1 Wayan
1 Wayan
Oleh: Pembimbing :
Wayan Ley Sujana
173307020052 dr. Khainir Akbar,
Sp.A
Definisi Roseola Infantum
4
Patogenesis
Virus HHV-6 Saliva (kecuali HHV-6), Reseptor:
secret pernapasan, CD46 (HHV-6), CD134 (HHV-6B), CD4
&7 transplasenta, (HHV-7)
integrasi kromosom sel T primer, monosit, natural killer cell,
dan sekresi servik. sel dendritik, dan astrosit,
megakaryocytic, endothelial, dan sel-sel
epitelial. Astrocytes, oligodendrocytes,
dan mikroglia.
8
Diagnosis
3. Pemeriksaan Penunjang
a. darah rutin
• 24-36 jam pertama demam, jumlah leukosit dapat
mencapai 16000-20000 /mm3 dengan peninggian
neutrofil.
• Dapat timbul leukopenia (3000-5000/mm3) biasanya
pada hari ke 3-4 demam. Neutropenia absolut dengan
limfosotosis relatif (90%). Kadang-kadang dapat muncul
monosit dalam jumlah besar
9
(buku ajar infeksi, 2015 )
Diagnosis
b. Serologi
1. Ig-M
Terdeteksi pada hari 5-7 infeksi primer
2. PCR (polymerase chin reaction)
Ditemukan transkripsi dan produksi protein
virus HHV-6 dalam plasma. HHV-6 pada
darah dan saliva dengan PCR tidak dapat
membedakan suatu infeksi persisten atau
infeksi primer.
(buku ajar infeksi, 2015 )
10
Diagnosis Banding
Rubeola Rubella Roseola Infantum
Etiology Measles virus Rubella virus HHV-6 & HHV-7
Inkubasi 8-12 hari 14-21 hari 9-10 hari
Gejala Prodormal Demam tinggi 39-40 °C demam ringan, sakit Demam tinggi 39,7°C turun
dengan batuk, hidung tenggorokan, mata merah setelah 72 jam, inflamasi
berair dan atau dengan atau tanpa nyeri membran timpani, rinore
conjungtivitis (mata merah mata, sakit kepala, malaise, dan kongesti, gangguan
dan berair). anoreksia, dan gastrointestinal dan
limfadenopati. ensepalopati, batuk.
Lesi Erupsi makulopapular yang Lesi bervariasi dan tidak lesi berbentuk morbiliform
merah di mulai dari dahi, khas, dimulai dari wajah atau lesi berwarna merah
telinga, dan bagian atas dan leher sebagai makula muda, 2-3 mm, non pruritic
dari leher dan selanjutnya berwarna pink kecil dimulai pada dada yang
menyebar ke badan dan irreguler dan menyatu, menyebar ke lengan dan
ekstremitas. menyebar kebadan dan leher serta sedikit
Koplik’s Spot : Bintik biru ektremitas. pemeriksaan mengenai muka dan kaki
keputihan pada dasar yang orofaring terdapat lesi kecil dan terdapat Ulkus pada
erithema di pipi bagian berwarna merah jambu palatum mole dan uvulla
dalam ( sejajar premolar). (Forchheimer Spot) (Nagayama Spot)
12
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif
a. Hidrasi
b. Antipiretik
Mengatasi demam dengan pemberian antipiretik dan anagesik
Parasetamol : 10-15 mg/KgBB secara PO/4 jam
10-15mg/KgBB secara IV/4-6 jam
Dosis Max
Neonatus : 30-45 mg/KgBB/hari
Anak< 2 Thn : 60 mg/KgBB/hari
Anak > 2 Thn : 90 mg/KgBB/Hari
14
(Nelson textbook, Ed 20)
Dosis Obat Antiviral
15
Komplikasi
1. Anak-anak dengan infeksi HHV-6B primer dilaporkan
memiliki frekuensi kejang parsial yang lebih tinggi, kejang
berkepanjangan, kelumpuhan postiktal, dan kejang
berulang dari pada anak-anak dengan kejang demam yang
tidak terkait dengan HHV-6.
2. Laporan kasus dan seri pasien kecil telah menggambarkan
komplikasi tambahan pada anak-anak dengan infeksi
HHV-6B primer, termasuk ensefalitis, demielinasi
diseminasi akut, ensefalitis autoimun, cerebellitis akut,
hepatitis, dan miokarditis.
(Nelson
textbook, Ed 20)
16
Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh secara
sempurna, erupsi yang terjadi pada kulit dapat
hilang dan kembali normal tanpa adanya
bekas. Namun pada penderita
immunokompromise dapat terjadi infeksi
kronis hingga menyebabkan kematian.
(buku ajar infeksi, 2015)
17
THANK YOU
18