Anda di halaman 1dari 18

“ TATA GUNA LAHAN PERKOTAAN “

Disusun Oleh Kelompok 2:


 
Hikal Fahrian
Natalia Kristina Simbolon
Wulan Dira Tania
Tata Guna Lahan Perkotaan

1. Pengertian Lahan
Lahan adalah keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala
di bawah permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya
bagi manusia. Pengertian tersebut menunjukan bahwa lahan merupakan
suatu bentang alam sebagai modal utama kegiatan, sebagai tempat di
mana seluruh makhluk hidup berada dan melangsungkan kehidupannya
dengan memanfaatkan lahan itu sendiri. Sedangkan penggunaan lahan
adalah suatu usaha pemanfaatan lahan dari waktu ke waktu untuk
memperoleh hasil. Lahan merupakan kesatuan berbagai sumberdaya
daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang struktural
dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan ditentukan oleh berbagai macam
sumberdaya serta intensitas interaksi yang berlangsung antar sumberdaya.
2. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan
lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan
fungsifungsi tertentu,misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll.
Rencana tata guna lahan merupakankerangka kerja yang menetapkan keputusan-
keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwalpembuatan jalan, saluran air
bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat
pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata guna lahan merupakan salah satu
faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan.
3. Penggunaan Lahan Selaras
Penggunaan Lahan Selaras dengan perkembangan kota dan aktivitas
penduduknya maka lahan di kota terpetak-petak sesuai dengan
peruntukkannya. Jayadinata (1992: 101) mengemukakan bahwa tata guna
tanah perkotaan menunjukan pembagian dalam ruang dan peran kota.
Penggunaan Lahan menurut Sandy (1977:24), dikatakan bahwa penggunaan
lahan perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut;
(a) lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk pekarangan dan lapangan
olah raga;
(b) lahan jasa, meliputi perkantoran pemerintah dan swasta, sekolahan,
puskesmas dan tempat ibadah;
(c) lahan perusahaan, meliputi pasar, toko,kios dan tempat hiburan; dan
(d) lahan industri, meliputi pabrik dan percetakan.
Penggunaan Lahan menurut Sutanto (1977: 42),
penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi;
(A) Lahan Permukiman;
(B) Lahan Perdagangan;
(C) Lahan Pertanian;
(D) Lahan Indsutri;
(E) Lahan Jasa;
(F) Lahan Rekreasi;
(G) Lahan Ibadah Dan
(H) Lahan Lainnya.

Biro Pusat Statistik (BPS) membuat klasifikasi penggunaan lahan


dengan tujuan untuk mengetahui produktivitas lahan
(pertanian) sebagai berikut;
(a) lahan pertanian yang terdiri dari irigasi teknis, irigasi setengah
teknis, irigasi sederhana PU, irigasi no-PU, tadah hujan,
tegal/kebun, kolam/empang, lahan tanaman kayu, hutan; dan
(b) lahan non pertanian, terdiri dari bangunan dan pekarangan,
tanah kering, lain-lain.
Tata guna lahan dan pengembangan lahan dapat meliputi:
(a) Kota, menurut definisi universal, adalah sebuah area urban sebagai puast pemukiman yang
berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan,
kegiatan dan atau status hukum.
(b) Perkotaan, merupakan pusat pemukiman yang secara administratif tidak harus berdiri sendiri
sebagai kota, namun telah menunjukkan kegiatan kota secara umum dan berperan sebagai
wilayah pengembangan
(c) Wilayah, merupakan kesatuan ruang dengan unsur-unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan pengamatan administratif pemerintahan ataupun fungsional
(d) Kawasan, merupakan wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/pengamatan fungsional
tertentu
(e) Perumahan, adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana lingkungan
(f) Permukiman, adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasn lindung ,baik yang berupa
perkotaan maupu pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yangmendukung kehidupan
Catanesse (1988: 281), mengatakan bahwa secara umum ada 4 kategori
alat-alat perencanaan tata guna lahan untuk melaksanakan rencana,
yaitu:
a. Penyediaan Fasilitas Umum
b. Peraturan-peraturan Pembangunan
c. Himbauan, Kepemimpinan, dan Koordinasi
d. Rencana Tata Guna Lahan
Paradigma Penggunaan Lahan

Dalam perencanaan penataan ruang suatu kawasan sangat perlu memperhatikan


perencanaan penggunaan lahannya, karena dalam hakikatnya pada suatu lahan di
dalamnya terjadi interaksi langsung dengan aktivitas manusia (biologis, sosial,
budaya) dengan lingkungannya. Paradigma yang terjadi dalam penggunaan lahan
bergeser dari waktu ke waktu karena adanya beberapa faktor, antara lain:
1. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman
2. Perkembangan kapasitas teknologi
3. Pertumbuhan kesadaran sosial
Begitu pula dalam perencanaan tata guna lahan, paradigma-paradigma yang terjadi
di dalam konteks perencanaan ruang suatu kawasan antara lain:

a.Pemujaan
Suatu penghormatan terhadap fitur-fitur alam (gunung, bukit, hutan, laut) di mana
menganggap hal tersebut sesuatu yang sakral dan dipercaya mempunyai suatu nilai
adat yang dianggap baik dalam kalangan masyarakatnya.
b.Eksploitasi
Tingginya permintaan masyarakat akan kebutuhan lahan yang terus meningkat
sedangkan ketersediaan akan lahan yang terbatas sehingga memaksa akan adanya
perubahan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah yang
ada.
c.Apresiasi
Suatu penghargaan atau penilaian terhadap suatu lahan yang ada dengan cara
mengenali, menilai dan membandingkan suatu lahan tersebut akan nilai guna lahan
tersebut.
d. Konservasi
Upaya untuk mempertahankan, memelihara, memperbaiki atau merehabilitasi, dan
meningkatkan jumlah daya tanah, agar berdayaguna optimum sesuai dengan
pemanfaatan atau fungsinya.
Konservasi meliputi masalah-masalah sebagai berikut:

Benefisiasi, yaitu mempertahankan serta mempertinggi fungsi, manfaat, atau faedah


sumberdaya tertentu.

Preservasi, yaitu pemeliharaan untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas


sumberdaya tertentu sepanjang waktu.

Restorasi, yaitu pemeliharaan dan perbaikan untuk meningkatkan manfaat serta


perkembangan sumber-sumber biotik.

Reklamasi, yaitu mengubah sumber-sumber yang tidak produktif atau tidak berguna
menjadi produktif dan bermanfaat kembali.

Efisiensi, yaitu pemanfaatan atau pengeluaran sesuatu sumber yang tidak berlebihan
tetapi sesuai dengan keperluan atau kebutuhan.
Urgensi Land Use Planning

Mengingat pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup manusia karena adanya


beberapa nilai yang terkandung di dalamnya, maka penting pula dilakukan penataan
atas segala jenis aktivitas di dalamnya. Berbagai macam aktivitas manusia, yang
seringkali bertentangan satu sama lain, dapat mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan dalam penggunaan lahan. Pengembangan sebuah kawasan yang
mulanya merupakan kawasan pertanian menjadi kawasan industri tentu saja akan
membawa dampak yang tidak ringan. Selain dari segi lingkungan, dampak yang
kemudian muncul adalah adanya perubahan jumlah bangkitan di kawasan tersebut,
perubahan sosial masyarakatnya, hingga kesenjangan fungsi antara kawasan industri
baru dengan kawasan permukiman penduduk di sekitarnya.
.
Proses Dasar Land Use Planning

Survey pendahuluan untuk memperoleh data dasar, yang meliputi studi pustaka,
survey primer di lapangan, dan mengkompilasi data dasar menggunakan paduan peta
tematik. Studi pustaka ini dipergunakan untuk mengetahui tujuan, prinsip, dan
standar minimal terkait penggunaan suatu guna lahan. Misalnya guna lahan
perumahan, perdagangan, industri, perkantoran, dsb yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Melakukan penilaian kapabilitas lahan dari hasil survey dan menganalisis kesesuaian
lahan dengan aktivitas. Hal ini dilakukan melalui analisis SKL (satuan kemampuan
lahan) yang melihat kondisi fisik dasar suatu wilayah, persebaran sarana, dan tata
guna lahan eksisting untuk mengetahui pola aktivitas eksisting.
Identifikasi sifat dan pola perkembangan kota. Apakah terpusat atau bisa jadi
meloncar (leap-frog). Selain itu juga mengidentifikasi kawasan yang belum
berkembang dan pusat-pusat aktivitas untuk membaca pola pertumbuhan kota dan
memprediksi perkembangan di masa mendatang. Menyiapkan rencana lokasi dan
tujuan untuk peruntukkan guna lahan.
Gambar (1) Proses Inventarisasi Eksisting Lahan Perkotaan
 

Gambar (2) Analisis Arah Perkembangan Penggunaan Lahan


Proses Dasar Land Use Planning

Perencanaan peruntukan lahan untuk suatu fungsi tertentu dan besarnya volume
kegiatan yang diijinkan di atas suatu lahan. Akan berbeda-beda pada setiap daerah
kota sesuai dengan karakteristik kegiatan dan masalah yang berkaitan. Kenyataan ini
mengarahkan bagaimana seharusnya suatu daerah dikembangkan  dan didefinisikan
secara baik. Peruntukan penggunaan ruang atau lahan suatu tempat secara langsung
disesuaikan dengan masalah-masalah yang terkait, dan bagaimana seharusnya suatu
daerah atau zonadikembangkan.
Shirvani (1985:9) menyimpulkan bahwa tata guna lahan perlu mempertimbangkan
dua hal, yaitu pertimbangan segi umum dan aktifitas pejalan kaki (street level) yang
akan menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi.
Catanesse (1988 : 281), mengatakan bahwa secara umum ada 4 (empat) kategori alat-
alat perencanaan tata guna lahan, untuk melaksanakan rencana, yaitu :

1. Penyediaan Fasilitas Umum


2. Peraturan-Peraturan Pembangunan
3. Himbauan, Kepemimpinan Dan Koordinasi
4. Rencana Tata Guna Lahan
Perubahan Guna Lahan Perkotaan

Koestoer (2001: 5), mendefinisikan bahwa kota adalah merupakan hasil kreasi
manusia. Kondisi fisik kota mencerminkan hasil olahan budaya penghuni kota yang
bersangkutan. Selanjutnya dia mengatakan bahwa peralihan ruang ditandai dengan
berubahnya area persawahan (non builit-up area) menjadi kawasan permukiman,
perdagangan, jasa, pusat pengembangan pendidikan dan fasilitas perkotaan lainnya
(built-up area).
Charles Colby (1933) dalam  (Yunus, 2000: 177), pertama kali mencetuskan ide
tentang kekuatan-kekuatan dinamis yang mempengaruhi pola penggunaan lahan kota.
Dikatakan bahwa, di dalam kota terdapat kekuatan-kekuatan yang dinamis yang
mempengaruhi pola penggunaan lahan kota, oleh karena itu pola penggunaan lahan
kota menjadi dinamis dan mengalami perubahan-perubahan.
Teori Perencanaan Tata Guna Lahan

1. Teori Konsentris
2. Teori Ketinggian Bangunan
3. Teori Sektor
4. Teori Poros
5. Teori Pusat Kegiatan Banyak
6. Teori Ukuran Kota
7. Teori Historis
8. Teori Lokasi Von Thunen
9. Teori Nilai Lahan
Model-model Perencanaan Guna Lahan

1. Model-model Perencanaan Guna Lahan


2. Model Tata Guna Lahan Menurut PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah.
ada beberapa model tata guna lahan menurut pp no. 16 tahun 2004 tentang
penatagunaan tanah , antara lain :
a.Model Zoning
b.Model Terbuka
c.Konsolidasi Lahan

Anda mungkin juga menyukai