Anda di halaman 1dari 18

Pertanggungjawaban

Hukum
Tenaga Kesehatan

drg. Any Rahmawati


Pasal 11 UU 36/2014
1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
Disclaimer: h.
i.
tenaga gizi;
tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
Terminologi Tenaga Medis dalam
k. tenaga teknik biomedika;
UU 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain.
2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi,
Pasal 90 UU 36/2014 dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
1) Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi menjadi bagian dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia……….
2) Konsil Kedokteran Indonesia…..tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya sampaidengan terbentuknya Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia.
3) Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia…….tetap melaksanakan fungsi dan tugasnya sampai dengan terbentuknya
sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
Pasal 94
a.mencabut Pasal 4 ayat (2), Pasal 17, Pasal 20 ayat (4), dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
b.sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia menjadi secretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesai
Amar Putusan MK No 82/PUU-XIII/2015
1) Mengabulkan permohonan Sebagian
2) Menyatakan Pasal 11 ayat (1) huruf a UU 36/2014 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
3) Menyatakan Pasal 11 ayat (2) UU 36/2014 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
4) Menyatakan Pasal 90 UU 36/2014 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
5) Menyatakan Pasal 94 UU 36/2014 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat

Salah satu poin pertimbangan Hakim Mahkamah Konstitusi:


[3.16]
Disclaimer: Menimbang bahwa oleh karena dokter dan dokter gigi sebagai “tenaga medis”
meskipun merupakan bagian dari tenaga kesehatan, tetapi karena
Terminologi Tenaga Medis dalam kekhususannya dalam hal-hal tertentu sebagaimana telah dipertimbangkan di
atas, terutama berkenaan dengan Konsil Kedokteran Indonesia dan uji
UU 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan kompetensi (uji kompetensi dokter) dimana hal itu telah diatur dalam UU
29/2004 tentang Praktik Kedokteran. Oleh karena itu sepanjang menyangkut
KKI dan uji kompetensi (uji kompetensi dokter) tidak diatur dalam Undang-
undang a quo.
Nakes & kategori
Konsil – segi disiplin
• Konsil Kedokteran Indonesia & MKDKI
• Utk Dr & Drg
• Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia & Majelis
kehormatan disiplin nakes masing-masing (dalam
pengembangan):
• Semua NAKES Non Dr & Non Drg
Wewenang: kemampuan yg diberikan oleh peraturan perundangan untuk melakukan perbuatan yg
menimbulkan akibat hukum

original authority delegation of authority


(bersifat permanen dan tetap ada
selama UU mengaturnya)

DELEGASI MANDAT
ATRIBUTIF
• Mengijinkan kewenangannya dijalankan
• UU 29/2004 ttg Pradok • Beralihnya seluruh wewenang dari org lain atas Namanya
• UU 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan delegans • Yg beralih hanya sebagian wewenang,
• UU 38/2014 ttg Keperawatan • Yg bertanggung jawab hukum
tanggung jawab ada pada pemberi
• UU 4/2019 ttg Kebidanan adalah delegataris mandate
• Peraturan Menteri Contoh dokter memerintahkan parawat • Hanya berlaku pada satu tindakan
• Standar Profesi, Standar Pelayanan untuk timbang dan tensi tertentu, pada waktu tertentu dan orang
tertentu.
Contoh : dokter miminta perawat untuk
menuliskan resep tetapi ttd ada pada
STR & SIP dokter
SUMBER KEWENANGAN
menurut UU 36/2014 ttg Tenaga Kesehatan
Kewenangan tentang prilaku

SIP
Kewenangan tempat dimana profesi
dikerjakan

SUMPAH/JANJI PROFESI

PERNYATAAN MEMATUHI ETIKA PROFESI


Tanggung jawab perdata dalam pelayanan kesehatan
hubungan hukum

ius contractio ius delicto


hubungan hukum karena undang-undang
hubungan hukum karena perjanjian
Dalam menjalankan praktik, praktik kedokteran
Tenaga Kesehatan yg diselenggarakan berdasarkan Atas perintah UU setiap tenaga
memberikan pelayanan langsung pada KESEPAKATAN antara kesehatan wajib menolong px
dokter atau dokter gigi dengan dalam kondidi gawat darurat
kepada Penerima Pelayanan
Kesehatan harus melaksakan pasien dalam UPAYA untuk
UPAYA terbaik u/ kepentingan pemeliharaan kesehatan,
Penerima Pelayanan Kesehatan pencegahan penyakit,
1365 KUH Perdata BW
dg TIDAK MENJANJIKAN peningkatan kesehatan,
1366 KUH Perdata BW
HASIL (Ps 61 UU 36/2014) pengobatan penyakit dan 1367 KUH Perdata BW
pemulihan kesehatan (Ps 39
UU 29/2004) Tiap perbuatan melanggar
hukum yg membawa kerugian
kpd orang lain, mewajibkan org
krn salahnya mengganti
kerugian
DUTY OF CARE

BREACH OF DUTY
STR,SIP,SP,SOP
,,IC,RM

Dokter dinyatakan
bersalah

DIRECT CAUSATION Kesalahan


/kelalaian

Akibat pelanggaran
medis timbul kerugian
Sengketa Medik menurut Ps 66 (1) UU No 29/2004 ttg PK:
DAMAGES
“Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia”
Malapraktik medis masuk pada pidana umum/khusus karena
tidak ada terminologi pidana medis
Fokus hukum pidana adalah “akibatnya” sedangkan
malapraktik medis fokusnya “penyebabnya”
Karena fokus pada penyebab, maka malapraktik medis
mencari kesalahan proses “upaya” bukan pada “hasil” sesuai
dengan jenis hubungan hukumnya
Beda antara perbuatan melanggar hukum (onreghtmatige daad)
dengan perbuatan melawan hukum: - Sifat melawan hukum formil
(formele wederrchtelijkheid); - Sifat melawan hukum materil
(materielewederrchtelijkheid)

Pidana :
Delik formil-Perbuatannya yg diancam pidana itu diatur UU cth psl 75
(1) dan (2) UU 36/2009 ttg kesehatan
Delik materiiil-selain perbuatan dilarang diatur UU,juga melanggar etik
dan disiplin profesi,akibat yang ditimbulkan dari perbuatan pidana itu
yang dilarang (cacat, kematian )
Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan Melanggar Hukum Perdata


onrechmatige daad
Perbuatan Melawan Hukum Pidana
Wederrechtelijk
Yang dilanggar UU dan kepatutan di
Akibat (perbuatan pidana ) yang ditimbulkan itu yang
masyarakat
dilarang (cacat/ kematian) (Delikmateriel)
mengancam dan merugikan merugikan kepentingan privat
kepentingan umum Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
unsur-unsurnya:
perbuatan itu tegas dinyatakan melanggar UU menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
perbuatan itu dilakukan tanpa kewenangan menggantikan kerugian tersebut. (1365 BW)
perbuatan itu dilakukan tanpa kekuasaan unsur-unsurnya:
perbuatan yg melanggar asas-asas umum dlm adanya perbuatan
lapangan hukum perbuatan tsbt melanggar hukum
adanya kesalahan dari pihak pelaku
adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian
perluasan pengertian sejak Arrest Hoge Raad 31 Januari 1919
VERBOD (LARANGAN)
Pasal 190 UU 36/2009 Pasal 191 UU 36/2009
1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga Setiap orang yang tanpa izin melakukan praktik pelayanan
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada kesehatan tradisional yang menggunakan alat dan teknologi
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sehingga
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang mengakibatkan kerugian harta benda, luka berat atau
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud kematian dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana (satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan (serratus juta rupiah).
denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 60 ayat (1) UU 36/2009
(1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga tradisional yang menggunakan alat dan teknologi harus
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang.
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
VERBOD (LARANGAN)
Pasal 193 UU 36/2009 Pasal 194 UU 36/2009
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan bedah plastic Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak
dan rekonstruksi untuk tujuan mengubah identitas sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 diancam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
rupiah)
Pasal 75 ayat (1) & (2) UU 36/2009
Pasal 69 UU 36/2009 1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
1) Bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat 2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai dikecualikan berdasarkan:
keahlian dan kewenangan untuk itu. a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
2) Bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam janin, yang menderita penyakit genetic berat dan/atau
masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
identitas. sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah kandungan; atau
plastic dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Pemerintah.
VERBOD (LARANGAN)
Pasal 195 UU 36/2009 Pasal 196 UU 36/2009
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
darah dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud dalam mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
Pasal 90 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
Pasal 90 UU 36/2009 banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3) Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih
apapun. Pasal 98 ayat (2) & (3) UU 36/2009
2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan
Pasal 1457 BW kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan,
Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu bahan yang berkhasiat obat.
barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang 3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan,
dijanjikan pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan
alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan
farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
VERBOD (LARANGAN)
Pasal 197 UU 36/2009 Pasal 198 UU 36/2009
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana
tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda
Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 108 UU 36/2009
1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk
Pasal 106 ayat (1) UU 36/2009 pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
diedarkan setelah mendapat izin edar. obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Pidana Administrasi

Pasal 75 UU 29/2004 : dengan sengaja praktik tanpa STR


Pasal 76 UU 29/2004 : dengan sengaja praktik tanpa SIP
Pasal 79 UU 29/2004 : (a) tidak memasang papan praktik, (b) tidak membuat RM

• administrative penal law berkaitan dg adanya pelanggaran hak dalam konteks perizinan
• Menurut Barda Nawawie Arief, tindak pidana administrasi adalah pendayagunaan
hukum pidana untuk menegakkan hukum administrasi. Padangan demikian memposisikan
hukum pidana sebagai ultimum remidium
PERLINDUNGAN HUKUM (Ps 57 UU 36/2014)
IC bukan oleh operator
STANDAR PROFESI

STANDAR PELAYANAN PROFESI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

KODE ETIK

Pasal 39 UUPK
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter
atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
PERATURAN PERUNDANGAN
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan
Perlindungan hukum Nakes
• Ps 50 UU Pradok No 29/2004 :
• hak Dr dan drg memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai standar profesi & SOP dan yanmed sesuai standar profesi dan SOP
• Pasal 51 UU Pradok

• Beri yeanmed sesuai SP & SOP & kebutuhan medis;


• merujuk pasien ke dokter-dokter gigi /sarana kesehatan lain yang mempunyai
kemampuan lebih baik;
• Merahasiakan segala sesuatu tentang pasien
• Melakukan pertolongan kegawat daruratan
• Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai