Pemicu 6
Pemicu 6
SEHATKAN LANSIA...
OLEH : KELOMPOK 6
KELOMPOK 6
Ketua : Nur Rahmi (180600100)
Sekretaris : Ivana Andrayani (180600101)
Maria Veronica Aprillia (180600087) o Christ Angelina (180600096)
Chairat Umar (180600088) oFarrel Mohammad Al Ghazali (180600098)
Febya Rizki (180600090) oTriska Fitriana (180600099)
Khofyfah Adinda (180600091)
oSonia Ayunita Saragih (180600100)
Devyn Roberta (180600092)
oStanley Jordan (180600102)
Janesia (180600093)
oEvi Winda Valentina (180600104)
Angelica Indah Sari (180600094)
Winny (180600095) oSyifa Nabila (180600105)
Muhammad Kahfi (180600101) oMahira Atika (180600107)
Iqlima Salsabila (180600248) oAulia Nadhira Rayendra (180600108)
Pemicu 5
Nama Pemicu : Sehatkan Lansia...
Penyusun : Dr.Wilda Hafni Lubis,drg.,M.Si, Darmayanti Siregar, drg., M.Km.,
Nevi Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG(K)
Hari/ Tanggal : Jum’at, 16 April 2021
Pukul : 14.00-16.00 Wib
Sudah sesuai
2. Gambarkan kerangka konsep
penelitian ini ?
Kerangka Konsep
Puskesmas tersebut merupakan puskemas yang yang secara khusus merawat pasien-pasien lansia,
hal ini sesuai dengan sampel yang ingin di teliti oleh peneliti di skenario. Dengan menggunakan
lokasi ini, maka peneliti dapat mempermudah mencari sampel yang dibutuhkan karena pasien-
pasien yang ada di puskesmas tersebut semuanya pasien lansia, dan tidak bergabung dengan
pasien-pasien umum yang bukan lansia.
Puskesmas tersebut mempunyai reputasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari skenario dikatakan
bahwa puskesmas tersebut adalah puskesmas lansia dengan pelayanan terbaik, hal ini berarti
peneliti bisa berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas-petugas medis di puskesmas
tersebut dinilai memenuhi standar, profesional, hal ini dapat memudahkan peneliti dalam meminta
kerjasama yang baik dari petugas-petugas medis di puskesmas tersebut dalam melakukan
penelitiannya.
Puskesmas tersebut menyediakan data yang tercatat dengan baik. Diskenario dikatakan bahwa
puskesmas tersebut mempunyai data rekam medik yang baik, hal ini tentu akan sangat membantu
peneliti dalam mengumpulkan sampel yang akan di teliti. Karena pada skenario di katakan bahwa
peneliti tersebut akan meneliti kualitas hidup lansia, dimana para lansia sering mengalami
xerostomia yang berefek pada kualitias hidup karena bisa dibarengi dengan kondisi terjadinyanya
karies, penyakit periodontal, BMS, dan lain-lain. Dari data rekam medik tersebut peneliti dapat
melihat dan menganalisis berbagai macam kondisi tersebut untuk mendapatkan sampel yang sesuai
dengan penelitian yang dilakukannya.
6. A. Apakah penelitian ini
menggunakan criteria inklusi dan
eksklusi jelaskan !
Kriteria Inklusi :
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Selain itu, juga disebut
karakteristik subjek penelitian yang menjangkau apa yang diteliti. Sedangkan kriteria
eksklusi bertujuan menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi
kriteria inklusi karena berbagai sebab, seperti:
• Terdapat satu kondisi (misal: penyakit) yang akan mengganggu pengukuran dan
interpretasi hasil.
• Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, seperti tidak
punya tempat tinggal.
• Hambatan etis.
• Subyek menolak partisipasi.
Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Jika dikaitkan ke dalam
skenario diketahui bahwa Kiki selaku peneliti membatasi subjek yang akan dijadikan
sampel dalam penelitiannya. Hal ini penting agar tujuan dari penelitian yang
dilakukan tetap dapat tercapai. Sehingga penelitian pada skenario menggunakan
kategori inklusi dan eksklusi.
6 B. Jelaskan criteria inklusi dan eksklusi
penelitian ini !
Kriteria Inklusi Penelitian :
Wanita lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang mengunjungi
Puskesmas Darussalam Medan.
K Penyakit sistemik terkontrol.
R Wanita lansia yang mengalami xerostomia / laju aliran saliva tidak
I distimulasi kurang dari 0,1 ml/menit.
T
E Kriteria Ekslusi Penelitian :
R
I •Memiliki kelainan kognitif.
A •Memiliki kelainan kelenjar saliva.
•Sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya
xerostomia.
•Alergi terhadap teh hijau.
•Adanya infeksi kronis.
•Sedang menderita kanker.
•Lansia yang pernah atau sedang menjalani kemoterapi.
7. Bagaimana cara sampling
penelitian ini, jelaskan alasannya.
Cara sampling penelitian ini adalah diambil secara non probability sampling jenis purposive sampling.
Alasan dilakukan teknik pengambilan sampel non random karena diperlukan sampel lansia wanita
(kelompok usia 60 tahun ke atas) dengan xerostomia dan dengan penyakit sistemik terkontrol, sehingga
probabilitas semua elemen di populasi untuk terpilih sebagai sampel adalah tidak sama, dan tidak
merepresentasikan populasi dan hasilnya tidak dapat digeneralisasi ke populasi.
Teknik non random adalah pengambilan sampel tidak didasarkan pada probabilitas. Reliabilitas hasil
penelitian tidak dapat dilakukan evaluasi matematis. Keuntungan metode ini mudah dilaksanakan, tidak
membutuhkan waktu lama, dan tidak membutuhkan biaya besar. Kerugian menggunakan metode ini adalah
probalilitas setiap unit sampel tidak diketahui sehingga tidak objektif dan sampel yang terpilih tidak dapat
mewakili populasi keseluruhan.
Jenis purposive sampling dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu,
tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Sampling dilakukan dengan
syarat-syarat tertentu, yaitu:
•Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan
ciri-ciri pokok populasi.
•Lansia wanita (kelompok usia >60 tahun) dengan xerostomia dan penyakit sistemik terkontrol.
•Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri
ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
•Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
8. Berapakah kira-kira besar sampel
penelitian ini?
(𝑡 − 1)(𝑟 − 1) ≥ 15
(2 − 1)(𝑟 − 1) ≥ 15
𝑟 − 1 ≥ 15
𝑟 ≥ 16
Berdasarkan rancangan acak eksperimental Ada 2 kelompok perlakuan pada penelitian ini,
sederhana, jumlah sampel dihitung dengan yaitu kelompok berkumur dengan seduhan teh
menggunakan rumus rancangan hijau untuk pengukuran laju aliran saliva
eksperimental murni yaitu Rumus Federer sebelum dan sesudah berkumur, dan
(bila tujuan penelitian untuk menganalisis perbandingan laju alir saliva dari sampel yang
keterkaitan antar variabel melalui penelitian berkumur dengan seduhan teh hijau dengan
eksperimental di laboratorium): akuades. Jumlah replikasi atau sampel minimal
(𝒕 − 𝟏)(𝒓 − 𝟏) ≥ 𝟏𝟓 dalam setiap kelompok perlakuan adalah lebih
Keterangan: besar sama dengan 16 sampel, dapat dibulatkan
t = banyak kelompok perlakuan ke 20 sampel untuk masing-masing kelompok
r = jumlah replikasi kontrol dan perlakuan.
9.Jenis data apasaja yang harus
diperoleh nantinya?
Data yang harus diperoleh adalah:
a. Data kuantitatif/numerik: menurut sifatnya Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif yang merupakan data dalam bentuk bilangan (numeric) atau berupa angka. Data
numerik juga merupakan data yang dapat dihitung dan menjawab pertanyaan ‘berapa banyak’.
Data ini didapatkan dari pengukuran saliva sebelum dan sesudah berkumur teh hijau dan akuades.
b. Data kontinu: menurut sifatnya Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data kontinu
karena data ini merupakan hasil pengukuran. Selain itu, data kontinu merupakan rangkaian data
yang nilainya dapat berbentuk desimal. Pengukuran dalam hal ini diketahui dari skenario dimana
Kiki akan mengukur saliva dari sampel penelitian.
c. Data primer: menurut sumber pengambilan Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti itu sendiri dari
sumbernya, yaitu sampel penelitian. Pada penelitian ini, Kiki langsung mengukur saliva sebelum
dan sesudah berkumur teh hijau dan berkumur akuades.
d. Data rasio: menurut skala pengukuran Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data
numerik, yaitu data rasio. Jenis data ini dilengkapi dengan titik nol absolut yang artinya nilai 0
berarti nilainya memang 0 atau kosong. Data rasio dalam hal ini adalah data jumlah saliva.
10. Untuk mendapatkan hasil yang diingikan
perhitungan statistic apakah yang digunaan ?
Pertama dilakukan uji normalitas dulu dengan uji Kolmogorov-smearnov. Apabila data terdistribusi
normal, data diolah dengan menggunakan uji t berpasangan (paired) untuk membandingkan antara
laju alir sebelum dan sesudah berkumur teh hijau dan berkumur aquades. Dalam hal ini untuk
mengetahui perbedaan rerata laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur teh hijau pada
wanita dengan xerostomia. Untuk membandingkan laju alir saliva antara berkumur teh hijau
dengan berkumur aquades dipakai uji T tidak berpasangan (independen). Perhitungan statistic yang
digunakan berupa uji T berpasangan (dependen). Uji T adalah uji statistic yang digunakan untuk
menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol. Dengan tujuan untuk menguji perbedaan mean
antara dua kelompok data yang dependen. Syarat uji T berpasangan adalah distribusi data normal,
kedua kelompok data dependen/paired, jenis variable berupa numerik dan kategorik (dua
kelompok). Pada penelitian ini uji T berpasangan digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata
laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur teh hijau.
Sedangkan apabila data tidak terdistribusi normal, data diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon
untuk membandingkan antara perbedaan rerata laju aliran saliva sebelum dan sesudah berkumur
teh hijau. Dan memakai uji Mann-Whitney untuk membandingkan antara laju alir saliva antara
berkumur teh hijau dengan berkumur aquades.
11. Jelaskan perbedaan desain penelitian ini
dibandingkan dengan penelitian survey
analitik?
Metode penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko/faktor penyebab/determinan dan
faktor efek, antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Yang di maksud dengan
faktor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh).
Sedangkan faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko. Dalam penelitian
analitik, dari analisis korelasi (hubungan/keterkaitan) dapat diketahui seberapa jauh
kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek).
Dalam penelitian eksperimen, hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa
suatu faktor sebagai penyebab terjadinya suatu luaran / output / penyakit, adalah diuji
kebenarannya dengan percobaan atau eksperimen. Eksperimen juga dapat dilakukan di
laboratorium, tetapi disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat,
sehingga eksperimen sewajarnya dilakukan di masyarakat. Bentuk eksperimen lain
yang sering dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh intervensi penyuluhan
terhadap perubahan pengetahuan tentang suatu masalah kesehatan.
TERIMA
TERIMA
KASIH !!
KASIH