 yang diabsorpsi oleh larutan
NaOH tersebut?
69
Sampel sebesar 0,5 gram yang mungkin saja mengandung
campuran NaOH dan Na2CO3, atau NaHCO3 dan Na2CO3,
dititrasi dengan 0,100 M HCl dengan metoda dua indikator.
Diketahui bahwa 10,0 mL asam diperlukan untuk mencapai
titik akhir fenolftalein. Jingga metil ditambahkanke dalam
larutan, dan titrasi selanjutnya dengan menggunakan
tambahan 20,0 mL asam.
Pertanyaan:
70