Anda di halaman 1dari 18

ROSEOLA INFANTUM

Oleh: Pembimbing :
Wayan Ley Sujana
173307020052 dr. Khainir Akbar,
Sp.A
Definisi Roseola Infantum

Roseola Infantum (Exanthema Subitum


atau Sixth disease) adalah penyakit virus
pada bayi dan anak kecil yang bersifat
akut, biasanya terjadi secara sporadik dan
dapat menimbulkan epidemi.

( buku ajar infeksi, 2015)


Etiologi
Ditemukan oleh Yamanishi Dkk tahun 1988.

Spesies : HHV-6 (HHV-6A dan


HHV-6B) dan HHV-7.
Genus : Roseolovirus
Subfamili : Betaherpesvirinae

(buku ajar infeksi, 2015 )


3
Epidemiologi
HHV 6 HHV 7
95% anak terinfeksi muncul lebih
pada umur 2 tahun lambat, Prevalensi
kehidupan. Puncak mencapai 75% pada
dari infeksi primer umur 3-6 tahun,
HHV 6B adalah 6-9 rata-rata umur nya
bulan kehidupan. adalah 26 bulan.

(Nelson textbook, Ed 20)

4
Patogenesis
Virus HHV-6 Saliva (kecuali HHV-6), Reseptor:
secret pernapasan, CD46 (HHV-6), CD134 (HHV-6B), CD4
&7 transplasenta, (HHV-7)
integrasi kromosom sel T primer, monosit, natural killer cell,
dan sekresi servik. sel dendritik, dan astrosit,
megakaryocytic, endothelial, dan sel-sel
epitelial. Astrocytes, oligodendrocytes,
dan mikroglia.

Sel terinfeksi mitokondria


Menunjukan rentan hidup yang lebih Apoptosis sel T lewat
lama namun sel yang lisis lebih hilangnya potensi membran
mendominasi. HHV-6 Latensi pada mitokondria> lewat
monosit dan makrofag, serta perubahan asam retinoic >
persisten dikelenjar ludah, CSF, kematian sel
jaringan otak.

(Nelson textbook, Ed 20)


5
Tanda dan Gejala Klinis
✘ Demam tinggi 39,7 °C turun dalam 72 jam
✘ Setelah demam turun muncul lesi berwarna pink
redup tidak gatal, berbentuk morbiliform dengan
diameter 2-3 mm pada badan, menyebar kewajah dan
ektremitas dan biasanya bertahan 1-3 hari.
✘ Terdapat Ulkus pada palatum mole dan uvulla
(Nagayama spots).
✘ Tanda dan gejala lain termasuk iritabilitas, inflamasi
membran timpani, rinore dan kongesti, gangguan
gastrointestinal dan ensepalopati.
(Nelson textbook, Ed 20)
6
7
Diagnosis
1. Anamnesis
Anak demam, disertai timbulnya ruam pada kulit
2. Pemeriksaan Fisik
Demam 39,4 - 41,2 0C, setelah demam turun muncul lesi berbentuk
morbiliform / lesi berwarna merah muda, 1-3 mm, non pruritic
diseluruh tubuh dimulai pada dada yang menyebar ke lengan dan leher
serta sedikit mengenai muka dan kaki. Terdapat Ulkus pada palatum
mole dan uvulla (Nagayama spots). Terdapat Limfadenopati
dioksipital posterior pada hari ketiga infeksi.
Terdapat gejala dan tanda lain iritabilitas, inflamasi membran
timpani, rinore dan kongesti, gangguan gastrointestinal dan
ensepalopati

8
Diagnosis
3. Pemeriksaan Penunjang
a. darah rutin
• 24-36 jam pertama demam, jumlah leukosit dapat
mencapai 16000-20000 /mm3 dengan peninggian
neutrofil.
• Dapat timbul leukopenia (3000-5000/mm3) biasanya
pada hari ke 3-4 demam. Neutropenia absolut dengan
limfosotosis relatif (90%). Kadang-kadang dapat muncul
monosit dalam jumlah besar

9
(buku ajar infeksi, 2015 )
Diagnosis
b. Serologi
1. Ig-M
Terdeteksi pada hari 5-7 infeksi primer
2. PCR (polymerase chin reaction)
Ditemukan transkripsi dan produksi protein
virus HHV-6 dalam plasma. HHV-6 pada
darah dan saliva dengan PCR tidak dapat
membedakan suatu infeksi persisten atau
infeksi primer.
(buku ajar infeksi, 2015 )
10
Diagnosis Banding
Rubeola Rubella Roseola Infantum
Etiology Measles virus Rubella virus HHV-6 & HHV-7
Inkubasi 8-12 hari 14-21 hari 9-10 hari
Gejala Prodormal Demam tinggi 39-40 °C demam ringan, sakit Demam tinggi 39,7°C turun
dengan batuk, hidung tenggorokan, mata merah setelah 72 jam, inflamasi
berair dan atau dengan atau tanpa nyeri membran timpani, rinore
conjungtivitis (mata merah mata, sakit kepala, malaise, dan kongesti, gangguan
dan berair). anoreksia, dan gastrointestinal dan
limfadenopati. ensepalopati, batuk.
Lesi Erupsi makulopapular yang Lesi bervariasi dan tidak lesi berbentuk morbiliform
merah di mulai dari dahi, khas, dimulai dari wajah atau lesi berwarna merah
telinga, dan bagian atas dan leher sebagai makula muda, 2-3 mm, non pruritic
dari leher dan selanjutnya berwarna pink kecil dimulai pada dada yang
menyebar ke badan dan irreguler dan menyatu, menyebar ke lengan dan
ekstremitas. menyebar kebadan dan leher serta sedikit
Koplik’s Spot : Bintik biru ektremitas. pemeriksaan mengenai muka dan kaki
keputihan pada dasar yang orofaring terdapat lesi kecil dan terdapat Ulkus pada
erithema di pipi bagian berwarna merah jambu palatum mole dan uvulla
dalam ( sejajar premolar). (Forchheimer Spot) (Nagayama Spot)

11 (Nelson textbook, Ed 20)


Dignosa banding

12
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif
a. Hidrasi

b. Antipiretik
Mengatasi demam dengan pemberian antipiretik dan anagesik
Parasetamol : 10-15 mg/KgBB secara PO/4 jam
10-15mg/KgBB secara IV/4-6 jam

Dosis Max
Neonatus : 30-45 mg/KgBB/hari
Anak< 2 Thn : 60 mg/KgBB/hari
Anak > 2 Thn : 90 mg/KgBB/Hari

c. Pemberian nutrisi yang adekuat.

(Nelson textbook, Ed 20)


13
Penatalaksanaan
2. Antiviral
• Tidak dianjurkan untuk infeksi primer HHV-6 dan HHV-7
• Manifestasi yang berat seperti enchepalitis/ PALE, pada
pasien immunocompromised dapat diberikan. Gansiklovir,
foscarnet dan cidofir semuanya menunjukan penghambatan
aktivasi virus HHV6 in vitro. Laporan kasus menunjukan
terapi kombinasi atau tunggal, dapat menurunkan replikasi
virus HHV6 sebagaimana dibuktikan oleh penurunan viral
load dalam plasma dan CSF. Minimal 3 minggu pada pasien
PALE

14
(Nelson textbook, Ed 20)
Dosis Obat Antiviral

Obat Sediaan Dosis


✘ Ganciclovir (IV only) 5-6 mg/kgbb secara IV per 12 jam
✘ Foscarnet (IV only) 60 mg/ kgbb IV per 8 jam atau 90 mg/Kgbb IV
setiap 12 jam selama 14-21 hari. 90-120
mg/kgbb /hari (Maintenance).
✘ Cidofovir ( IV only) 5 mg/kgbb IV perminggu selama 2 minggu,
kemudian 3-5 mg/kgbb IV sekali tiap 2 minggu untuk
2-4 dosis (maintenance).

(jurnal infectious disease, 2013)

15
Komplikasi
1. Anak-anak dengan infeksi HHV-6B primer dilaporkan
memiliki frekuensi kejang parsial yang lebih tinggi, kejang
berkepanjangan, kelumpuhan postiktal, dan kejang
berulang dari pada anak-anak dengan kejang demam yang
tidak terkait dengan HHV-6.
2. Laporan kasus dan seri pasien kecil telah menggambarkan
komplikasi tambahan pada anak-anak dengan infeksi
HHV-6B primer, termasuk ensefalitis, demielinasi
diseminasi akut, ensefalitis autoimun, cerebellitis akut,
hepatitis, dan miokarditis.
(Nelson
textbook, Ed 20)
16
Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh secara
sempurna, erupsi yang terjadi pada kulit dapat
hilang dan kembali normal tanpa adanya
bekas. Namun pada penderita
immunokompromise dapat terjadi infeksi
kronis hingga menyebabkan kematian.
(buku ajar infeksi, 2015)

17
THANK YOU

18

Anda mungkin juga menyukai