Anda di halaman 1dari 11

Stresor-stresor hospitalisasi dan reaksi

anak kecemasan perpisahan, loss of control,


efek hospitalisasi pada anak

 Adam maulid alfarisi


 Istiara anis valeni
 Jihan nurul fadhilah
 Uci julia anggraini
 Melfa aisyi pratami
 Mutia iswari ilyas
Pengertian hospitalisasi pada anak
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena
alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Hospitalisasi merupakan suatau keadaan krisis yang terjadi pada anak, yang
terjadi saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit
merupakan krisis utama yang tampak pada anak karena anak yang dirawat di rumah
sakit mengalami perubahan status kesehatan dan juga lingkungan seperti ruangan
perawatan, petugas kesehatan yang memakai seragam ruangan, alat-alat ke sehatan.
Berdasarkan pengertian diatas kecemasan hospitalisasi

Berdasarkan pengertian diatas kecemasan hospitalisasi adalah kecemasan yang


dialami oleh anak yang menjalani hospitalisasi karena anak harus menghadapi
stressor-stressor yang berada dirumah sakit seperti kecemasan karena perpisahan,,
kecemasan karena anak kehilangan kontrol atas dirinya, kecemasan karena
tindakan medis yang diberikan kepada anak seperti tindakan injeksi, dan
pengukuran tanda-tanda vital (TTV)
Persepsi Anak Tentang Hospitalisasi (Lau Dan Tse, 1994)

 Pengabaian

 Hukuman

 Takut katastrofik

 Takut akan kematian


Faktor-Faktor Stresor Hospitalisasi

1. Faktor Lingkungan rumah sakit


Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat dari sudut pandang
anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah yang asing,
berbagai macam bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau yang khas, dapat
menimbulkan kecemasan dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua. (Norton-
Westwood, 2012).
2. Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti
Berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-benda yang familiar digunakan
seharihari, juga rutinitas yang biasa dilakukan dan juga berpisah dengan anggota
keluarga lainnya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010).
3. Faktor kurangnya informasi
Kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika akan menjalani
hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses hospitalisasi merupakan hal yang
tidak umum di alami oleh semua orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi juga
merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan (Gordon et
al,2010)
Lanjutanya..

4. Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005).

5. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan


Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin kecil
bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010)

6. Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit.


Mengingat anak masih memiliki keterbatasan dalam perkembangan kognitif, bahasa dan
komunikasi. (Pena & Juan, 2011).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Dalam
Bereaksi Terhadap Hospitalisasi

01 .Umur dan perkembangan kognetif

02. kecemasan orang tua

03. persiapan anak dan orang tua

04. keterampilan koping anak dan keluarga


Tahap respon perilaku kecemasan

 Tahap protes (Phase of Protest)


Tahap ini ditandai dengan anak menangis kuat, menjerit, memanggil orang
terdekatnya misalnya ibu. Secara verbal anak akan menyerang dengan rasa
marah seperti anak mengatakan “pergi”. Perilaku protes anak tersebut akan
terus berlanjut dan hanya berhenti jika anak merasa lelah dan orang
terdekatnya mendampinginya (Nursalam, Susilaningrum, & Utami, 2008).

 Tahap Putus Asa (Phase of Despair)


Pada tahap ini anak tampak tegang, menangis berkurang, anak kurang aktif,
kurang minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak
kooperatif, perilaku regresi seperti mengompol atau menghisap jari (Nursalam,
Susilaningrum, & Utami, 2008).

 Tahap Menolak (Phase of Dennial)


Pada tahap ini anak akan mulai menerima perpisahan, mulai tertarik dengan
lingkungan sekitar, mulai membina hubungan dengan orang lain (Nursalam,
Susilaningrum, & Utami, 2008)
Reaksi Psikologis Anak Terhadap Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk rumah


sakit, selama hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit.
Perubahan perilaku temporer dapat terjadi selama anak dirawat di rumah
sakit sampai pulang dari rumah sakit.

pencegahan dampak hospitalisasi pada anak

a. Persiapan hospitalisasi
b. Mencegah dan mengurangi perpisahan
c. Mencegah kehilangan kontrol
d. Mencegah dan mengurangi ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri
e. Penataan Ruang Rawat Inap dan Ruang Bermain di Rumah Sakit
Penanganan Dampak Hospitalisasi
 Terapi Bermain
Melalui bermain dapat mengetahui persepsi seorang anak ketika hospitalisasi.
Bermain juga bagi seorang anak adalah suatu kesempatan untuk menghilangkan
stres, ketika berada ditempat dimana dia merasa tidak berdaya dan cemas.

 Terapi Badut
Terapi Badut di bagian anak adalah bermain dengan lemah lembut dan penuh tawa
bersama anak-anak yang menderita sakit sehingga mereka dapat mengekspresikan
emosinya, memenuhi rasa kontrol dan dapat berinteraksi sosial selama
hospitalisasi. Terapi Badut bertujuan untuk mengurang stres anak dan keluarga
selama rawat inap dan menjalani pengobatan. (Koller & Gryski, 2008)

 Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengurangi stres
pada anak yang mengalami hospitalisasi. Berbagai penelitian telah menunjukkan
efek fisologis dan psikologis dari musik terhadap anak yang mengalami
hospitalisasi. (Berz, 2000 ; Kazemi, et al, 2010).

 Penggunaan premedikasi ansiolitik dan sedatif


Tujuan premedikasi dengan sedatif adalah menurunkan kecemasan anak saat akan
dilakukan induksi anestesi, terutama pada penggunaan masker.
Syukron

Anda mungkin juga menyukai