Anda di halaman 1dari 69

1

Tujuan:
Menetapkan jumlah asam/basa yang secara kimiawi tepat ekivalen dengan
jumlah basa/asam yang ada

Keadaan/saat tepat ekivalen antara jumlah asam dan jumlah basa disebut titik-
ekivalen (TE), titik stoikiometri, atau titik akhir teoritis

Titik akhir titrasi (TAT)


 suatu keadaan dimana titrasi harus dihentikan,
 tepat terjadi perubahan warna larutan,
 kelebihan sedikit larutan titran.

TE dan TAT harus sangat sedikit perbedaannya agar kesalahan titrasi sekecil
mungkin

Titrasi Asam-Basa-MJH 2
Asidimetri: titrasi larutan basa oleh larutan asam
Alkalimetri: titrasi larutan asam oleh larutan basa
Selama titrasi terjadi perubahan pH sedikit demi sedikit

Asam Basa pH ekivalen Garam (G)


kuat kuat 7 Netral
lemah kuat >7 Terhidolisis
kuat lemah <7 Terhidrolisis
lemah lemah Tergantung pKa dan pKb Terhidrolisis

Garam dari basa lemah dengan asam kuat


pH = ½ (pKw – pKb – log G)
Garam dari asam lemah dengan basa kuat
pH = ½ (pKw + pKa + log G)
3
Indikator asam - basa

Sifat indikator: terjadi perubahan warna dalam larutan, baik yang


bersifat asam maupun yang bersifat basa.

Perubahan warna tidak terjadi secara draktis, melainkan terjadi


secara perlahan-lahan, sesuai dengan terjadinya perubahan pH
dalam larutan.

Perubahan pH larutan yang menyebabkan terjadinya perubahan


warna indikator disebut daerah (interval) pH yang biasanya
terletak antara dua satuan pH.

4
Menurut W. Ostwald

Semua indikator yang umumnya digunakan adalah asam-asam


atau basa-basa organik sangat lemah yang berubah warnanya
dengan terjadinya perubahan pH larutan.

Asam indikator yang tidak berdisosiasi (HIn) atau basa indikator


yang tidak berdisosiasi (InOH)  mempunyai warna yang
berbeda dari warna ionnya

5
Kesetimbangan indikator dalam larutan air

HIn  
 H +
 In -
(1' )
dan InOH  
 OH -
 In -
(1'' )
warna warna
tak terionisasi terionisasi

Jika indikator adalah amina bebas atau amina tersubstitusi

In + H2O 


 OH- + HIn+ (1''' )

6
Indikator asam lemah


HIn 
 H+
 In -

Dalam larutan asam, jumlah H+ berlebih  kesetimbangan akan


bergeser ke kiri (jumlah In- sangat kecil)  warna indikator dalam
larutan akan sesuai dengan warna indikator dalam bentuk tak-
terionisasi (HIn)

Dalam suasana basa, jumlah H+ sangat sedikitkesetimbangan


akan bergeser ke kanan (jmlah In- sangat banyak) warna
indikator dalam larutan akan sesuai dengan warna indikator dalam
bentuk terionisasi (In-)

7
Menurut hukum aksi-massa:
aH aIn- H  In  yH yIn
  Kin (2)
aHIn  HIn yHIn

dan H +

 HIn
K
yHIn
in
In-  yH+ yIn-
Bentuk yang tak terion yHIn
 Kin + - (3)
Bentuk yang terion yH yIn

Kin : Tetapan ionisasi indikator , y : koefisien keaktifan


Untuk larutan yang sangat encery = 1, maka Persamaan
(3) diringkas menjadi bentuk konsentrasi:

H  
 HIn Bentuk yangtak terion
in 
+
K Kin (3' )
In-  Bentuk yang terion

8
Warna sesungguhnya dari indikator tergantung pada angka
banding [In-]/[HIn] yang barkaitan dengan [H+]

In- 
pH  log  pK in (4)
 HIn
Untuk indikator basa lemah

InOH 
 OH  K in (5)
In 
+

K w In+ 
H+   (6)
K in InOH 
Karena K w  H+  OH- 

9
Teori Oswald tentang perubahan indikator perlu ditinjau kembali,
akan tetapi pandangan pandangan tentang aksi indikator yang
dimodifikasi ini telah menghasilkan persamaan-persamaan serupa.

Menurut Hantzsch
Perubahan warna tidak hanya disebabkan oleh perubahan warna
antara bentuk molekul dan bentuk ionnya, tetapi juga disebabkan
oleh perubahan struktur, termasuk menghasilkan bentuk kuinoid
dan resonansi, misalnya pada indikator fenolftalein (pp).

10
Perubahan struktur dan warna indikator Fenolftalein

OH OH -
OH OH O O O O-

C OH- C OH- C
C
OH
O

CO COO- COO-
COO-
Tidak berwarna Tidak berwarna Merah
[I] [II] [III]

OH berlebih

O O-

C
OH

COO-
Tidak berwarna
[IV]

11
Jingga metil

O CH3
-
O S N N N
O + CH
3
H
OH-
Jingga

O CH3
-
O S N N N
O CH3

kuning

12
Konsep Bronsted
Tidak perlu dibedakan antara indikator asam dan basa, yang
ditekankan adalah jenis muatan dari bentuk asam dan bentuk
basa dari indikator.

Kesetimbangan antara bentuk asam InA dan bentuk basa InB


dapat dinyatakan sebagai:



InA 
 H+
+ InB (7)
aH+ aInA
 K In (8)
aInA

13
Warna indikator yang dapat diamati oleh mata, ditetapkan
sebagai angka banding dari [InA]/[InB]

InA  aA yInB
 (9)
InB  KIn yInA
InB   yInB 
pH=-log aH+  pKIn  log  log (10)
InA   yInA 

pH akan tergantung pada kuat ion larutan (yang berkaitan


dengan koefisien keaktifan).

14
Keseimbangan perubahan warna pada setiap kuat ion tertentu
dapat dinyatakan dengan persamaan yang dimodifikasi.

In
pH = p K In + log B
'
(11)
In
A

pK’In adalah tetapan indikator nampak


Nilai angka banding [InB] / [InA] (yaitu [bentuk basa] / [bentuk
asam]

• tergantung pada [H+] (pH) larutan


• dapat ditetapkan dengan perbandingan warna secara
visual (tampak oleh mata), atau lebih tepat lagi dengan
metoda spektrofotometri.

Titrasi Asam-Basa-MJH 15
Namun demikian,(dalam pekerjaan titrasi), mata manusia
mempunyai kemampuan yang terbatas untuk mendeteksi salah
satu dari dua warna apabila salah satunya adalah dominan.

Menurut pengalaman:
• larutan akan nampak memiliki warna “asam” (InA), apabila
rasio [InA]/[InB] > 10
• larutan akan nampak memiliki warna “basa” (InB), apabila
rasio [InB]/[InA] > 10

Sehingga batas pH yang bersangkutan (dari persamaan 11)


adalah:

warna asam terlihat pada pH = p K ' In  1


warna basa terlihat pada pH = p K ' In  1
16
Jadi, selang perubahan warna (jangkau indikator) adalah

pH = p K ' In  1 Kira-kira dua satuan pH

Selama titrasi, secara berangsur-angsur terjadi perubahan pH


yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna, yang
bergantung pada angka banding [InA] dan [InB]
Apabila pH larutan = pK’In, angka banding [InA]/[InB] = 1 
warna larutan adalah (jika intensitas wrnanya sama kuat) warna
campuran antara bentuk asam dan bentuk basa  rona tengah
dari indikator
Jika bentuk yang satu lebih kuat intensitas warnanya
dibandingkan dengan yang lain, maka rona-tengah akan bergesr
sepanjang jangkau indikator itu

17
Perubahan warna dan jangkau pH indikator tertentu
Indikator Jangkau Warna dalam Warna dalam pK’In
pH larutan asam larutan basa
Kuning metil 2,9  4,0 Merah Kuning 3,3

Jingga metil 3,2  4,4 Merah Jingga 3,7

Merah metil 4,2  6,3 Merah Kuning 5,0

Biru 6,0  7,6 Kuning Biru 7,1


bromotimol
Fenoftalein 8,310,0 Tak berwarna Merah 9,6

Timolftalein 8,310,5 Tak berwarna Biru 9,3

18
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kuantitatif asam-
basa:
Keasaman dari air yang digunakan, baik untuk pembuatan
larutan standar maupun untuk pelarut.
Air dalam kesetimbangan dengan tekanan normal mengandung
0,03% volume CO2, pH-nya = 5,7. Air suling pH=7, air jenuh
CO2 (1 atm,25C), pH=3,7

Indikator fenolftalein adalah satu-satunya indikator yang


sangat baik, karena selain perubahan warnanya cukup jelas,
juga hanya sedikit dipengaruhi oleh CO2

19
Contoh perubahan warna indikator pada pH 0-14

20
Pembagian Indikator
Indikator tunggal berwarna satu
Hanya menunjukkan satu warna
Indikator saja pada pH tertentu
tunggal Misal: fenolftalein (pp)

Indikator

Indikator tunggal berwarna dua


Dalam larutan yang bersifat asam
Indikator
dan basa memberikan dua warna
campuran
yang berbeda
Misal: merah metil (mm)

21
Penyiapan indikator

Biasanya larutan indikator untuk persediaan mengandung 0,5-1 g


indikator/L pelarut (etanol ,air, dsb.)

Fenolftalein
Merah metil(pp)
Larutkan
Larutkan 51 gg pp dalam
asam 500 mLdalam
bebasnya etanol1 dan
L airtambahkan
panas atau
Jingga
500 metil
mL air dengan
larutkan dalam 600terus diaduk.
mL etanol danSaring jika terbentuk
encerkan dengan 400 mL
Larutkan
endapan 0,5 g asam bebasnya dalam 1 L air, saring.
air.
Larutkan 0,5 g garam natriumnya dalam 1 L air + 15,2 mL HCl
0,1 M, saring.

22
Beberapa contoh indikator campuran
Campuran indikator pH Perubahan Komposisi
warna
Hijau bromokresol; 4,3 Jingga  Hijau 1 bagian 0,1% (Na) dalam air,
jingga metil biru 1 bagian 0,2% dalam air
Hijau bromokresol; 6,1 Hijau pucat  1 bagian 0,1% (Na) dalam air,
Merah klorofenol ungu biru 1 bagian 0,1% dalam air

Biru bromotimol; 7,2 Merah muda  1 bagian 0,1% dalam etanol,


Merah netral hijau 1 bagian 0,1% dalam etanol
Biru bromotimol; 7,5 Kuning  ungu 1 bagian 0,1% (Na) dalam air,
Merah fenol 1 bagian 0,1% (Na) dalam air
Biru timol; 8,3 Kuning  ungu 3 bagian 0,1% (Na) dalam air,
Merah kresol 1 bagian 0,1% (Na) dalam air
Biru timol; 9,0 Kuning  ungu 1 bagian 0,1% dalam 50% etanol,
Fenolftalein 3 bagian 0,1% dalam 50% etanol
Timolftalein; 9,9 Tak berwarna  1 bagian 0,1% dalam etanol,
fenolftalein ungu 1 bagian 0,1% dalam air

24
Indikator Universal
Dengan mencampur indikator-indikator tertentu yang sesuai,
perubahan warna dapat timbul pada sebagian besar daerah pH
Indikator UNIVERSAL tersedia secara komersial sebagai larutan
dan sebagai kertas uji
Contoh
1. Bogen (1927). Larutan 0,1 g fenolftalein; 0,2 g merah metil; 0,3 g
kuning metil; 0,4 g biru bromotimol; dan 0,5 g biru timol dalam
500 mL etanol absolut, tambahkan larutan natrium hidroksida
sampai warna menjadi kuning. Perubahan warna: pH 2, merah;
pH 4, jingga; pH 6, kuning; pH 8, hijau, pH 10, biru.
2. T.B. Smith (1929). Larutan 0,05 g jingga metil; 0,15 g merah
metil; 0,3 g biru bromotimol, dan 0,35 g fenolftalein dalam 1 L
etanol 66%. Perubahan warna: pH  3 merah; pH 4, merah
jingga; pH 5, jingga; pH 6, kuning; pH 7, hijau-kekuningan;
pH 8, biru-kehijauan; pH 9, biru; pH 10, violet, pH 11, violet-
kemerahan 25
Kurva penetralan
• Mengetahui perubahan pH larutan selama berlangsungnya titrasi
• Mengetahui besarnya pH larutan di sekitar titik ekivalen
• Menentukan / memilih indikator yang sesuai

1. Larutan bufer dari asam lemah dan garamnya


[G]
pH=pKa+log
[A]

2. Larutan bufer dari basa lemah dan garamnya


[G]
pH = pKw - pKb - log
[B]
Back
26
3. Larutan garam terhidrolisis dari asam lemah dan basa kuat
pH = ½ (pKw+pKa+log [G])

4. Larutan garam terhidrolisis dari basa lemah dan asam kuat

pH = ½ (pKw-pKb-log [G])

5. Larutan garam terhidolisis dari asam lemah dan basa lemah


pH = ½ (pKw + pKa - pKb)

27
Pedoman pembuatan kurva netralisasi

Tentukan besarnya pH larutan:

1. mula-mula, sebelum dititrasi


2. pada setiap penambahan volume pereaksi (standar, titran)
sampai sebelum titik ekivalen tercapai,
3. pada saat tercapainya titik ekivalen,
4. pada saat kelebihan pereaksi (titran)

28
Contoh: titrasi netralisasi 100 mL HCl 1 M dengan NaOH 1 M

pH mula-mula, sebelum dititrasi


HCl  H+ + Cl-
Karena [HCl] = 1 M  [H+] = 1 M
pH = - log [H+]
= - log 1 = 0
Jadi pH larutan mula-mula= 0

pH pada setiap penambahan volume pereaksi (titran)sampai sebelum


titik ekivalen tercapai,

Penambahan NaOH 10 mL
100 mL HCl 1 M = 100 mmol
10 mL NaOH 1 M = 10 mmol
Garam NaCl yang terjadi = 10 mmol/110 mL
HCl sisa = (100 – 10)= 90 mmol/110 mL  [H+] = 9/11 mol/L
pH = - log 9/11 = 0,0877
Jadi pH larutan adalah = 0,088
29
Penambahan NaOH 25 mL
HCl sisa (100-25)=75 mmol/125 mL  [H+] = 75/125 mol/L
pH = - log 3/5= 0,2219
Jadi pH larutan adalah 0,222

Dst …………………..

Penambahan NaOH 90 mL
HCl sisa (100-90)=10 mmol/190 mL  [H+] = 10/190 mol/L
pH = - log 1/19 = 1,2788
Jadi pH larutan adalah 1,279

Dst ………………………

pH larutan pada saat tercapainya titik ekivalenvolume NaOH 100 mL

mmol HCl = mmol NaOH


Karena baik HCl maupun NaOH keduanya elektrolit kuat, maka
garam NaCl yang terjadi bersifat netral pH = 7

30
pH larutan pada saat kelebihan pereaksi (titran)

Kelebihan NaOH 1 mL
100 mL HCl 1 M = 100 mmol
101 mL NaOH 1 M = 101 mmol
Garam NaCl yang terjadi = 100 mmol/201 mL
NaOH sisa = (101-100)= 1 mmol/201 mL  [NaOH]sisa = 1/201 mol/L
[OH-]=1/201 mol/L
pOH = - log [OH-]= - log 1/201 = 2,3032
pH = 14 – 2,3032 = 11,697

Kelebihan NaOH 50 mL
NaOH sisa = (150-100) = 50 mmol/250 mL  [NaOH]sisa = 50/250
mol/L
[OH-]=50/250 mol/L
pOH = - log [OH-]= - log 50/250 = 0,6990
pH = 14 – 0,6990 = 13,301
Titrasi Asam-Basa-MJH 31
Dst ……………………..
Kurva-kurva penetralan 100 mL HCl dengan NaOH
yang sama konsentrasinya

14

12
Konsentrasi pH
10 (M)
1M
1 3-10,5
8
Titik
pH

0.1 M
6 0.01 M
ekivalen
0,1 4,5-9,5
4

2
0,01 5,5-8,5
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200
NaOH yang ditambahkan (mL)

32
Konsentrasi (M) Indikator dengan Kesalahan
Jangkau pH
1 3-10,5 Kecil. Dapat
diabaikan
0,1 4,5-9,5 0,2 % dapat
Jingga metil, diabaikan
fenolftalein
0,01 5,5-8,5 1-2 % jingga metil
merah metil, biru
bromtimol

33
Kurva netralisasi asam lemah-basa kuat
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Asam lemah dalam larutan tidak terionisasi secara sempurna
b. Pada setiap penambahan larutan pereaksi (titran) sebelum titik
ekivalen →larutan bufer
Untuk larutan setengah netral pH = pKa
c. Pada titik ekivalen → garam terhidrolisis

Contoh: Titrasi 100 mL CH3COOH 0,1 M (Ka = 1,82 . 10-5) dengan


larutan basa kuat NaOH 0,1 M
pH mula-mula, sebelum dititrasi
CH3COOH3  H+ CH3COO-
pH = -log Ka.[H+ ]
Titrasi Asam-Basa-MJH 34
Kurva netralisasi basa kuat-asam kuat

35
pH =- log (1,82 x 10-5 x 0,1)1/2
pH = 0,8699
pH pada setiap penambahan volume pereaksi (titran)sampai sebelum
titik ekivalen tercapai
Penambahan NaOH 10 mL
100 mL CH3COOH 0,1 M = 10 mmolek
10 mL NaOH 0,1 M = 1 mmolek
CH3COONa yang terbentuk = 1 mmol/110 mL→[G] = 1/110 mol/L
CH3COOH sisa = (10-1) = 9 mmol/110 mL →[H+] = 9/110 mol/L

Penambahan NaOH 25 mL
[G] = 2,5/125 mol/L dan [A]sisa = 7,5/125 mol/L

pH = 4,7399 + log 2,5/7,5 = 4,2628 36


Penambahan NaOH 50 mL → pH 4,740
Penambahan NaOH 75 mL → pH 5,217
Penambahan NaOH 90 mL → pH 5,694

pH larutan pada saat tercapainya titik ekivalen


volume NaOH 0,1 M 100 mL
CH3COONa yang terbentuk = 10 mmol/200 mL→[G] = 0,05mol/L
pH = ½ (pKw + pKa + log [G])
= ½ (14 + 4,74 + log 0,05)
= 8,7195

37
pH larutan pada setiap kelebihan pereaksi

Kelebihan 1 mL (penambahan NaOH 101 mL)

100 mL CH3COOH 0,1 M = 10 mmol


101 mL NaOH 0,1 M = 10,1 mmol
NaOH sisa (10,1-10) = 0,1 mmol/201 mL
→ [NaOH]sisa=0,1/201 mol/L

NaOH → Na+ + OH-

[OH-] = 0,1/201 mol/L → pOH = -log [OH-]= -log 0,1/201 = 3,3032


Jadi pH larutan adalah 14 – 3,3032 = 10,697

H 38
Kelebihan 10 mL (penambahan NaOH 110 mL)

NaOH sisa (11-10) = 1 mmol/210 mL; → [OH-]sisa=1/210 mmol/L


pOH = -log 1/210 = 2,3222
pH = 14 - 2,3222 = 11,678

Dst ……..

39
Kurva penetralan 100 mL CH3COOH 0,1 M dengan NaOH 0,1 M

14
Indikator yang dapat
12
digunakan (6,7 – 10,6)
10
TE Fenolftalein 8,3 – 10
8
Timolfalein 8,3 – 10,5
pH

4
Timol biru 8 – 9,6
2

0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225
Volume NaOH (mL)

40
Kurva netralisasi basa kuat-asam lemah

Untuk asam lemah dengan Ka < 10-7, kelajuan perubahan pH


di sekitar titik ekivalen tidak cukup jelas, sehingga jika
digunakan indikator tunggal perubahan warnanya tidak jelas →
dibutuhkan indikator campuran
41
Kurva penetralan 100 mL NH4OH 0,1 M (Kb = 1,8 10-5)
dengan HCl 0,1 M

12 Indikator daerah pHnya


10 sedikit asam 3 – 7,2
8
Indikator Jangkau pH
pH

6
TE Jingga metil 3,0 - 4,5
4

2
5,278 Merah metil 4,2 – 6,3
0 Bromo fenol biru 3,0 -4,6
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225
Volume HCl 0,1 M

42
Kurva penetralan 100 mL CH3COOH 0,1 M dengan NH4OH 0,1 M
pKa = pKb = 4,74

10 pH titik ekivalen 7
9
8 Daerah perubahan pH
7
6
sangat sempit, indikator
tunggal tidak memberikan
pH

5
4 perubahan warna yang
3
2 jelas
1
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225
Volume NH4OH (mL)

43
Kurva netralisasi basa lemah-asam lemah

44
45
Contoh soal:
Sebanyak 0,61 g asam benzoat (C6H5-COOH),Ka = 6,6 . 10-5,
dilarutkan dalam air hingga volumenya 500 mL, kemudian
larutan yang terjadi dititrasi dengan larutan basa kuat NaOH
0,05 M.
Hitunglah:
1. Molaritas asam benzoat mula-mula
2. pH larutan sebelum dititrasi
3. pH larutan setengah netral dan pH TE

46
Penyelesaian

1. Mr asam benzoat 122


0,61 g asam benzoat = 0,61/122 gmol = 0,005 gmol dalam 500 mL
larutan. Jadi molaritasnya adalah 0,005 x 1000/500 = 0,01 M.
2.   + -
C6H5 -COOH  H +C6H5 -COO
H+  C6H5 -COO- 
Ka=
 C6H5 -COOH
H+  = Ka  C6H5 -COOH

= 6,6.10-5 x10-2 =8,124.10 -4


pH=-log H+  =-log8,124.10 -4 = 3,0902

Jadi pH larutan sebelum titrasi adalah 3,0902

47
3. Pada saat larutan mulai dititrasi, terjadi reaksi:

C6H5 -COOH +NaOH  C6H5 -COONa+H2O

a. Pada saat larutan setengah netral
pH = pKa
= - log 6,6 x 10-5 = 4,1805
Jadi pH larutan setengah netral adalah 4,1805
b. Pada saat titik ekivalen
pH = ½ (pKw+pKa+log [G])
pH = 7+2,09025-1,0396 = 8,05065
Jadi pH larutan pada TE adalah 8,05065

Titrasi Asam-Basa-MJH 48
Netralisasi asam polibasis/poliprotis
dengan basa kuat
Asam polibasis:
Asam yang di dalam larutannya dapat melepaskan dua ion H+
atau lebih
Misal: H2CO3  asam dibasis
H3PO4  asam polibasis


H2CO3+H2O  H3 O+ +HCO3- Ka1=4,3.10-7


HCO3- +H2O  H3O+ +CO3-
 Ka2 =5,6.10-11

Titrasi Asam-Basa-MJH 49
Jika Ka1/Ka2 >104  dapat dianggap sebagai campuran antara 2
jenis asam

Kurva titrasinya tergantung dari besar relatif dari berbagai tetapan


ionnya

H2CO3
TE I  jelas,
TE II tidak jelas (harga Ka2 < -7, sehingga pH/V kecil)
Tidak dapat dianggap sebagai campuran 2 asam (Ka1/Ka2<104) 
sukar dibedakan kedua TE-nya
Ka1 4,3.107
  7,68.10 3

Ka2 5,61011

Indikator: timol biru (8,0-9,6) atau campuran timol biru:kresol


merah (3:1) 50
H2SO3
Ka1 = 1,7 . 10-2 Ka1
 1,7.105
Ka2 = 1 . 10-7 Ka2

Dapat dianggap sebagai campuran 2 asam


TE I  jelas  Ka1/Ka2 > 104
TE II  kurang jelas

51
Asam sitrat (asam 2 hidroksil propil trikarboksilat

Ka1 = 9,2 . 10-4 • Harga Ka saling berdekatantidak


dapat dianggap sebagai campuran
Ka2 = 2,7 . 10-5 asam.
Ka3 = 1,3 . 10-6 • Oleh karena Ka3 > 10-7 maka semua
ion H+ dapat dititrasi

52
Contoh asam dibasis

Nama asam pKa1 pKa2


Oksalat 1,27 4,27
Malonat 2,85 5,70
Suksinat 4,21 5,64
Tartrat 3,03 4,37
Glutamat 4,34 5,27
Adipat 4,43 5,28
Fumarat 3,02 4,38
Tiosulfat 1,70 2,50

53
H3PO4

54
H3PO4

Ka1
 1, 21.105 Dapat dianggap
Ka1 = 7,5 . 10-3 Ka2
sebagai campuran
Ka2 = 6,2 . 10-8 Ka2
 1, 24.105 3 asam
Ka3
Ka3 = 5,0 . 10-13
Apabila dititrasi dengan basa kuat berasam satu, maka pH:
TE I pH = ½ (pKa1+pKa2)  pH = 4,666
TE II pH = ½ (pKa2+pKa3)  pH = 9,754
TE III pH = ½ (pKw+ pKa3+log [G])  pH = 12,110
Indikator
TE I : jingga metil, hijau bromokresol, merah kongo
TE II : timolftalein Titrasi Asam-Basa-MJH 55
56
Titrasi pemindahan
Titrasi terhadap larutan garam terhidrolisis
1. Larutan garam dari basa kuat dan asam lemah
Misal KCN, Na-piroborat (boraks, Na2B4O7), Na2CO3  dititrasi
dengan larutan standar asam kuat, misal HCl
2. Larutan garam dari basa lemah dan asam kuat
Misal: NH4Cl, anilin klorida (C6H5-NHCl), metilamin klorida
(CH3NHCl) dititrasi dengan larutan standar basa kuat, misal
NaOH

Oleh karena garam-garam tsb garam-garam yang di dalam


larutan terhidrolisis, shg pada TE menghasilkan asam/basa lemah
yang oleh pereaksi basa/asam kuatnya telah dipindahkan dari
garamnya.
Titrasi Asam-Basa-MJH 57
Titrasi Na2CO3 dengan larutan standar HCl

CO32- +H+ 
 HCO3-
TE I
pH = ½ (pKa1+pKa2)
= ½ (6,367 + 10,252)
= 8,31
Indikator: biru timol (baik), fenolftalein (kurang baik)

HCO3- +H+  H2CO3


TE II

H2CO3   H+
+HCO -
3 pH = -log Ka1[H2CO3 ]

Titrasi Asam-Basa-MJH Back 58


pH = -log Ka1[H2CO3 ]
=-log 4,3.10-7 x 0,05
=3,84

Jadi pH TE II adalah 3,84


Indikator: kuning metil, jingga metil, merah kongo, biru bromofenol

59
Penetapan campuran NaOH dengan Na2CO3
Campuran NaOH dan Na2CO3 dapat dititrasi dengan larutan standar
HCl
Terjadi dua TE
TE I NaOH + HCl  NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl  NaHCO3 + NaCl
pH = 8,31  indikator pp
TE II NaHCO3 + HCl  NaCl + H2CO3
pH = 3,84  indikator jingga metil

60
Indikator Larutan campuran
PP NaOH dan Na2CO3
(a – b) mL
Larutan campuran
NaCl dan Na2CO3
a mL HCl
b mL HCl

Indikator
Larutan NaHCO3 PP berubah
JM
b mL HCl
Jadi Larutan campuran
Volume HCl untuk NaOH = (a-b) mL NaCl dan H2CO3 JM berubah

Volume HCl untuk Na2CO3 = 2 b


61
Penetapan campuran NaHCO3 dengan Na2CO3
TE I Na2CO3 + HCl  NaHCO3 + NaCl
pH = 8,31  indikator pp
TE II NaHCO3 + HCl  NaCl + H2CO3
pH = 3,84  indikator jingga metil

62
Titrasi campuran Na2CO3 dan NaHCO3 dengan HCl

Indikator Larutan campuran


PP Na2CO3 dan NaHCO3

a mL HCl

Indikator Larutan NaHCO3 PP berubah


JM
a mL HCl
Larutan campuran b mL HCl
NaCl dan NaHCO3 Volume HCl untuk:
(b-a) Na2CO3  2a mL
mL
Larutan NaHCO3  (b-a) mL
NaCl dan H2CO3
JM berubah

63
Contoh soal

Sebanyak 1,2 gram cuplikan yang mengandung campuran garam


NaHCO3 dan Na2CO3 dilarutkan dalam air, kemudian larutan yang
terjadi dititrasi dengan HCl 0,5 N, mula-mula menggunakan pp
kemudian jm. Apabila banyaknya volume yang digunakan untuk
menghilangkan warna dari indikator pp adalah 15 mL dan untuk
indikator jm adalah 22 mL.
Hitunglah:
a. Berapa % beratnya banyaknya komponen-kompone tersebut.
b. Apabila banyaknya volume larutan campuran adalah 50 mL,
berapa normalitas Na2CO3 dan NaHCO3

64
Jawab:

Na2CO3 = 2 x 15 x 0,5 mgrek = 15 mgrek = 7,5 mmol


= 106 x 7,5 mg = 795 mg =795/1200 x 100% = 66,25 %
Jadi banyaknya Na2CO3 adalah 66,25%

NaHCO3 = (22 – 15) = 7 mgrek = 7 mgmol


= 84 x 7 mgr = ….. mg = 294/1200 x100 % = 24,50 %
Jadi banyaknya garam NaHCO3 adalah …..24,50 %

b. Dalam 50 mL larutan campuran, banyaknya Na2CO3 = 15 mgrek


Normalitas larutan adalah= 15/50 = 0,3 N
Dalam 50 mL larutan campuran, banyaknya NaHCO3 = 3,5 mgrek
Normalitas larutan adalah= 3,5/50 = 0,07 N

65
Penerapan titrasi asam basa
 Analisis anorganik
Misal : analisis alkalinitas, asiditas dan CO2 bebas dalam air
dan air limbah
 Analisis organik
Misal : penentuan kadar protein secara Kjeldahl

66
Unsur Dibebas- Reaksi Titrasi
kan
sebagai
N NH3(g) NH3(g)+H3O+NH4++H2O Kelebihan H3O+
dengan basa
S SO2 (g) SO2(g)+H2O2 (aq)H2SO4(aq) H2SO4 dengan
basa kuat
C CO2(g) CO2(g)+Ba(OH)2 (aq) BaCO3(s) Kelebihan
+H2O(l) Ba(OH)2 dengan
asam kuat
Cl HCl (g) HCl(g)+H2O(l)H3O+(aq)+Cl-(aq) H3O+dengan basa
kuat
F SiF4(g) 3SiF4(g)+2H2O(l) 2H2SiF6(aq) H2SiF6dengan
+SiO2 basa kuat
67
Gugus Reaksi Titrasi
fungsi

Ester RCOOR’(aq) + OH-(aq) RCOO- Kelebihan OH- dengan


(aq) + HOR’ asam kuat

Karbonil HCl dengan basa kuat


.
R2C=O(aq)+NH2OH HCl(aq) 
R2C=NOH(aq)+HCl(aq)+H2O(l)
alkohol [1] (CH3CO)2O +’ROH  CH3COOH dengan
CH3COOR + CH3COOH basa kuat
[2] (CH3CO)2O + H2O 
CH3COOH

68
Soal-soal latihan
 Sebuah botol berisi 200 mL NaOH 0,100 M, mengabsorpsi
sejumlah gas CO2 dari udara. Titrasi larutan tersebut dengan
indikator pp setelah proses absorpsi menunjukkan konsentrasi
0,09 M. Berapakah gas CO2 yang diabsorpsi oleh larutan
NaOH tersebut?

 Sejumlah larutan asam asetat dilarutkan dalam air. Jika pKa


HOAc 4,74, hitunglah fraksi HOAc dan OAc- pada pH larutan
a) 5 b) 6

69
 Sampel sebesar 0,5 gram yang mungkin saja mengandung
campuran NaOH dan Na2CO3, atau NaHCO3 dan Na2CO3,
dititrasi dengan 0,100 M HCl dengan metoda dua indikator.
Diketahui bahwa 10,0 mL asam diperlukan untuk mencapai
titik akhir fenolftalein. Jingga metil ditambahkanke dalam
larutan, dan titrasi selanjutnya dengan menggunakan
tambahan 20,0 mL asam.

Pertanyaan:

 Tentukan jenis campuran basa dalam sampel tersebut


 Hitung % masing-masing dalam sampel

70

Anda mungkin juga menyukai