Anda di halaman 1dari 28

BIROKRASI DI INDONESIA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN


I. Pokok Bahasan: Dasar-Dasar Birokrasi
 Sub Pokok Bahasan :
A. Pengertian Birokrasi
B. Latar Belakang Birokrasi
C. Klasifikasi Birokrasi
D. Tujuan Birokrasi
E. Manfaat Birokrasi
F. Aneka Perspektif Birokrasi
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
II. Pokok Bahasan : Model-Model Birokrasi Pemerintahan
• Sub Pokok Bahasan:

A. Birokrasi Weberian
B. Birokrasi Marxis dan Hegelian
C. Birokrasi Reinveinting Government (Rego)
D. Birokrasi Pluralis Demokrasi dan Administratif
Efisiensi
E. Birokrasi Perwakilan Konstitusional,
Perhitungan Pluralis, Model Otonomi Demokratis
F. Bueraucratic-Polity, Model Rezim Birokratik Otoritarian,
dan Model Korporatisme Negara
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
III. Pokok Bahasan : Patologi Birokrasi
 Sub Pokok Bahasan :

A. Pengertian Patologi
B. Jenis-Jenis Patologi
C. Data-data Patologi
D. Faktor Penyebab Patologi
E. Implikasi Patologi
F. Upaya-upaya Perbaikan
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
IV. Pokok Bahasan : Pengembangan Organisasi
Birokrasi
 Sub Pokok Bahasan :

A. Pengertian Organisasi
B. Struktur dan Disain Organisasi
C. Pengembangan Organisasi Birokrasi
SATUAN ACARA PERKULIAHAN
V. Pokok Bahasan : Reformasi Birokrasi
 Sub Pokok Bahasan :

A. Hakekat Reformasi Birokrasi


B. Urgensi Reformasi Birokrasi
C. Model Reinventing Government
D. Strategi Reinventing Government
E. Konsep Governance
F. Demokratic Governance
G. Model Pendekatan Politik Birokrasi
H. Privatisasi dan Mewirausahakan Birokrasi
BIROKRASI DI INDONESIA
Mata kuliah ini mempelajari Pokok-pokok Bahasan
aspek teoritis birokrasi dan • Konsepsi dasar
kajian fenomena birokrasi. • Model birokrasi
pemerintahan
Aspek teoritis meliputi
• Patologi birokrasi dan
model, patologi, pergeseran debirokratisasi
paradigma, reformasi • Pengembangan
birokrasi. organisasi birokrasi
Evaluasi PBM: Tugas • Reformasi birokrasi
(30%), UTS(30%), dan UAS pemerintahan
(40%).
Referensi/Literatur
Miftah Thoha, Perspektif Perilaku Birokrasi, 1991, Penerbit Rajawali Pers,
Jakarta.
Miftah Thoha, Beberapa Aspek Kebijakan Birokrasi, 1992, Penerbit MW
Mandala, Yogyakarta.
Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, 2003, Penerbit Raja Grafindo,
Jakarta.
SC Dube dan Fred W. Riggs dalam buku Elite dan Modernisasi, 1989,
Penyunting Aidit Alwi, penerbit Liberty Yogyakarta,
Peter M. Blau dan Marshall W. Meyer, Birokrasi dalam Masyarakat Modern,
2000, Penerbit Pustakaraya, Jakarta.
Taliziduhu Ndraha, Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru) jilid 1 dan 2, 2003,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Nazaruddin Sjamzudin, Dinamika Sistem Politik Indonesia, 1993, Penerbit
Gramedia, Jakarta.
Syarief Makhya. Ilmu Pemerintahan:Telaahan Awal. 2004. Jurusan Ilmu
Pemernitahan Fisip Unila. Lampung. Buku ajar.
David Osborne dan Ted Gabler. Mewirausahakan Birokrasi. 1995.
Penerbit Pustaka Binawan Presindo. Jakarta.
Syafuan Rozi Soebhan. Model Reformasi Briokrasi di Indonesia. 2000.
LIPI. Jakarta. Makalah.
BIROKRASI (KONSEPSI DASAR)

•Pengertian
•Latar Belakang
•Klasifikasi
•Tujuan
•Manfaat
•Perspektif
PENGERTIAN BIROKRASI
Secara etimologi, kita mengenal sbb:
• Biro + krasi = Meja + kekuasaan
• Demo + krasi = Rakyat + kekuasaan
• Tekno+ krasi = Cendikiawan +
kekuasaan
• Aristo + krasi = Bangsawan +
kekuasaan
PENGERTIAN BIROKRASI
Taliziduhu Ndraha (2003)
Tiga macam pengertian birokrasi yang
berkembang saat ini :
1. Birokrasi diartikan sebagai aparat yang
diangkat penguasa untuk menjalankan
pemerintahan (government by bureaus);
2. Birokrasi diartikan sebagai sifat atau
perilaku pemerintahan yang buruk (patologi);
3. Birokrasi sebagai tipe ideal organisasi.
• Pengertian birokrasi (pemerintahan) dalam mata
kuliah ini adalah suatu organisasi pemerintahan yang
terdiri dari sub-sub struktur yang memiliki hubungan
satu dengan yang lain, yang memiliki fungsi, peran,
dan kewenangan dalam melaksanakan pemerintahan,
dalam rangka mencapai suatu visi, misi, tujuan, dan
program yang telah ditetapkan.
• Fungsi dan peran birokrasi meliputi hal-hal sebagai
berikut: (1) melaksanakan pelayanan publik; (2)
pelaksana pembangunan yang profesional (merrit
system); (3) perencana, pelaksanan, dan pengawas
kebijakan (manajemen pemerintahan); (4) alat
pemerintah untuk melayani kepentingan (abdi)
masyarakat dan negara yang netral dan bukan
merupakan bagian dari kekuatan atau mesin politik
(netralitas birokrasi).
• Kewenangan birokrasi adalah kewenangan formal
yang dimiliki dengan legitimasi produk hukum bukan
dengan legitimasi politik.
KLASIFIKASI BIROKRASI
Dilihat dari sisi pelaksana, birokrasi terbagi 2 yakni:
1. Birokrasi sektor privat (contoh: perusahaan swasta, NGO,
sekolah swasta, dll)
2. Birokrasi sektor publik (contoh: pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dll)

Dilihat dalam arti luas dan sempit, birokrasi terbagi 2 yakni:


1. Birokrasi eksekutif (contoh: kabinet, departemen, kementerian
negara, dll)
2. Birokrasi negara (eks, leg, yudikatif)

Dilihat dari tingkatan pemerintahan, birokrasi terbagi sbb:


1. Pemerintah Pusat
2. Pemerintah Provinsi
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Pemerintah Desa
TUJUAN BIROKRASI
• Sejalan dengan tujuan pemerintah
• Melaksanakan kegiatan dan program demi
tercapainya visi dan misi pemerintah dan
negara
• Melayani masyarakat dan melaksanakan
pembangunan dengan netral dan profesional
• Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif,
prepentif, antisipatif, resolusi, dll
MANFAAT BIROKRASI
• Memsistematiskan, mempermudah,
mempercepat, mendukung,
mengefektifkan, dan mengefisienkan
pencapaian tujuan-tujuan pemerintahan
• Memudahkan masyarakat dan pihak yang
berkepetingan untuk memperoleh layanan
dan perlindungan
• Menjamin keberlangsungan sistem
pemerintahan dan politik suatu negara
Birokrasi dalam Perspektif
Administrasi Publik
Badan atau organisasi pemerintahan
yang melaksanakan layanan publik
yang profesional, efektif, efisien, dan
produktif. Birokrasi mesti
melaksanakan tugas sesuai aturan,
cepat, tepat, mudah, murah, dan
menghasilkan.
Birokrasi dalam
Perspektif Politik
Badan pemerintah yang merupakan
bagian dari sistem politik atau
kepanjangan tangan dari pihak (partai)
berkuasa, yang cenderung memihak
(kepentingan penguasa dan rakyat),
memiliki kewengan, terlibat dalam
perencanaan kebijakan/keputusan politik,
dan dapat menjadi organisasi mobilisasi
massa.
Birokrasi dalam Perspektif
Pemerintahan
Badan pemerintah yang melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen pemerintahan
(perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, evaluasi, koordinasi,
resolusi konflik, dll), penetapan kebijakan
publik, bersikap netral dan profesional,
melaksanakan etika birokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (transparansi,
akuntabilitas, dan partispatif).
Latar Belakang Birokrasi (Perspektif
Teori Negara dan Teori Organisasi)
• Dalam teori negara (pemikiran Logemann, Wilson, dan Lemaire
unsur negara meliputi unsur konstitutif dan unsur deklaratif.
Unsur konstitutif meliputi wilayah, rakyat dan pemerintah. (WRP)
• Unsur deklaratif pengakuan secara defacto dan dejure oleh
negara lain. Pemerintah menjalankan fungsi-fungsi
pemerintahannya dengan mengandalkan mesin birokrasi
pusat sampai dengan yang terendah (desa).
• Dalam teori organisasi (Max Webber, Jay M. Shafritz, J.
Steven dalam buku Perspektif Perilaku Birokrasi, karangan
Miftah Thoha, Penerbit Rajawali Press, Jakarta, 1991; SC Dube,
Fred W. Riggs dalam buku Elite dan Modernisasi , penyunting
Aidit Alwi, penerbit Liberty Yogyakarta, 1989; Peter M. Blau dan
Marshall W. Meyer, dalam buku Birokrasi dalam Masyarakat
Modern, Penerbit Pustakaraya, Jakarta, 2000), dinyatakan
bahwa tujuan individu dan kelompok dalam suatu
organisasi dapat dicapai apabila ditopang dengan adanya
instrumen birokrasi dan mekanisme kerja.
BIROKRASI MAX WEBER
Max Weber, sosiolog Jerman abad 19 ini mengemukakan tentang
konsepsi tipe ideal organisasi pemerintah yang rasional dan
profesional, dalam bukunya ”the theory of social and economic
organization. 1974. the free press, New York” Pemikiran Weber
didorong keinginannya menciptakan organisasi modern yang bisa
digunakan pemerintah menjalankan modernisasi dan pembangunan.
Weber mengenal tiga otoritas (1) otoritas tradisional; (2) otoritas
kharismatik; (3) otoritas legal rasional (birokrasi);

Sebelum itu, tahun 1970, Martin Albrow mempopulerkan istilah


“birokrasi” sebagai nama lain organisasi pemerintah, lihat bukunya
“Bureaucracy. 1970. FAP. New York”.

Selanjutnya para pakar (misalkan Fred Kramer, dll, lihat buku Miftah
Thoha, Perspektif Perilaku Birokrasi, 1991, Rajawali Pers, Jakarta)
mengaitkan atau menamakan konsepsi tipe ideal organisasi
pemerintah yang rasional dan profesional ala Weber sebagai
birokrasi pemerintahan.
KONSEPSI BIROKRASI RASIONAL
MAX WEBER
1. Individu pejabat secara personal bebas akan tetapi
dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-
tugas atau kepentingan individu dalam jabatannya.
Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk
keperluan dan kepentingan pribadinya termasuk
keluarganya;
2. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatanhirarki dari
atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada
jabatan atasan dan bawahan. Ada yang menyandang
kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil;
3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hirarki itu
secara spesifik berbeda satu dengan lainnya;
4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus
dijalankan. Uraian tugas masing-masing pejabat
merupakan domain yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai kontrak.
KONSEPSI BIROKRASI RASIONAL
MAX WEBER (2)
5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar
kualifikasi profesionalitasnya, ideal melalui ujian kompetitif;
6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk
menerima pensiun sesuai dengan tingkatan hirarki jabatan
yang disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk
keluar dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai dengan
keinginannya dan kontraknya bisa diakhiri dalam keadaan
tertentu;
7. Terdapat struktur pengembangan karir yang jelas dengan
promosi berdasarkan senioritas dan penilaian obyektif (merit
system);
8. Setiap pejabat tidak dibenarkan menjalankan jabatannya
dan sumber daya instansinya untuk kepentingan pribadi dan
keluarga;
9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan
pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin.
PANDANGAN TERHADAP
BIROKRASI WEBERIAN
Warren Benis (1967)
Birokrasi hirarki piramida pada masa depan akan diganti dengan sistem sosial baru sesuai
harapan masyarakat.

Lawrence dan Lorch (1967)


Birokrasi yang bersifat rutin dan stabil, belum tentu cocok untuk lingkungan yang kompleks. Oleh
karena itu jika ingin survive birokrasi harus menyesuaikan diri dengan perkembangan atau
perubahan

David Bheetham (1975)


Birokrasi Weber memiliki ciri-ciri pokok (1) instrumen teknis; (2) kekuatan independen; (3) dapat
keluar dari fungsinya yang tepat karena anggotanya cenderung dari kelas sosial partikular
(parpol, misalnya)

Heckscher dan Donellon (1994)


bentuk organisasi masa depan adalah “post bureaucratic organization” yang tidak sama dengan
birokrasi weberian. Powering (kekuasaan) bukan satu-satunya cara mengendalikan birokrasi,
melainkan perlu empowering (pemberdayaan)

Miftah Thoha (2003)


Birokrasi weberian --diistilahkan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat– memiliki dua
pemahaman yaitu birokrasi yang rasional (netral) dan birokrasi yang sarat dengan kekuasaan
(potensi politis). Birokrasi yang netral bisa dilihat pada poin (1) birokrasi politis dapat dilihat pada
poin (2) dan (3)
BIROKRASI HEGELIAN
dan MARXIS
Hegel
“Birokrasi adalah jembatan penghubung antara negara (pemerintah)
dengan masyarakatnya”

Karl Marx
Didasari teori perjuangan kelas, krisis kapitalisme dan
pengembangan komunisme, Karl Marx berpendapat tentang
birokrasi sbb:
1. Birokrasi adalah negara atau pemerintah itu sendiri;
2. Birokrasi merupakan instrumen yang digunakan oleh
kelas yang dominan untuk melaksanakan
kekuasaan dominasinya atas kelas sosial lainnya;
3. Dalam masyarakat komunis kelak (tiada kelas sosial, semua
sama), birokrasi menjadi tiada arti karena fungsi birokrasi
dijalankan oleh semua anggota masyarakat.
PANDANGAN TERHADAP
BIROKRASI HEGELIAN/MARX

Miftah Thoha (2003)


1. Birokrasi Hegelian termasuk dalam
kategori birokrasi netral;
2. Birokrasi Marxis termasuk dalam
kategori birokrasi politik atau tidak netral
BIROKRASI DAVID OSBORNE
dan TED GAEBLER (1993)
Birokrasi pemerintah sebaiknya bercirikan sebagai
berikut:
1. Katalis (mengarahkan ketimbang mengayuh);
2. Memberi wewenang ketimbang melayani;
3. Pemerintah yang kompetitif;
4. Digerakan oleh misi bukan aturan;
5. Berorientasi hasil bukan masukan;
6. Melayani pelanggan, bukan dilayani atau
melayani diri sendiri;
7. Menghasilkan ketimbang membelanjakan;
8. Antisipatif (mencegah daripada mengobati)
9. Desentralisasi ketimbang sentralisasi;
10. Pemerintah berorientasi pasar.
PANDANGAN TERHADAP BIROKRASI
DAVID OSBORNE/TED GAEBLER
Miftah Thoha (2003)
1. Konsep birokrasi pemerintahan ini banyak dipengaruhi
konsep enterpreneurship (wirausaha) dunia swasta
atau bisnis, sedangkan konsep birokrasi pemerintahan
umumnya dipengaruhi konsep weberian (birokrasi
rasional, hirarki dan kaku). Pergeseran paradigma
birokrasi pemerintahan ini tidak bisa segera diterapkan
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama;
2. Akan lebih mudah diterapkan di negara yang telah
maju, kaya, berpendidikan, swasta/masyarakat yang
kuat dan mandiri, pasar bebas, berideologi liberal;
3. Sulit diterapkan di negara komunis dan juga di negara
berkembang yang korup dan birokrasinya terlanjur
buruk
• Tiga kekuatan DLM Ngr :
• Pemerintah
• Swasta
• Pasar

Anda mungkin juga menyukai