Anda di halaman 1dari 39

Pembimbing : dr. Hary Purwoko, Sp.OG., K-FER.

dr. Dian Miraza

Oleh : Putra Sang Fajar EL Harry


STATUS PASIEN
Identitas Pasien
 Nama : Ny. K.S.
 Umur : 34 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : beran / rejosari
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Status perkawinan : Menikah
 Tanggal dirawat : 12 Agustus 2015
 Keluhan Utama :
 Pasien rujukan datang ke IGD dengan
G2P1A0 usia kehamilan kurang lebih 7
minggu, dengan keluhan nyeri perut kiri
bawah ± 4 jam SMRS.
 Nyeri perut dirasakan seperti di remas-remas,
& adanya keluar flek putih kecoklatan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

 Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian


bawah sebelah kiri. Nyeri sudah dirasakan ±
sejak 4 jam SMRS. Pasien mengatakan haid
terakhir tanggal 25 juni 2015. Keluhan nyeri
perut disertai dengan keluarnya flek putih
kecoklatan, dan tidak didapatkan adanya
gumpalan darah.
 Pasien mual & muntah ± 2x, demam
disangkal oleh pasien. Tidak terdapat riwayat
trauma sebelumnya, riwayat perdarahan
setelah melakukan hubungan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Penyakit asma, hipertensi dan DM disangkal
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat penyakit asma, hipertensi dan DM
disangkal.
Riwayat Pengobatan :
 Os tidak mengkonsumsi obat-obatan.
Riwayat Perkawinan :
 OS telah menikah 1x, dengan usia pernikahan
terakhir 11 tahun.
Riwayat Haid :
 Menarche = usia 15 tahun
 Siklus menstruasi = teratur dengan siklus 28 hari
 Lama menstruasi = 4 hari
 HPHT : 25 juni 2015
Riwayat Obstetri :
 Aterm / spontan / ♀ / 2700gr / bidan / 10 tahun
 Kehamilan sekarang
Riwayat Kontrasepsi:
 Tidak pernah menggunakan KB
Riwayat Alergi :
 Alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat Trauma :
 Tidak terdapat riwayat trauma atau jatuh
sebelumnya.
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis (E6, M5,V4)
 Tanda Vital :
 TD : 120/70 mmHg - Nadi : 84kali/menit
 Suhu : 36,5°C - RR : 20 kali/menit
 Status Generalis
 Kepala : Normocephal
 Mata : Pupil isokor kanan dan kiri, konjungtiva
anemis -/-, sclera ikterik -/-
 Mulut : Bibir kering, pucat, sianosis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
 Thoraks :
 Jantung : BJ I & II reguler, gallop (-), murmur (-)
 Pulmo : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), rhonchi
(-)
 Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (+) pada
perut bagian bawah kiri
 Ekstremitas :
 - Atas : edema -/-, akral hangat, pucat -/-, sianosis -/-,
CRT < 2 detik
 - Bawah : edema -/-, akral dingin, pucat -/-, sianosis -/-,
CRT < 2 detik
 Pemeriksaan Obstetri
 Pemeriksaan Luar :
 Inspeksi : di dapatkan flek putih kecoklatan
 Palpasi : Perut terasa tegang dan nyeri tekan
pada bagian bawah kiri
 Pemeriksaan dalam :
 nyeri goyang porsio
HB 10,9 g/Dl 12.5 – 15.5
Leukosit 25 ribu 4 – 10
Hematokrit 32.9 % 35 – 47
Tes kehamilan Positif

HB 8.0 g/Dl 12.5 – 15.5


Leukosit 15 ribu 4 – 10
Hematokrit 30.1 % 35 -47
Tes kehamilan Positif
HbsAg Non reaktif
Diagnosa Kerja
 G2P1A0 UK ± 7 minggu dengan suspek KET
dengan anemia, dengan tanda-tanda pre
syok
Rencana Tindakan
 Resusitasi cairan 2 jalur  Infus RL 20 tpm
infus RL kocor
 Pro Laparotomi
Laporan Operasi (12-08-
 2015)
Insisi linea mediana diperdalam lapis demi lapis
 Tampak cullen sign
 Peritoneum dibuka, didapat hemoperitoneum ±1000 cc
 Dilakukan eksplorasi terdapat ruptur pada tuba sinistra
interstialis dengan produk kehamilan
 Dilakukan salpingektomi sinistra
 Kontrol perdarahan negatif
 Cavum abdimen dibilas
 Dilakukan reperitonealisasi sinistra
 Dindidng abdomen dijahit lapis demi lapis
 Kulit dijahit matras
 Operasi selesai
 Pasien dirawat di ICU  WB 2 kolf
TINJAUAN PUSTAKA

 DEFINISI  kehamilan di mana sel telur yang


dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di
tempat yang normal, yakni dalam
endometrium kavum uteri.
 Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah
keadaan di mana timbul gangguan pada
kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus
maupun ruptur yang menyebabkan
penurunan keadaan umum pasien
EPIDEMIOLOGI

 berumur antara 20-40 tahun (60%) sosek


rendah, tinggal di daerah prevalensi GO &
prevalensi TB yang tinggi
 dengan umur rata-rata 30 tahun.
 Pemakaian antibiotik pada penyakit radang
panggul dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu.
 Diantara kehamilan-kehamilan ektopik
terganggu, yang banyak terjadi ialah pada
daerah tuba (90%)
KLASIFIKASI
 Kehamilan tuba, meliputi >95% yang terdiri
atas : pars ampularis (55%), pars ismika (25%),
pars fimbriae (17%) dan pars interstitialis (2%)
 Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi
di serviks uterus, ovarium, atau abdominal.
 Kehamilan intraligamenter
 Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan
ganda di mana satu janin berada di kavum uteri
sedangkan yang lain merupakan kehamilan
ektopik.
 Kehamilan ektopik bilateral.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

 Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya


 Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil
progesterone
 Kerusakan dari saluran tuba
Faktor dalam lumen tuba:
 Endosalpinitis
 Hipoplasia uteri
 Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak
sempurna
Faktor pada dinding tuba
 Endometriosis tuba
 Divertikel tuba kongenital
Faktor di luar dinding tuba
 Perlekatan peritubal dengan ditorsi
 Tumor yang menekan diding tuba.
Faktor lain
 Migrasi luar ovarium
 Fertilisasi in vitro
PATOGENESIS

Faktor mekanik
Riwayat operasi tuba yang dilakukan sebelumnya
mempunyai resiko yang tinggi; setelah terjadi
sekali kehamilan ektopik, kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik selanjutnya adalah
7-15%.
Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologist, penyakit radang panggul yang
terjadi sebelumnya terutama yang disebabkan
oleh Chlamidya trachomatis merupakan faktor
risiko yang paling lazim.
Faktor Fungsional  perubahan motilitas tuba
yang berhubungan dengan faktor hormonal.
Dapat terjadi setelah terdapat perubahan kadar
estrogen dan progesteron serum, kemungkinan
akibat upregulation reseptor adrenergik pada
otot polos, sehingga implantasi zigot terjadi
sebelum zigot mencapai kavum uteri.
Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi
pada akseptor kontrasepsi oral yang
mengandung hanya progestagen saja
Reproduksi dengan Bantuan
Peningkatan kehamilan ektopik pada
reproduksi dengan bantuan kemungkinan
berkaitan dengan faktor tuba yang
menyebabkan infertilitas. Kehamilan tuba
meningkat setelah transfer gamet
intrafallopii (GIFT) dan fertilisasi in vitro (IVF) .
Kegagalan Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini
dianggap sebagai penyebab kehamilan
ektopik. Namun ternyata hanya AKDR yang
mengandung progesteron yang
meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.
GAMBARAN KLINIS

 Trias klinis klasik dari kehamilan ektopik


adalah nyeri, amenorea dan perdarahan
pervaginam (50%)

 Sekitar 40-50% pasien dengan kehamilan


ektopik menunjukkan gejala perdarahan
pervaginam, 50% pasien dapat teraba massa
adnexa, dan 75% menunjukkan gejala nyeri
tekan abdominal.
DIAGNOSIS

Anamnesis dan Gejala Klinis


 Haid biasanya terlambat untuk beberapa
waktu dan kadang-kadang terdapat gejala
subjektif kehamilan muda.
 Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus, dapat dinyatakan.
 Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri
perut bagian bawah
Pemeriksaan Fisik
 Nyeri tekan abdomen
 Perubahan uterus karena hormon-hormon
plasenta.
 Masa pelvis dapat teraba.
 Tanda vital pada ruptur tuba dengan
perdarahan banyak tekanan darah dapat
menurun dan nadi meningkat; perdarahan
lebih banyak lagi menimbulkan syok.
 Pada pemeriksaan vaginal – usaha
menggerakkan serviks uteri menimbulkan
rasa nyeri, yang disebut nyeri goyang (+) atau
slinger pijn.
 Kavum douglas menonjol & nyeri pada
perabaan  terisi darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Laboratorium
 Untuk beberapa jam pertama setelah
perdarahan akut, terjadi penurunan kadar
hemoglobin atau hematokrit.
 Derajat leukositosis sangat bervariasi pada
kehamilan ektopik yang mengalami ruptur.
Pemeriksaan β-hCG serum
 Radioimmunoassay adalah metode yang
paling tepat, dan hampir semua kehamilan
dapat terdeteksi.
Ultrasonografi
 Pada USG dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa di
kanan atau kiri uterus dan apakah kavum
Douglasi berisi cairan.
Dilatasi dan Kuretase
 Kuretasi direkomendasikan pada kasus yang
dicurigai abortus inkomplet versus kehamilan
ektopik, bila progesteron serum <5 ng/ml, kadar
β-hCG meningkat abnormal (<2000 mU/ml), dan
kehamilan uterus tidak terlihat dengan
menggunakan sonografi transvaginal.
Kuldosintesis
 Pemeriksaan ini dilakukan dengan menusukkan
jarum dengan lumen yang agak besar di kavum
Douglasi di garis tengah di belakang serviks
uteri, serviks ditarik ke atas dan keluar. Adanya
darah yang diisap berwarna hitam (darah tua)
biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di
kavum Douglas.
Laparotomi
 Tindakan ini lebih disukai jika wanita tersebut
secara hemodinamik tidak stabil, atau bila tidak
mungkin dilakukan laparoskopi. Laparotomi
hendaknya tidak ditunda, saat melakukan
laparoskopi pada seorang wanita yang jelas
mengalami perdarahan abdominal yang
memerlukan terapi definitif segera.
Laparoskopi
 Keuntungan laparoskopi diagnostik antara
lain adalah sebagai diagnosis definitif pada
kebanyakan kasus, sekaligus untuk
mengangkat massa ektopik degan
laparoskopik operatif, dan dapat
menyuntikkan agen kemoterapi ke dalam
massa ektopik secara langsung.
DIAGNOSIS BANDING

 Infeksi Pelvis
 Abortus imminens atau insipiens
 Ruptur korpus luteum
 Torsi kista ovarium
 Appendisitis
TERAPI

 Penanganan kehamilan ektopik yang belum


terganggu dapat dilakukan secara medis
ataupun bedah.
 Injeksi lokal methotrexate (MTX),
 Glukosa hiperosmosis,
Secara bedah;
 Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik
yang kita kenal sebagai salpingostomi dan
salpingotomi.
PEMBEDAHAN RADIKAL

Dimana salpingektomi dilakukan,


Salpingektomi diindikasikan pada keadaan
keadaan berikut ini.
 Kehamilan ektopik mengalami ruptur
(terganggu).
 Pasien tidak menginginkan fertilitas
pascaoperatif.
 Terjadi kegagalan sterilisasi
 Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi
tuba sebelumnya
 Pasien meminta dilakukan sterilisasi
 Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi
 Kehamilan tuba berulang
 Kehamilan heterotopik
 Massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm
 Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi,
sebab salpingostomi dapat menyebabkan
jaringan parut dan penyempitan lumen pars
ismika yang sebenarnya sudah sempit.

Anda mungkin juga menyukai