Anda di halaman 1dari 11

Chloroquine atau Hydroxychloroquine Sebagai Terapi COVID19:

Apakah Menyebabkan Kardiotoksisitas ?


Pembimbing :
dr. Intan Komalasari SpJP

Nama Kelompok :
1. Intan Nur Hijrina (20190420022)
2. Miftakhul Jannah (20190420127)
3. Mohammad Nur Huda (20190420130)
4. Saraswati Taufani (20190420173)
5. Sikas Wanda Sukma (20190420176)
6. Tsalis Yuna Hafshoh (20190420186)
7. Valentina Verrell P (20190420189)
8. Viona Nadya Dwi A (20190420191)
PENDAHULUAN
Pandemi virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan penyakit
COVID-19 memerlukan penanganan yang sangat cepat
dan inovatif.

Sebagai tambahan dari gejala flu-like, manifestasi kardiak


akut juga terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit
Wuhan, yaitu cardiac injury (7,2%), shock (8,7%), dan
aritmia (16,7%).
PENDAHULUAN
Beberapa terapi farmakologi telah disugestikan, termasuk
penggunaan kembali obat-obatan yang telah ada seperti
chloroquine atau hydroxychloroquine, yang pertama
berkembang untuk terapi dan profilaksis malaria.

Obat-obatan ini telah berkembang sebelum adanya progam


keamanan obat, termasuk belum diketahuinya bahwa beberapa
obat dapat menyebabkan sindroma prolonged QT dan
ventrikular aritmia torsades de pointes.
PENDAHULUAN
Pada bulan Februari tahun ini, ahli virologis China,
melaporkan bahwa chloroquine dan derivatnya dapat menyetop
infeksi SARS-Cov-2 secara invitro.

Percobaan klinis gawat darurat dari China dan Perancis


menyarankan penggunaan chloroquine dan hydroxychloroquine,
dengan kombinasi antibiotik makrolida azithromycin, untuk
menangani pasien COVID-19 akut menyebabkan pengurangan
yang lebih cepat dalam pembuangan virus dan mungkin
meningkatkan outcomes klinis.

Tetapi, data yang ada masih kurang dan jauh dari kesimpulan
pada titik ini.
EFEK CHLOROQUINE TERHADAP
JANTUNG
Chloroquine dan hydroxychloroquine telah dikenal dalam
mempengaruhi keadaan elektrofisiologis dari jantung. Secara
klinis dapat menyebabkan prolongnya interval QT yang mungkin
dapat menginisiasi ventrikular aritmia termasuk torsades de
pointes.
Chloroquine diketahui sebagai open channel blocker dari
hERG 1A dan 1A/1B potassium channel yang pada jantung
menopang repolarisasi arus Kalium IKr; chloroquine berikatan
dengan drug binding site pada channel pore. Blokade dari IKr
merupakan penyebab utama dari sindroma prolonged QT akibat
obat.
Chloroquine juga berikatan dengan natrium jantung, kalsium
dan rectifier potassium channel yang berpotensi menyebabkan
pelebaran QRS dan mengkonduksi timbulnya abnormalitas.
EFEK CHLOROQUINE TERHADAP
JANTUNG
Kelainan konduksi jantung dan gagal jantung merupakan
kelainan yang paling banyak ditemukan pada penggunaan jangka
lama dari chloroquine atau hydroxychloroquine,

Perlu penggunaan yang hati-hati dalam menggunakan


chloroquine dan hydroxychloroquine karena uji coba keuntungan
agen ini tidak mempelajari pasien yang memiliki komorbiditas
kardiovaskular dan penyakit yang memiliki resiko aritmia terbesar.
EFEK AZITHROMYCIN TERHADAP
JANTUNG
Kekhawatiran dalam penggunaan azithromycin dan
meningkatnya kematian akibat kardiovaskular timbul sejak 2012
dengan resiko terbesar pada pasien dengan bawaan penyakit
kardiovaskular. FDA telah menyetujui hal ini.

Azithromycin dapat menyebabkan perpanjangan interval QT


sederhana, tetapi tidak melalui blokade poten channel hERG,
lebih dikarenakan penggunaan jangka lama melalui meningkatnya
arus peak dan late sodium jantung yang menyebabkan potensial
loading pada kardiomyosit sehingga menghasilkan overload
kalsium.
PENGGUNAAN UNTUK COVID-19
Tidak ada data yang tersedia dari percobaan klinis acak skala
besar yang menjelaskan dosis atau durasi penggunaan
chloroquine dan hydroxychloroquine sebagai profilaksis maupun
terapi infeksi SARS-CoV-2.
Untuk pengobatan empiris off-label, beberapa pasien memiliki
resiko yang lebih tinggi dalam komplikasi aritmia jantung dan
seharusnya tidak menjadi kandidat dalam penggunaan obat-
obatan ini; termasuk pada pasien dengan interval QT yang
memanjang, sindroma long QT kongenital, pasien yang mendapat
obat lain yang dapat memperpanjang QT, pasien dengan kelainan
elektrolit (terutama dengan kadar potassium serum rendah), dan
pasien dengan gangguan konduksi signifikan yang tidak diterapi.
Sehingga, perlu dilakukan pemeriksaan ECG sebelum terapi
jika mungkin dilakukan untuk mengeksklusi pasien dengan
prolonged interval QT atau gangguan konduksi.
PENGGUNAAN UNTUK COVID-19
Meskipun begitu, dengan adanya profil yang aman dari
penggunaan quinolone, tetapi pada pasien COVID-19 kritis,
resiko efek samping pada jantung akibat chloroquine dan
hydroxychloroquine lebih besar, berdampak pada myocardium
dari badai sitokin dari infeksi pulmonal yang aggresif sehingga
timbul hypoxia merupakan penambahan kemungkinan timbulnya
viral myocarditis.
KESIMPULAN
Seberapa besar resiko bersifat relatif. Pada pasien COVID-19
kritis harus menunggu hasil dari percobaan klinis terkontrol.
Penanganan secepatnya untuk COVID-19 membutuhkan tidak
hanya implementasi yang sangat cepat, tetapi perlu dipikirkan
konsiderasi untuk meminimalkan konsekuensi yang tidak
diharapkan termasuk aritmia.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai