Anda di halaman 1dari 19

2021

ETIKOLEGAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BY. SANTOSA,S.KEP,.MM
Definisi aspek Etik dan legal
dalam konteks Keperawatan
Gawat darurat

Ethic merupakan istilah yang


digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusnya manusia
berperilaku , apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap
orang lain. Etik merupakan prinsip
yang menyangkut benar dan
salah, baik dan buruk dalam
berhubungan dengan orang lain.
KODE ETIK
KEPERAWATAN

• Keperawatan telah
mengembangkan kode etik
dengan menggambarkan kondisi
ideal profesional

• Kode etik mencerminkan prinsip


etis yang secara luas dapat
diterima anggota profesi
Kode Etik Keperawatan
Gawat Darurat

• Perawat emergensi memberikan


pelayanan dengan penuh hormat bagi
martabat kemanusiaan dan keunikan
klien
• Perawat emergensi mempertahankan
kompetensi dan tanggung jawab dalam
praktek keperawatan emergensi
• Perawat emergensi melindungi klien
manakala mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak cakap, tidak legal,
sehingga keselamatannya terancam
Perawat emergensi selalu
Perawatbelajar,
emergensi selalu
belajar,
mengimplementasikan,
mengimplementasikan,
dan meningkatkan
dan meningkatkan
pengetahuan
pengetahuan

Perawat emergensi bekerja sama


Perawat
dengan emergensi
profesional bekerja sama
kesehatan lain
dengan profesional kesehatan
dan masyarakat untuk mencapai lain
dan masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan
derajat kesehatan
Alasan pentingnya aspek legal dalam
konteks pelayanan keperawatan gawat
darurat

• Membuat kontrak kerja (Memahami hak dan


kewajiban)
• Praktek yang kompeten hanya dilakukan oleh seorang
perawat yang kompeten
• Tambahkan penyuluhan kesehatan dan konseling
dalam pemberian asuhan keperawatan.
• Melaksanakan tugas delegasi, sesuai dengan
kemampuan perawat yang akan diberikan delegasi.
• Pastikan semua data didokumentasikan secara benar
dan dikomunikasikan secara jelas.
• Ketenagaan yang adekuat
ETIKA DALAM PENANGANAN
KEGAWAT DARURATAN
PRINSIP DASAR
DASAR

KGD
ETIKAKGD
BENEFICIENCE / PRINSIP
KEBAIKAN

NON – MALEFICIENCE /
MENGHINDARI TIMBULNYA BAHAYA

ETIKA
MENGHORMATI OTONOMI
PRINSIP

KLIEN / INFORMED CONSENT

JUSTICE / ADIL
ASPEK LEGAL
KEGAWATDARURATAN

 DALAM PELAYANAN KESEHATAN BAIK DIRUMAH


SAKIT MAUPUN DILUAR RUMAH SAKIT TIDAK
TERTUTUP KEMUNGKINAN TIMBUL KONFLIK .
 KONFILIK DAPAT TERJADI ANTARA TENAGA
KESEHATAN DENGAN KLIEN DAN ANTARA SESAMA
TENAGA KESEHATAN BAIK SATU PROFESI MAUPUN
ANTAR PROFESI
 UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI KONFLIK
BIASANYA DIGUNAKAN ETIKA DAN NORMA
HUKUM YANG MEMPUNYAI TOLOK UKUR MASING
MASING KHUSUSNYA TOLOK UKUR NORMA
HUKUMLAH YANG DIBERLAKUKAN
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran: Pasal
73 ayat 1,2,3
– 1. Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk
lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan
adalah dokter.
– 2. Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan… dst
– 3. Ketentuan sebagaimana ayat 1,2 tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang
diberi kewenangan oleh peraturan perundangan.

Penjelasan pasal 73 ayat 3: Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain


bidan dan perawat yang diberi kewenagan untuk melakukan tindakan medis
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat

Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,


Menjelaskan bahwa:
 Pasal 82 tentang pelayanan kesehatan bencana: PELAYANAN kesehatan
dimaksud pada ayat (2): tanggap darurat dan paska bencana; mencakup
pelayanan kegawat daruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
 Pasal 83 ayat (1) setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
 Ayat (2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat

PERMENKES Nomor 148 tahun 2010 tentang izin


penyelengggaraan praktek perawat antara lain menjelaskan:
 Pasal 2: Ayat 1) Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Ayat 2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau
praktik mandiri.
 Ayat 3) Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat
PERMENKES Nomor 148 tahun 2010 tentang izin
penyelengggaraan praktek perawat antara lain menjelaskan:
 Pasal 8: Ayat (7) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan dapat
memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas.
 Pasal 9: Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki.
 Pasal 10: Ayat (1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa
seseorang dan tidak ada dokter ditempat kejadian perawat dapat
melakukan pelayanan diluar kewenangannya. (Kepmenkes
No.1239/Menkes/SK/XI/2001 Pasal 20 ayat 2)
 Ayat (3)Dalam melasanakan pelayanan kesehatan harus
mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan
untuk dirujuk
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat

Pasal 11dalam melaksanakan praktik, perawat


mempunyai hak:
a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktek
keperawatan sesuai standar
b. Memperoleh informasi lengkap dan jujur dari klien
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
d. Menerima imbalan jasa profesi
e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat

Permenkes Nomor 512 tahun 2007 tentang ijin


praktek dan pelaksanaan praktek kedokteran antara
lain menjelaskan:

 Dokter dan dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu


tindakan kedokteran kepada perawat, bidan atau nakes lain secara
tertulis… sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki
dan dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat

Permenkes Nomor 1796 Tahun 2011 tentang


registrasi tenaga kesehatan antara lain menjelaskan bahwa…
1). Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan
2). Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
ketrampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai standar profesi
3). Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
seorang tenaga kesehatan
Berbagai Kebijakan yang Memberikan Jaminan Hukum
Terhadap Pelayanan Keperawatan Gawat darurat
Permenkes Nomor 1796 Tahun 2011 tentang
registrasi tenaga kesehatan antara lain menjelaskan bahwa:
cont….
4). Sertifikat kompetensi yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang
melalui partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan diklat/kegiatan ilmiah
sesuai bidang tugasnya
5). Partisipasi tenaga kesehatan dapat digunakan sepanjang memenuhi
persyaratan perolehan suatu kredit profesi (SKP)
6). Perolehan satuan kredit profesi harus mencapai min 25 skp selama 5 tahun.
7). Jumlah skp ditentukan oleh organisasi profesi
8). Uji kompetensi secara nasional mulai 2012 bagi lulusan baru
KETENTUAN
KETENTUANPIDANA
PIDANA(Pasal.
(Pasal.190)
190)
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien / klien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaiman dimaksud dalam
Pasal 32 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2(dua)
tahun dan denda paling banyak Rp.200.000.000,00 ( dua ratus
juta rupiah)

Dalam hal perbuatan sebagaiman yang dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan terjadinya kecacatan dan/atau
kematian,pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau
tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

Anda mungkin juga menyukai