Referat
Referat
AIRWAY
MANAGEMENT
Cut Riska Noviza
NIM. 150611005
Preseptor:
dr. Fachrurrazy, Sp.An
Finger Sweep
■ Pengelolaan Jalan Nafas Dengan Alat ■ Face mask
■ Faringeal airway ■ Fase mask (sungkup muka) yaitu untuk
■ Jika manuver triple airway kurang berhasil, maka mengantar udara/gas anestesi dari alat resusitasi
dapat dipasang jalan napas mulut-faring lewat atau sistem anestesi ke jalan napas pasien.
mulut dengan Oropharyngeal airway atau jalan Bentuk sungkup muka sangat beragam
napas hidung-faring lewat hidung bergantung usia dan pembuatnya. Ukuran 03
denganNasopharyngeal airway. untuk bayi baru lahir, ukuran 02,01,1 untuk anak
kecil, ukuran 2 dan 3 untuk anak besar dan
■ Nasopharyngeal airway (NPA) : berbentuk pipa ukuran 4 dan 5 untuk dewasa (Latief,2009).
bulat berlubang tengahnya dibuat dari bahan ■ Laringeal mask airway
karet lateks lembut. Pemasangan harus hati-hati
dan menghindari trauma mukosa hidung pipa ■ Laringeal mask airway (sungkup laring) adalah
diolesi dengan jelly. alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa
besar berlubang dengan ujung menyerupai
■ Oropharyngeal airway (OPA) : Berbentuk pipa sendok yang pinggirnya dapat dikembang-
gepeng lengkung seperti huruf C berlubang kempiskan seperti balon pada pipa trakea.
ditengahnya dengna salah satu ujungnya
bertangkai dengan dinding lebih keras untuk
mencegah kalau pasien menggigit, lubang tetap
paten, sehingga aliran udara tetap terjamin. OPA
juga dipasang bersama pipa trakea atau sungkup
laring untuk menjaga patensi kedua alat tersebut
dari gigitan (Latief, 2009).
■ Endotracheal tube ■ Intubasi
■ Endotracheal tube yaitu mengantar gas anestetik ■ Intubasi adalah memasukan suatu lubang atau pipa
langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari trakea melalui mulut ataupun hidung menuju
bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter trakhea dengan tujuan untuk menjaga jalan napas
lubang pipa trakea dalam milimeter. Karena (Latief, 2009).
penumpang trakea bayi, anak kecil dan dewasa
berbeda, penampang melintang trakea bayi dan ■ Indikasi Intubasi
anak kecil dibawah usia 5 tahun hampir bulat, ■ Secara umum, intubasi adalah indikasi untuk
sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk pasien yang memiliki resiko untuk aspirasi dan
bayi dan anak digunakan tanpa cuff dan untuk untuk prosedur operasi meliputi rongga perut atau
dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. kepala dan leher. Ventilasi dengan face mask atau
■ Endotracheal tube dapat dimasukkan melalui LMA biasanya digunakan untuk prosedur operasi
mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung pendek seperti cytoskopi, pemeriksaan dibawah
( nasotracheal tube) (Latief, 2009). anestesi, perbaikan hernia inguinal dan lain lain
■ Laringoskop dan Intubasi
■ Laringoskop ialah alat yang digunakan untuk
melihat laring secara langsung supaya kita dapat
memasukan pipa trakea dengan baik dan benar
■ Penghisapan Benda Cair (Suctioning) ■ Membersihkan benda asing padat dalam jalan
napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat
■ Bila terdapat sumbatan jalan napas karena sumbatan benda padat di daerah hipofaring
benda cair maka dilakukan penghisapan yang tidak mungkin diambil dengan sapuan
(suctioning). Penghisapan dilakukan dengan jari, maka digunakan alat bantuan berupa
menggunakan alat bantu pengisap (penghisap laringoskop, alat penghisap (suction) dan alat
manual portabel, pengisap dengan sumber penjepit (forceps) (Morgan, 2006).
listrik).
■ Penilaian Kesulitan Intubasi ■ Klasifikasi Mallampati/Samsoon-Young
berdasarkan penampakan dari
■ Mallampati orofaring(Morgan, 2006).
Klasifikasi Klinis
Definisi
■ Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas), menurut The American Society of
Anesthesiology (ASA)2003 adalah adanya situasi klinis yang menyulitkan baik ventilasi
dengan masker atau intubasi yang dilakukan oleh dokter anestesi yang berpengalaman
dan terampil.
■ Jenis Kesulitan Jalan Napas
Menurut ASA jenis kesulitan jalan napas dibagi menjadi 4 :
■ Kesulitan ventilasi dengan sungkup atau supraglottic airway (SGA)
Ketidakmampuan dari ahli anestesi yang berpengalaman untuk menjaga SO2 > 90 % saat ventilasi
dengan menggunakan masker wajah dan O2 inspirasi 100%, dengan ketentuan bahwa tingkat
saturasi oksigen pra ventilasi masih dalam batas normal.
■ Kesulitan dilakukan laringoskopi
Kesulitan untuk melihat bagianpita suara, setelah dicoba beberapa kali dengan laringoskop
sederhana.
■ Kesulitan intubasi trakea
Dibutuhkannya lebih dari 3 kali usaha intubasi atau usaha intubasi yang terakhir lebih dari 10 menit
■ Kegagalan intubasi
Penempatan ETT gagal setelah beberapa kali percobaan intubasi (ASA, 2013).
■ Persiapan Standar pada Managemen ■ Peralatan yang sesuai untuk akses pembedahan
Kesulitan Jalan Napas napas darurat (misalnya, cricothyrotomy).
■ Tersedianya peralatan untuk pengelolaan ■ Sebuah detektor CO2 nafas (kapnograf).
kesulitan jalan napas
■ Menginformasikan kepada pasien atau keluarga
■ Laryngoscope dengan beberapa alternatif desain tentang adanya atau dugaan kesulitan jalan nafas,
dan ukuran yang sesuai prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan
kesulitan jalan nafas, dan risiko khusus yang
■ Endotrakea tube berbagai macam ukuran. kemungkinan dapat terjadi
■ Pemandu endotrakeal tube. Contohnya stylets ■ Memastikan bahwa setidaknya ada satu orang
semirigid dengan atau tanpa lubang tengah untuk tambahan sebagai asisten dalam manajemen
jet ventilasi, senter panjang, dan mangil tang kesulitan jalan nafas,
dirancang khusus untuk dapat memanipulasi
bagian distal endotrakeal tube. ■ Melakukan preoksigenasi dengan sungkup wajah
sebelum memulai manajemen kesulitan jalan
■ Peralatan Intubasi fiberoptik. nafas,
■ Peralatan Intubasi retrograd. ■ Secara aktif memberikan oksigen tambahan di
■ Perangkat ventilasi jalan nafas darurat seluruh proses manajemen kesulitan jalan nafas.
nonsurgical. Contohnya sebuah jet transtracheal Dapat menggunakan nasal cannule, facemask,
ventilator, sebuah jet ventilasi dengan stylet LMA (ASA, 2013).
ventilasi, LMA, dan combitube.
■ Algoritma Kesulitan Jalan Napas
1. Menilai kemungkinan dan dampak klinis dari masalah pada penanganan dasar:
•Kesulitan dengan kerjasama atau persetujuan pasien
•Kesulitan ventilasi sungkup
•Kesulitan penempatan Supraglottic Airway
•Kesulitan laringoskopi
•Kesulitan intubasi
• Kesulitan akses bedah jalan napas (ASA, 2013).
2. Aktif memberikan oksigen tambahan selama proses manajemen kesulitan jalan napas
3. Mempertimbangkan manfaat relatif dan kelayakan dari penanganan dasar :
• Awake intubation vs intubasi setelah induksi anestesi umum
• Teknik non-invasif vs teknik invasif untuk pendekatan awal untuk intubasi
4. Menjaga Ventilasi spontan vs ablasi ventilasi spontan (ASA,2013).
■ Mengembangkan strategi primer dan strategi alternative