Anda di halaman 1dari 17

FISTULA VESIKOVAGINALIS

• Adilla Nurul Hidayah • Dinda Annisyah • Nurhasanah

• Alfeni Dewi Mukti • Finka Ririn Damayanti • Tria Massarota

• Cut Zahara • Fiola Aribah Sukmawati • Wina Fitrani Awaliyah

• Dwi Wendiarni • Hendarista Pingken P • Yatasya Eliza


PENGERTIAN

• Fistula genitourinaria adalah terbentuknya hubungan antara traktus genitalis dan traktus
urinarius. Bentuk yang tersering adalah fistula vesikovaginal dan fistula ureterovaginal.
• Fistula vesikovaginal yaitu terbentuknya fistel atau lubang pada dinding vagina yang
menghubungkan kandung kemih dengan vagina, akibatnya urine keluar melalui saluran
vagina tanpa disadari. (Sarwono, 2010)
Normal
ETIOLOGI
• Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko Vagina antara lain :
  Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
 Operasi Ginekologi
 Fistula Traumatik
 Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi peradangan saluran pencernaan,
penyakit chronis, trauma yang berasal dari benda asing dan kelainan kongenital
PATHWAY/BAGAN

Partus yang lama Ukuran bayi yang besar

Penekanan pada daerah jalan


lahir dan kandung kemih

Gangguan Sirkulasi
(iskemia)

Kematian Jaringan
(nekrosis)

Respon penyembuhan :
Pembetunkan Jaringan
Fibrosis

Pembentukan Fistula
GEJALA
• Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami inkontinen urine dan tidak ada rasa nyeri.
Komplikasi yang sering terjadi yaitu adanya iritasi pada daerah perineum dan paha atas,
dermatitis kronis, infeksi saluran kemih serta penumpukkan kristal (Calculi pada buli-buli),
amenorrhoe sekunder sebagai akibat sentral oleh karena depresi berat dan endometritis. Juga
dapat terjadi striktura / stenosis vagina yang merupakan gejala yang sering bersamaan dengan
fistula.
• Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelah persalinan atau beberapa lama
setelah persalinan, sedangkan fistula akibat tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari pasca bedah.
• Trias gejala yang timbul setelah tindakan pembedahan : sekret air kencing, nyeri perut dan
kenaikan suhu badan dapat dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina.
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan pre-operasi
 Konseling pasien dan keluarga tentang keberhasilan operasi dan kompliksainya
 Persiapan fisik , dan laboratorium
 Sebelum menentukan perencanaan penanganan
 Jika ada peradangan pada vagina dan proses inkrustasi pada pinggiran fistula diperlukan perawatan khusus
dengan pembilasan vagina dengan mengunakan larutan asam laktat satu sendok dilarutkan dalam satu liter air
hangat 1 -2 kali sehari.
 Diberikan injeksi IM 1 mg estradiolbenzoat setiap hari selama 1-2 minggu dilanjutkan 2 minggu pasca bedah.
 Iritasi kulit genitalia eksterna dan sekitarnya yang mengalami dermatitis diberikan salep antibiotika dan setelah
peradangan sembuh diberikan perlindungan salep zinc
 Penatalaksanaan operasi • Selama 7 hari post operasi bedrest total, kemudian
mobilisasi ditempat tidur miring kiri dan ke kanan dan
• Operasi transvaginal
setelah 12-14 hari boleh jalan
• Operasi transabdominal ( suprapubik )
• Pada hari ke-10 pasca bedah katheter diklem setiap 20
 Penatalaksanaan pasca operasi menit dan berikutnya diklem lebih lama dan maksimal
• Luka operasi penutupan fistula pada dinding vagina setiap 2 jam sekali, pada hari ke-14 katheter dilepas. Jika
dilindungi dengan sofratule selama 24 jam pasca bedah penderita dapat kencing, maka penderita disuruh
untuk mencegah infeksi mengosongkan buli-buli setiap 1 jam, kemudian bertahap
setiap 2- 3 jam.
• Dipasang dauer katheter selama 2 minggu agar buli-buli
tetap kering sehingga buli-buli tidak teregang. • Proses penyembuhan luka operasi dipercepat dengan
injeksi IM 5 mg folikelhormon seminggu sekali
• Buli-buli setiap hari dibilas dua kali dengan 50 ml
larutan boorwater 3% dan instilasi antibiotika • Jika selama 2-3 hari setelah katheter dilepas, kencing
(uronebacetin) 10 ml selama 30 menit, selama ini dauer tidak bocor lagi maka penderita dipulangkan dan kontrol
katheter diklem untuk sementara. Kantong penampung 6 minggu kemudian
urin setiap 24 jam diganti yang baru . • Disarankan tidak melakukan coitus selama 10-12
minggu setelah pulang dari rumah sakit.
KOMPLIKASI PASCA OPERASI :

• Ureter obstruksi, dapat berupa obstruksi karena terjahit atau terlipat akibat jahitan di sekitar ureter. Dapat
diketahui dengan evaluasi cystoskopi.
• Perdarahan vesika, dapat terjadi akibat perlukaan mukosa vesika. Bekuan dapat menyumbat katheter sehingga
distensi vesika yang berlebihan mengakibatkan jaringan yang baru dijahit terbuka. Bekuan ini dapat
dibersihkan dengan penghisap melalui uretra.
• Fistula terbuka, kegagalan penutupan fistula biasanya diketahui hari 7 – 10, penderita mengeluh ngompol
kembali. Ganti katheter dengan ukuran lebih besar memastikan urine dapat keluar dengan lancar, penutupan
spontan diharapkan dapat terjadi. Jika tetap bocor, dilakukan operasi ulang setelah 3 bulan
• Inkontinensia , pada vesika yang kontraktur terjadi gangguan pada sfingter, meskipun fistula sudah tertutup
baik, penderita tidak dapat menahan kencing, urine keluar spontan.
ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian • Hygiene
• Aktivitas dan istirahat • Nyeri dan kenyamanan
• Sirkulasi • Keamanan
• Integritas ego • Seksualitas
• Eliminasi • Interaksi sosial
• Makanan dan cairan • Penyuluhan dan pembelajaran
Diagnosa keperawatan

 Diagnosa keperawatan pre operasi :


• Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. Interpretasi informasi.
• Ketakutan/ansieatas berhubungan dengan krisis situasional, ketidak akraban dengan
lingkungan. Ancaman kematian; perubahan pada status kesehatan, berpisah dengan
sistem pendukung yang biasa.
• Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kondisi interaktif diantara individu
dan lingkungan, lingkungan eksternal, misalnya : struktur fisik.
• Resiko tinggi terhadap infeksi kulit yang rusak, trauma jaringan, statis jaringan tubuh.
• Diagnosa keperawatan post operasi : •  
• Diare berhubungan inflamasi, iritasi atau mal absorbsi • Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama,
usus, adanya toksin, penyempitan segmental lumen. iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal, fistula.
• Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan • Koping individu tak efektif berhubungan dengan stressor
dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare besar, pengulangan periode waktu, proses penyakit yang
berat, muntah), status hipermetabolik, pemasukan tak diduga, kerentanan pribadi, nyeri hebat, kurang tidur,
terbatas (mual). istirahat, krisis situasi, tidak adekuat metode koping;
kurang sistem pendukung.
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguanpenyerapan nutrisi, status • Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
hipermetabolik, secara medik masukan dibatasi : takut kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan
makanan yang dapat menyebabkan diare. interpretasi informasi, tidak mengenal sumber.
• Ansietas berhubungan dengan faktor
psikologis/rangsang simpatis (proses inflamasi),
ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, status sosioekonomis, fungsi peran,
pola interaksi.

 
• Diagnosa keperawatan post operasi : • Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare
lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura
• Diare berhubungan inflamasi, iritasi atau mal
absorbsi usus, adanya toksin, penyempitan perirektal, fistula.
segmental lumen. • Koping individu tak efektif berhubungan dengan
stressor besar, pengulangan periode waktu, proses
• Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan banyak melalui penyakit yang tak diduga, kerentanan pribadi, nyeri
rute normal (diare berat, muntah), status hebat, kurang tidur, istirahat, krisis situasi, tidak
hipermetabolik, pemasukan terbatas (mual). adekuat metode koping; kurang sistem pendukung.
• Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguanpenyerapan nutrisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
status hipermetabolik, secara medik masukan
dibatasi : takut makanan yang dapat menyebabkan sumber.
diare.
• Ansietas berhubungan dengan faktor
psikologis/rangsang simpatis (proses inflamasi),
ancaman konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, status sosioekonomis, fungsi
peran, pola interaksi.
Perencanaan/Intervensi

1) Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau mal absorbsi usus,adanya toksin,
penyempitan segmental lumen. Tujuan :
• Diare dapat teratasi Kriteria hasil :
• Melaporkan penurunan frekuensi defekasi
• konsistensi kembali normal
 Intervnsi : observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan factor
pencetus.
 Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
2) Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat  Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan
tidur. atau menurunkan rangsang makanan/cairan. Makan kembali
secara bertahan cairan mecegah kram dan diare berulang.;
 Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga
namun cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau pendarahan
sebagai kompikasi. Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda 6) Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehubungan
dan dapat tak terkontrol, penigkatan risiko inkontinensia/jatuh dengan proses penyakit.
bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan.
 Rasional :. Adanya penyakit dengan penyebab tak terkethui
3) Buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan. sulit untuk sembuh dan yang memerlukan intervensi bedah
dapat menimbulkan reaksi stress yang dapat memperburuk
 Rasional : Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa
situasi.
malu pasien.
7) Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan
4) Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare,
protein serum, ansietas, dan kelesuan.
misalnya : sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman
karbonat dan produk susu.  Rasional : Tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan
peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi
 Rasional : Menghindarkan iritan meningkatkan istirahat usus.
medik segera.
5) Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap.
Tawarkan minuman jernih tiap jam; hindari minuman dingin.
DAFTAR PUSTAKA

Shobeiri SA, Chesson RR, Echols KT. 2011. Cystoscopy Fistulography: A new technique for the
diagnosis of vesikocervical Fistula

Sharma S, Rizvi SJ, Bethur SS, Bansal J, Qadri SJF, Modi P. Laparoscopic repair of urogenital
fistulae: a single centre experience. Journal of minimal access surgery. 2014;10(4):180.

Pshak T, Nikolavsky D, Terlecki R, Flynn BJ. Is tissue interposition always necessary in


transvaginal repair of benign, recurrent vesicovaginal fistulae? Urology. 2013;82(3):707−1
~ TERIMA KASIH ~

Anda mungkin juga menyukai