Anda di halaman 1dari 28

KOMPLIKASI PERSALINAN

KALA I

OLEH : UMY DARNI HAREFA, SST


Kala I memanjang / persalinan macet

CPD (Cephalopelvic disporpotion)

Distosia karena kelainan his


Kala I memanjang / persalinan macet

Persalinan dengan kala I Etiologi (Moctar 2011):


memanjang adalah
1. Kelainan letak janin
persalinan yang fase
latennya berlangsung 2. Kelainan-kelainan
lebih dari 8 jam dan pada panggul
fase aktif laju 3. Kelainan his
pembukaannya tidak 4. Janin besar atau ada
adekuat atau bervariasi kelainan kongenital
(kurang dari 1 cm setiap
5. Primitua.
jam)
Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Fase Laten Memanjang (Prolonged latent phase)


→ pembukaan serviks yang tidak melewati 3
cm setelah 8 jam inpartu (Saifuddin,2009).
2. Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase)
→ pada primigravida (Lebih dari 12 jam dengan
pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per jam)
dan pada multigravida (6 jam dengan laju
dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per jam)
Tanda Klinis
Ibu Janin

Gelisah, letih, suhu badan ●
Djj cepat/negatif
meningkat, berkeringat, nadi ●
caput suksedaneum
cepat, pernapasan cepat dan ●
moulage
meteorismus

edema vulva, edema serviks,

kematian janin dalam
cairan ketuban yang berbau, kandungan
terdapat mekonium ●
kematian janin intra partal
Komplikasi pada Ibu dan Janin Akibat Kala I
Memanjang

1. Ketuban pecah dini,


Apabila kepala tertahan
pada pintu atas panggul,
seluruh tenaga dari uterus
diarahkan ke bagian
membran yang meyentuh
os internal. Akibatnya,
ketuban pecah dini lebih
mudah terjadi infeksi
(Wijayarini, 2008).
2. Sepsis Puerperalis, Infeksi merupakan
bahaya serius bagi ibu dan janin pada
kasus persalinan lama, terutama karena
selaput ketuban pecah dini. Bahaya
infeksi akan meningkat karena
pemeriksaan vagina yang berulang-
ulang (Wijayarini, 2008).
3. Ruptur Uterus, Penipisan segmen bawah rahim
yang abnormal menimbulkan bahaya serius
selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat
jelas sehingga tidak ada engagement atau
penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat
teregang, dan dapat diikuti oleh ruptur
(Cunningham, 2013).
4. Cedera dasar panggul,
Cedera pada otot dasar
panggul, persarafan, atau
fasia penghubung adalah
konsekuensi pelahiran
pervaginam yang sering
terjadi, terutama apabila
pelahirannya sulit
(Cunningham, 2013).
5. Dehidrasi, Ibu nampak kelelahan, nadi
meningkat, tensi mungkin normal atau
telah turun, temperatur meningkat
(Manuaba, 2011).
6. asfiksia, gawat janin, molase, caput
suksidaneum (bagi janin)
A. CAPUT
SUKSIDANEUM
B. CEPHAL HEMATOMA
Diagnosis Penunjang (Oxorn, 2010)
Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar
haemoglobin
Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis
sulit ditegakkan karena terjadi moulage yang cukup
banyak dan caput succedanum yang besar
Penatalaksanaan :
1. Nilai keadaan umum, TTV dan tingkat
hidrasinya
2. Periksa DJJ selama atau segera sesudah
his, hitung frekuensinya dalam 30 menit
selama fase aktif.
3. gawat janin → lakukan sectio caesarea
4. Perbaiki keadaan umum (Beri dukungan,
intake cairan)
5. Jika kontraksi tidak adekuat (anjurkan
untuk mobilisasi, Rehidrasi melalui
infus atau minum, Merangsang puting
susu, Acupressure, Lakukan penilaian
frekuensi dan lamanya kontraksi
berdasarkan partograf)
6. Apabila garis tindakan dilewati
(memotong) lakukan sectio secarea.
Tanda gawat janin :
1. Djj tidak normal
2. Ketuban bercampur mekonium
atau darah
CPD (cephalopelvic disporpotion)

Disproporsi sefalopelvik
adalah keadaan yang
menggambarkan Disebabkan oleh:
ketidaksesuaian antara 1. panggul sempit
kepala janin dan panggul 2. janin yang
ibu sehingga janin tidak besar
dapat keluar melalui
vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan
oleh panggul sempit, janin
Ukuran Panggul Sempit
1. Kesempitan Pintu Atas Panggul
(konjugata diagonal yang kurang dari 11,5
cm (Kanneth, 2009)
2. Kesempitan Pintu Tengah Panggul
(diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior  13,5 cm atau
kurang (normal 15,5)
3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
(diameter tuberosum
interiskiadika menjadi 8 cm atau kurang)
Pengaruh Panggul Sempit Pada
Kehamilan
1.  Retrafexio uteri gravida incarcerata
2. Gangguan peredaran darah
3. Kadang-kadang  fundus menonjol ke depan
hingga perut menggantung
4. Perut yang menggantung pada seorang primi
gravida merupakan tanda panggul sempit
5. Kepala tidak turun kedalam panggul pada
bulan terakhir
6. Dapat menimbulkan presentasi muka, letak
lintang dan letak sungsang.
Pengaruh Panggul Sempit Pada
Persalinan
1. Persalinan lebih lama
2. Gangguan Pembukaan
3. Banyak waktu dipergunakan untuk  moulage
kepala  anak.
4. ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian
depan kurang menutup pintu atas panggul
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat
menekan servix karena tertahan pada pintu
atas panggul.
Pentalaksanaan Panggul Sempit
1. Persalinan Percobaan, adalah memastikan
ada tidaknya CPD, dimulai saat penderita
dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan
persalinan dimulai setelah persalinan masuk
fase aktif, yang terdiri dari :
a) Pembukaan Serviks.
b) Turunnya Kepala.
c) Putaran paksi dalam yang penilaiannya
dilakukan setiap 2 jam.
2. Bila terdapat perubahan yang bermakna dari
komponen yang dinilai maka partus percobaan
dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila
dari 3 komponen tesebut tidak ada kemajuan
yang bermakna maka partus percobaan
dikatakan gagal dan dipastikan ada Cephalo
Pelvic Disproportion (CPD), persalinan
dilanjutkkan dengan Sectio
Caesarea (Cunningham, 2006).
Distosia karena kelainan his
1.  Inersia Uteri (Hypotonic
uterine contraction )  Inersia uteri primer
kelainan his dengan Terjadi pada
kekuatan yang lemah / tidak permulaan fase laten
adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau
mendorong anak keluar Inersia uteri
sekunder
Terjadi pada fase
aktif kala I atau kala
II
  Penanganan :
1. Perbaiki Keadaan umum
2. Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi,
penurunan kepala / bokong bila sudah
masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his
timbul adekuat dapat dilakukan persalinan
spontan, tetapi bila tidak berhasil maka
dilakukan sectio cesaria.
3. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam
500 cc dektrosa 5% , dimulai dengan 12
tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes
  Penanganan :

4. Bila inersia disertai dengan disproporsi


sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan
Secsio Sesarea
5. Bila semula HIS kuat kemudian terjadi
inersia uteri sekunder, ibu lemah dan partus
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan
18 jam pada multi lakukan secsio sesarea)
2. Tetania Dapat menyebabkan:
Uteri (Hypertonic   partus presipitatus
uterine
 ruptura uteri
contraction)
Adalah HIS yang  Perdarahan
terlampau kuat dan intrakranial
terlalu sering  hipoksia janin
sehingga tidak ada
relaksasi rahim.
3. His yang tidak
terkoordinasi (incoordinate uterine
action), his yang berubah-ubah, tidak ada
koordinasi, kontraksi tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan, dan pengeluaran
janin. Pada bagian atas dapat terjadi
kontraksi tetapi bagian tengah tidak,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya
lingkaran kekejangan yang
mengakibatkan persalinan tidak maju.

Anda mungkin juga menyukai