Anda di halaman 1dari 13

Back to main menu

TRANSFORMASI SPASIAL, EKONOMI DAN SOSIAL


DI DAERAH PERDESAAN PINGGIRAN KOTA :
Studi Kasus Pada Kawasan Sekitar Kampus UII, Kabupaten Sleman.

Rini Rachmawati

Abstrak
Urbanisasi spasial yang terjadi dengan adanya kampus di pinggiran Kota dapat
dilihat dari gejala perubahan pemanfaatan ruang dari bersifat kedesaan menjadi kekotaan
yang ditunjukkan dengan tumbuhnya kegiatan pelayanan dan jasa di sekitar kampus (Rini
Rachmawati, 1999). Perubahan (transformasi) spasial ini pada akhirnya berpengaruh juga
terhadap perubahan (transformasi) kondisi ekonomi dan sosial penduduk di sekitar lokasi
tersebut. Pada lokasi Kawasan sekitar Kampus UII, Kabupaten Sleman, transformasi
spasial dapat mengindikasikan semakin maju dan berkembangnya desa, semakin
beragamnya aktivitas ekonomi dan bergesernya pola kehidupan sosial yang ada di
kawasan tersebut.
Transformasi spasial, ekonomi dan sosial yang terjadi dapat dipandang dari sisi
positif dan negatif. Sisi positif (menguntungkan) adalah semakin maju dan berkembangnya
kawasan dari berkarakter desa menuju ke fungsi kekotaan, terjadinya peningkatan
penghasilan dan kesejahteraan penduduk, serta terjadinya diversivikasi kegiatan
ekonomi. Sementara sisi negatif (merugikan) terjadi pada kelompok yang tidak memiliki
modal dan berketrampilan rendah sehingga tidak mempunyai kesempatan kerja, di
samping itu kehadiran kelompok pendatang sebagai pemilik modal besar membawa
perubahan pada pemanfaatan ruang (menuju ke pemanfaatan yang berorientasi ekonomi)
dan perubahan kehidupan sosial setempat.
Gejala ini menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya ekspansi fungsi ruang
sekaligus ekspansi kegiatan ekonomi di desa di pinggiran kota oleh adanya tekanan
perkembangan ruang dari daerah perkotaan dan tekanan penduduk bermodal besar
dalam berkegiatan ekonomi. Ekspansi tersebut terkosentrasi pada kawasan inti
pengembangan. Sementara kelompok pemilik modal kecil dan menengah yang berasal
dari penduduk setempat lebih banyak berkegiatan ekonomi diluar kawasan inti
pengembangan. Dimungkinkan pada era kedepan pengaruh tersebut akan cenderung
membawa dampak sosial, diantaranya berupa pengangguran akibat rendahnya
kesempatan kerja dan tidak menyatunya hubungan sosial masyakat sebagai akibat
perbedaan status sosial ekonomi.

1. PENDAHULUAN
Keberadaan kampus UII yang terletak di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman
membawa dampak terbangunnya kegiatan pelayanan dan jasa seperti warung makan,
wartel, forocopy, toko kelontong, Rental komputer, tempat kost dan sebagainya).
Perkembangan kegiatan pelayanan dan jasa terus mengalami perkembangan. Pada tahun
1999 radius perkembangan baru mencapai kurang lebih 2 Km di sekitar areal kampus,
terutama pada sebelah Utara dan Selatan kampus, dengan perkembangan terpusat di
sepanjang Jalan Kaliurang, sebagai jalan utama menuju Kampus UII dari Kota Yogyakarta

Staf Pengajar Jurusan Perencanaan Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi, UGM Yogyakarta

1
menuju ke kota kecil lainnya di Wilayah Kabupaten Sleman (Kota Ngaglik, Ngemplak,
Pakem). Pada tahun 2003 perkembangan telah mencapai kurang lebih radius 6 Km di
sekitar areal Kampus UII, yaitu dari mulai Km 11 sampai dengan Km 16, dalam hal ini
kedudukan Kampus UII berada pada lokasi Km 14. Perkembangan ke arah Selatan lebih
besar karena mobilitas orang berasal dan menuju dari Selatan (arah Kota Yogyakarta)
lebih besar, dan pelaku usaha mempertimbangkan hal itu dalam memilih lokasi usaha,
sementara kegiatan usaha dari Kampus UII ke Utara perkembangannya lebih lambat.
Perkembangan yang sangat pesat ini menjadikan kawasan sekitar kampus berubah
dari kawasan berkarakter perdesaan menuju ke kawasan berkarakter kekotaan. Hal ini
dapat dilihat dari semakin meningkatnya kepadatan bangunan, berubahnya fungsi
bangunan dari kegiatan primer menjadi kegiatan tersier (pelayanan dan jasa). Dengan
demikian dapat dikatakan pada kawasan tersebut mengalami perubahan (transformasi)
spasial. Bagaimana gambaran transformasi spasial yang terjadi pada kawasan sekitar
kampus tersebut? Apakah transformasi spasial ini membawa perubahan juga bagi
terjadinya transformasi ekonomi dan sosial pada penduduk kawasan tersebut? Bagaimana
gambaran transformasi ekonomi dan sosial yang terjadi pada kawasan tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan diuraikan dan dianalisis dalam tulisan ini.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan. Tahapan pertama adalah tentang
transformasi spasial yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya urbanisasi spasial dengan
kampus sebagai pemicunya. Lokasi penelitian adalah kawasan sekitar Kampus UII,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Data untuk menggambarkan transformasi spasial
ini diperoleh melalui observasi, kajian data sekunder dan interview secara terstruktur
terhadap responden terpilih, yaitu pelaku usaha (sejumlah 30 responden) dan pengguna
layanan/mahasiswa (sejumlah 30 responden). Penelitian tahap pertama dilakukan pada
tahun 1999. Tahapan penelitian yang kedua dilakukan pada tahun 2003, sebagai
kelanjutan dari penelitian tahapan sebelumnya, dan lebih difokuskan pada transformasi
ekonomi dan sosial. Pada tahapan kedua metode penelitian dilakukan melalui interview
secara terstruktur terhadap pelaku usaha (sejumlah 30 responden) dan rumah tangga di
sekitar Kampus UII (sejumlah 21 responden). Pada tulisan ini penekanan akan ditujukan
pada transformasi sosial ekonomi penduduk pada lokasi kawasan sekitar kampus UII.
Sementara bahasan tentang transformasi spasial lebih banyak disarikan dari hasil tulisan
sebelumnya (lihat Rini Rachmawati, 1999).

2
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Transformasi Spasial yang Terjadi dengan Adanya Kampus Sebagai Pemicu :
Bentuk dan Faktor Pendorong
Urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses; 1) meningkatnya proporsi
penduduk kota, 2) perubahan sosial ekonomi penduduk pedesaan, dan 3) berubahnya
kehidupan/suasana desa menjadi suasana kehidupan kota serta 4)gerakan
horizontal/keruangan oleh karena adanya penjalaran kota (urban sprawl) yang
mengakibatkan daerah perdesaan berubah sifat menjadi perkotaan (Bintarto (1983:22-23),
Johston (1981:363), Yunus (1997) dalam Rini Rachmawati, 1999). Dengan demikian
dapat dikemukakan juga bahwa pengertian urbanisasi disamping terkait dengan
perubahan atas penduduk (jumlah), perubahan atas kondisi sosial ekonomi, perubahan
atas suasana lingkungan, dan dapat juga terkait dengan perubahan atas pemanfatan
ruang.
Perubahan (Transformasi) spasial dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan
guna lahan, misal dari pertanian (lahan sawah) menjadi penggunaan non pertanian
(permukiman, perdagangan, fasilitas umum dan sebagainya). Perubahan penggunaan
lahan ini dengan aktivitas yang ada di atasnya akan membawa perubahan pemanfaatan
ruang, misal ruang wilayah dari berorientasi pada kegiatan primer (pertanian) untuk
penyediaan pangan menjadi ruang untuk kegiatan tersier yaitu pelayanan dan jasa.
Teori sosiologi perkotaan menyatakan bahwa kota pada awalnya adalah desa,
yakni desa yang telah mengalami perkembangan, meskipun demikian tidak setiap desa
dapat berkembang menjadi kota, diantaranya adalah desa-desa yang berkembang
menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat industri dan pusat pertambangan
(Rahardjo, 1983:10). Pertanyaannya adalah apakah keberadaan kampus sebagai pusat
pendidikan juga dapat menjadi faktor pendorong berkembangnya desa menjadi kota?
Penelitian terdahulu mengenai Urbanisasi spasial yang dipicu oleh Kampus di
Pingiran Kota (Rini Rachmawati, 1999) ditunjukkan dengan timbulnya kegiatan pelayanan
yang berupa kegiatan pelayanan kost sebagai efek dari kehadiran mahasiswa di kawasan
tersebut dan tumbuhnya kegiatan pelayanan selain kost (warung makan, fotocopy, rental,
toko dan lain sebagainya) sebagai efek dari aktivitas mahasiswa. Kondisi sebelum dan
sesudah adanya kampus menunjukkan adanya peningkatan kegiatan pelayanan tersebut
baik jumlah, macam, radius maupun densitas. Proses terjadinya urbanisasi spasial di
sekitar kampus diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan di
sekitar Kampus 70 % timbul setelah adanya kampus. Perkembangan pemanfaatan ruang
secara intensif untuk kegiatan pelayanan ditunjukkan dengan adanya perubahan ukuran

3
tempat usaha dari awal sampai sekarang. Kegiatan pelayanan tersebut lebih dari 75 %
dari kegiatan pelayanan yang ada mengalami perkembangan luasan tempat usaha
(menjadi lebih besar).
Perkembangan pemanfaatan ruang tersebut meningkatkan luasan areal terbangun.
Keberadaan kampus ternyata juga merangsang untuk timbulnya fasilitas lain (fasilitas
umum) dalam hal ini ditunjukkan oleh adanya pasar dan pertokoan baru di lingkungan
sekitar kampus dan pemindahan Kantor BRI ke lokasi dekat kampus.

Hasil penelitian tahun 1999 menunjukkan bahwa pada lokasi sekitar Kampus UII
terdapat jumlah kegiatan pelayanan kost sebanyak 141, Jumlah kegiatan pelayanan selain
kost 80, dengan jenis kegiatan pelayanan 21 macam, radius persebaran kegiatan
pelayanan > 2 Km, Peningkatan areal terbangun 27,03 ha, peningkatan keberadaan
fasilitas umum pasar (1 unit)). Telah disebutkan juga diatas bahwa pada tahun 2003
perkembangan telah mencapai kurang lebih radius 6 Km di sekitar areal Kampus UII.
Lebih lanjut dari hasil penelitian tahun 1999 disimpulkan bahwa beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat urbanisasi spasial yang mengakibatkan terjadinya
transformasi spasial di sekitar kampus adalah karakteristik kampus dan karakteristik
mahasiswa, Percepatan urbanisasi spasial di Kampus UII diduga karena pengaruh
karakteristik kampus. Kampus UII merupakan kampus favorit dan banyak diminati. Oleh
karena permintaan (demand) tinggi, kapasitas daya tampung lebih besar, dengan
demikian jumlah mahasiswanyapun menjadi tambah banyak. Hal ini merupakan peluang
pasar yang baik untuk pengembangan kegiatan pelayanan pada masyarakat. Sebagian
besar (>75 %) dari mahasiswa yang diteliti (30 orang) mereka berasal dari luar Kota
Yogyakarta. Diperkirakan bahwa semakin besar mahasiswa yang berasal dari Kota
Yogyakarta maka akan semakin kecil jumlah mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus.
Karakteristik mahasiswa di Kampus UII dilihat dari tingkat perekonomiannya yang
dicerminkan oleh tingkat pendapatan orang tua, besarnya uang saku dan besarnya uang
yang dibelanjakan, dipandang paling tinggi dibanding dengan kampus lainnya (ISI dan
UNWAMA), kondisi demikian sangat mendukung bagi timbulnya kegiatan pelayanan dan
terjadinya urbanisasi spasial

Karakteristik perekonomian mahasiswa dicerminkan juga oleh pola pemanfaatan


kegiatan pelayanan, di sekitar kampus atau di Kota Yogyakarta dan ini terkait juga dengan
faktor alat transportasi yang digunakan dan aksesibilitas ke Kota Yogyakarta. Faktor lain
yang menjadikan kawasan kampus UII menjadi pesat perkembangannya adalah lokasii

4
Kampus terletak di tepi jalan menuju ke kawasan wisata sejauh 10 km, kedua arah
perkembangan kota Yogyakarta ada kecenderungan menuju ke Utara.

3.2. Transformasi Ekonomi dan Sosial Pada Kawasan Kasus


Kawasan perdesaaan yang mengalami perubahan fungsi ruang dilihat dari adanya
perubahan pemanfaatan ruang maupun kegiatan dalam ruang cenderung diikuti dengan
terjadinya transformasi kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah sekitarnya. Namun
demikian transformasi sosial ekonomi terjadi dalam berbagai skala, ada yang sangat
lemah namun demikian juga ada yang sangat besar pengaruhnya.
Keberadaan kampus UII mendorong timbulnya usaha pelayanan dan jasa. Pemilik
usaha kegiatan pelayanan dan jasa tersebut adalah penduduk sekitar dan pendatang dari
luar desa. Usaha yang dikembangkan oleh penduduk sekitar kebanyakan adalah usaha
dengan modal yang kecil sedangkan usaha yang dimiliki oleh orang luar adalah usaha
dengan modal besar.
Hasil interview dengan penduduk pelaku usaha menunjukkan bahwa
pengembangan usaha ini dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan sebagai sumber
pendapatan/mata pencaharian baru, menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, dan pengembangan bisnis. Usaha yang dijalankan terkait dengan adanya kampus
UII, karena prospek ke depan bagus dan banyaknya mahasiswa yang dilayani. Alasan
penduduk mendirikan usaha adalah terutama untuk meningkatkan penghasilan dan
menangkap peluang usaha/bisnis. Penduduk yang mempunyai lahan kosong membangun
tempat kost karena adanya permintaan dari konsumen (mahasiswa) yang disebabkan oleh
dekatnya lokasi dengan Kampus UII. Keberadaan tempat kost ini oleh penduduk lain
ditangkap sebagai peluang untuk mendirikan usaha warung.
Pendapat mengenai adanya kampus UII berkaitan dengan perubahan pada
kawasan sekitarnya; kebanyakan warga merasa senang dengan dibangunnya Kampus UII,
keberadaan Kampus UII membawa banyak perubahan pada kawasan ini. Pembangunan
rumah-rumah baru, jalan sarana umum lainnya meningkat setelah dibangun Kampus UII.
Keberadaan Kampus UII menghadirkan mahasiswa beserta aktivitasnya, sehingga banyak
dibutuhkan tempat kost dan pelayanan ikutan lainnya. Peluang ini ditangkap oleh
penduduk sekitar dan masyarakat pendatang untuk mendirikan usaha tempat kost dan
pelayanan lain seperti warung makan, rental komputer fotocopy dan lain sebagainya.
Keuntungan yang didapat warga yang bertempat tinggal di dekat jalan dan pada
lokasi yang mudah dijangkau, mereka dapat membuka usaha kost dan warung makan.
Dari usaha ini pendapatan menjadi meningkat dan kehidupan menjadi lebih mapan.

5
Banyak rumah yang dibangun menjadi lebih baik dengan hasil membuka usaha (kost),
harga tanah menjadi meningkat, sarana dan prasarana menajadi meningkat. Banyak
penduduk yang mata pencahariannyanya berubah, bila dulu hanya menjadi petani dengan
penghasilan kecil sekarang telah mempunyai rumah untuk disewakan. Selain diversivikasi
usaha, timbul juga kepemilikan usaha rangkap, yalitu pemilik kost sekaligus warung
makan dan wartel dan lainnya.
Ada keterkaitan antara tingkat pendapatan penduduk dengan perubahan tempat
tinggal menjadi usaha, dimana sebelum ada Kampus UII masyarakat hanya
mengandalkan lahan sawah sebagai tempat mencari makan tetapi dengan adanya
Kampus UII mereka dapat mendirikan usaha baru. Perubahan pendapatan penduduk dari
hasil tempat kos dan usaha lainnya (warung) lebih besar dibanding dari pekerjaan
pengelolaan sawah, sawah di lokasi tersebut merupakan sawah tadah hujan dan hanya
ditanami 1 kali padi dalam 1 tahun. Hal ini dapat diperjelas dengan hasil survei sebagai
berikut :
Sebagai contoh usaha yang dilakukan oleh bapak Budi KR beliau mempunyai
usaha kos 30 kamar dengan harga per kamar Rp. 1.500.000 per tahun dengan total
penghasilan 45.000.000 per tahun . Bapak Bingar beliau hanya memiliki rumah
dengan 4 kamar dimana 2 kamar disewakan dan 2 kamar dipakai dengan harga
sewa pertahun 2 juta berarti ada tambahan penghasilan 4 juta ditambah dengan
hasil sawah yang masih dikelolanya. Sebagai gambaran pada Dusun Lodadi Desa
Umbulmartani jumlah tempat kos 1.326 buah yang dimiliki oleh 150 KK dengan
variasi harga 1.500.000 s/d 2.000.000 per kamar. Dari jumlah kepemilikan usaha
kost tersebut sebagian besar (65%) dimiliki oleh orang di luar Desa Umbul Martani
(Sumber : Ketua RT Bp. Budi KR, Hasil Survei Mahasiswa D3APKD Juta UGM, 2002).

Usaha-usaha kegiatan pelayanan dan jasa yang dikembangkan/didirikan di sekitar


kampus tersebut ada yang memberikan peluang kerja bagi penduduk sekitar dan ada
yang tidak. Yang memberikan peluang kebanyakan adalah usaha yang tidak terlalu
banyak membutuhkan ketrampilan dan penguasaan tehnologi. Sedangkan yang tidak
memberikan peluang kerja karena dikelola sendiri oleh pemilik usaha (dengan catatan
usaha ini tidak terlalu besar karena tidak membutuhkan pegawai/karyawan) dan
kebanyakan pelaku usaha adalah perantau dari daerah lain, jadi memungkinkan juga
bahwa tenaga kerja yang dilibatkan adalah dari perantauan juga. Hal ini ditegaskan juga
oleh hasil penelitian Bambang Eko (2001) yang menunjukkan bahwa seiring dengan
perkembangan Kampus UGM maka semakin banyak mahasiswa, hal ini membuat usaha
pelayanan kebutuhan mahasiswa semakin berkembang pula. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa keterbatasan sumberdaya banyak penduduk asli menjadikan penduduk asli hanya
berpeluang pada jenis pekerjaan seperti menjadi buruh cuci pakaian, penjaga kost,
penjaga malam, dan buruh bangunan.

6
Secara umum pendapat penduduk dengan adanya kampus UII di daerah mereka
tinggal berkaitan dengan adanya perubahan kawasan sekitar terangkum sebagai berikut :
Keberadaan kampus membawa perubahan yang membawa kemajuan, terutama
daerah sekitarnya bisa lebih maju. Perubahan di desa sangat mencolok dan
berkembang pesat, lingkungan menjadi tambah ramai dan kesejahteraan
masyarakat semakin meningkat. Dari segi ekonomi menambah penghasilan.
Banyak rumah yang berfungsi ganda yaitu menjadi tempat tinggal sekaligus
diusahakan menjadi rumah kost atau kegiatan usaha lainnya (warung makan,
internet, fotocopy, swalayan). Warga sekitar menjadi terangkat pendapatannya, bila
pada masa lalu hanya sebagai petani biasa sekarang bisa melakukan usaha
sambilan seperti mendirikan tempat kost. Ada pula yang dulu hanya sebagai buruh
sekarang mendirikan usaha warung-warung. Perubahan positif menambah
pendapatan masyarakat sekitar kampus, perubahan negatif terlalu ramai dan
kontrol terhadap masyarakat menjadi kurang. Di beberapa tempat terjadi
perubahan dari areal persawahan menjadi toko dan tempat usaha. Perkembangan
mempengaruhi pembangunan di sekitarnya. (Hasil Interview, 2003)

Perubahan sosial (dalam tulisan ini disebut Transformasi Sosial) menurut


Abdulsyani (1994) adalah perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam
masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaaan yang lainnya. Contoh dari perubahan
sosial adalah adanya pertumbuhan penduduk di pedesaan yang menyebabkan involusi
pertanian dan kemiskinan, tekanan jumlah penduduk semakin besar terhadap tanah
pertanian yang cenderung menyempit membuat jumlah petani sempit bertambah (Jabal
Tarik Ibrahim, 2002). Dampak kelanjutan dari hal ini adalah pada tingginya tingkat
pengangguran, meningkatnya kriminalitas, dan meningkatnya migrasi ke tempat lain.
Pada kasus perubahan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri akan
membawa pengaruh pada perubahan sosial, seperti pola hubungan kerja tradisional
menjadi modern rasional dan hubungan yang semula adalah kekeluargaan menjadi
utilitarian komersial dimana pola silahturahmi, frekuensi tatap muka dan latar belakang
tatap muka mengalami perubahan (Jabal Tarik Ibrahim, 2002).
Hasil interview terhadap penduduk, tanggapan mereka terhadap pendatang adalah
baik meskipun juga ada yang mengatakan tidak baik. Dikatakan baik karena pendatang
mudah dimintai sumbangan untuk pembangunan seperti perbaikan jalan, jembatan dan
sebagainya. Penduduk sekitar tidak mersa dirugikan dengan usaha mereka karena kelas
usahanya adalah besar (rumah mewah) dengan ongkos sewa mahal, sementara
penduduk setempat dapat menyewakan tempat kost dengan harga yang lebih murah dan
mereka mempunyai konsumen/pasar tersendiri. Tanggapan negatif terhadap pendatang
adalah adanya pandangan bahwa pendatang hanya menanamkan modalnya saja tetapi
tidak pernah bersosialisasi. Pendatang kebanyakan adalah dari kelompok ekonomi

7
menengah ke atas. Berikut ini adalah hasil interview yang menceritakan tentang
tanggapan penduduk asli terhadap pendatang :
Pendatang pada umumnya dari Jakarta, Semarang, Pekalongan bahkan ada yang dari
Taiwan, mereka kesini mendirikan rumah baru dan disewakan, mereka kesini sebulan
sekali dan jarang berkomunikasi . Mereka tidak memasyarakat, pulang hanya sebulan
sekali kadang malah jarang pulang (jarang menengok tampat tinggalnya). Pendatang
banyak yang mendirikan rumah bagus (mewah) dan ikut menyumbang dalam
pembangunan. Umumnya pendatang datang kesini untuk menanamkan modal dan
berwirausaha mendirikan kost, mereka dari golongan orang kaya. Sosialisasi
pendatang terhadap penduduk setempat kurang. Mereka pendatang kaya-kaya datang
mendirikan rumah kost dan dikontrakkan dengan mengambil penjaga dari desa
setempat. (Hasil Interview, 2003)

Menurut Rahardjo (1983:28) kelompok dengan lingkungan ekonomis sama pada


gilirannya menciptakan pola tingkah laku tertentu yang berbeda polanya dengan daerah-
daerah yang dihuni oleh kelompok ekonomi lainnya. N. Daldjoeni (1997:50-51)
mengatakan bahwa hubungan antar penduduk kota menunjukkan bahwa pengenalan
terhadap orang lain serba terbatas, orang kota tidak memperdulikan perilaku pribadi
sesamanya, ikatan persoal tidak dipandang penting, meski ada kontrol sosial tetapi
sifatnya non pribadi, asal tidak merugikan maka tindakan masih dapat ditolerir, meskipun
secara fisik berdekatan tetapi secara sosial berjauhan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
kontak sosial di pedesan lebih intim (akrab), personal dan total, sebaliknya di kota kontak
sosialnya impersonal, segmental dan utilitar (berdasarkan manfaat). Hal inilah yang
dimungkinkan pada masa yang akan datang terjadi pada kawasan penelitian. Perubahan
kepemilikan lahan dan bangunan dari penduduk setempat (asli) ke pendatang akan
merubah suasana, budaya dan perilaku masyarakat.
Perkembangan desa menjadi kota akan membawa perkembangan masyarakat
yang tinggal didalamnya. Dari sisi positifnya perkembangan tersebut akan membawa
peningkatan kesejahteraan penduduknya, sementara dari sisi negatifnya pelbagai
persoalan akan muncul oleh karena perubahan lingkungan sosial ekonomi, seperti
masalah kesalahan adaptasi, kenakalan remaja, kriminalitas, kemiskinan, kepincangan
sosial, kepadatan, dan lain sebagainya. (Rahardjo, 1983:11).
Pendapat penduduk terhadap banyaknya tempat kost di sekitar tempat tinggal
mereka adalah sebagai berikut :
Kami senang karena dengan banyaknya tempat kos maka banyak mahasiswa yang
menyewa dan penghasilan kami menjadi meningkat. Untuk pemilik warung makan
mereka berpendapat; Kami senang dengan banyaknya rumah kost yang tumbuh
karena lingkungan tambah ramai dan konsumen warung kami semakin banyak.
Namun demikian ada pandangan negatif terhadap anak kost; Mereka (anak kost)
kurang dapat bermasyarakat, terkesan hanya sementara tinggal dan berpindah

8
pindah. Tetapi disisi lain mereka berpendapat; Dengan banyaknya tempat kost
kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat di samping juga desa menjadi ramai.

Pendapat penduduk dengan berdirinya kegiatan usaha di sekitar tempat mereka tinggal ;
Kami senang karena desa kami menjadi maju dan ramai Sementara ada yang
berpendapat bahwa; Desa kami bertambah sumpek (padat) dan persaingan bisnis
menjadi ketat. Pendapat-pendapat lainnya adalah sebagai berikut ; Bagus karena
banyak lapangan pekerjaan baru. , Bagus karena dulu belum ada wartel sekarang
ada dan banyak pelayanan lainnya yang mudah kami jangkau., Penduduk senang
karena dapat lebih mudah mendapat fasilitas pelayanan dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari di tempat yang dekat, dulu kami harus menuju ke kota lain
(Kecamatan Pakem) yang letaknya di sebelah Utara desa.

4. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PERKEMBANGAN KEDEPAN


Transformasi spasial yang terjadi pada Kawasan sekitar Kampus UII dipengaruhi
oleh adanya kampus pada kawasan tersebut. Transformasi spasial terjadi dalam bentuk
tumbuhnya kegiatan pelayanan kost dan kegiatan pelayanan lainnya. Transfomasi spasial
berpengaruh terhadap terjadinya trasformasi ekonomi dan sosial penduduk sekitarnya.
Transformasi spasial, ekonomi dan sosial yang terjadi dapat dipandang dari sisi
positif dan negatif. Sisi positif (menguntungkan) adalah semakin maju dan berkembangnya
kawasan dari berkarakter desa menuju ke fungsi kekotaan, terjadinya peningkatan
penghasilan dan kesejahteraan penduduk, serta terjadinya diversivikasi kegiatan
ekonomi. Sementara sisi negatif (merugikan) terjadi pada kelompok yang tidak memiliki
modal dan berketrampilan rendah sehingga tidak mempunyai kesempatan kerja, di
samping itu kehadiran kelompok pendatang sebagai pemilik modal besar membawa
perubahan pada pemanfaatan ruang (menuju ke pemanfaatan yang berorientasi ekonomi)
dan perubahan kehidupan sosial setempat.
Ada kecenderungan terjadi ekspansi ruang sekaligus ekspansi kegiatan ekonomi di
desa di pinggiran kota oleh adanya tekanan perkembangan ruang dari daerah perkotaan
dan tekanan penduduk pemilik modal besar dalam berkegiatan ekonomi. Ekspansi
tersebut terkosentrasi pada kawasan inti pengembangan. Sementara kelompok pemilik
modal kecil dan menengah yang berasal dari penduduk setempat lebih banyak
berkegiatan ekonomi diluar kawasan inti pengembangan. Dimungkinkan pada era
kedepan pengaruh tersebut akan cenderung membawa dampak sosial, diantaranya
berupa pengangguran akibat rendahnya kesempatan kerja dan tidak menyatunya
hubungan sosial masyakat sebagai akibat perbedaan status sosial ekonomi.
Pada masa yang akan datang perkembangan sekitar Kampus UII ini dimungkinkan
akan berkembang dari embrio kota, menjadi small town menuju ke intermediate town,
sebagaimana yang terjadi dengan kawasan sekitar Kampus UGM, dulu sebagai pinggiran

9
Kota Yogyakarta, saat ini secara fisik telah menjadi kota. Sebagaimana juga dikatakan
oleh Paul van Lindert dan Otto Verkoren (eds) ( 1997), peranan dari small town adalah
sebagai market centres, service centres dan receptions centers for rural migrants. Pada
saat ini kawasan studi juga mengarah pada perannya sebagai pusat pelayanan dan jasa
dan tempat tujuan pendatang untuk mendapat fasilitas pendidikan (dari kelompok
mahasiswa) maupun pusat penampungan kelompok pekerja pendatang dari desa sekitar
maupun dari daerah/kota lainnya.

10
Sumber : Rini Rachmawati, 1999

Gambar 1. Peta Persebaran Kegiatan Pelayanan di Sekitar Kampus UII


(Universitas Islam Indonesia)

11
Sumber : Rini Rachmawati, 1999

Gambar 2. Peta Pola Perkembangan Pembanfaatan Ruang di Sekitar Kampus UII


(Universitas Islam Indonesia)

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1992. Sosiologi Skematis, Teori dan Terapan. Jakarta:Bumi Aksara.
Daldjoeni, N. 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung : Penerbit Alumni.
Paul van Lindert/Otto Verkoren (eds). 1997. Small Towns and Beyond: Rural
Transformation and Small Urban Centres in Latin America. Thela Latin America
Series.
Purnomo, Bambang Eko. 2001. Pengaruh Kampus Universitas Gadjah Mada Terhadap
Perubahan Fisik da Sosial Ekonom Kawasan Pogung. Tesis. Program Studi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada.
Rahardjo, 1983. Perkembangan Kota dan Permasalahannya. Jakarta: PT Bina Aksara.
Rachmawati, Rini. 1999. Peranan Kampus Sebagai Pemicu Kegiatan Pelayanan dan
Urbanisasi Spasial Serta Faktor-faktor yang mempengaruhi. Studi Kasus di
Pinggiran Kota Yogyakarta.Tesis. Program Studi Magister Perencanaan Kota dan
Daerah Universitas Gadjah Mada.
Subroto, T.Yoyok. W., Bakti Setiawan dkk. 1997.Proses Transformasi Spasial dan
Sosiokultural Desa-desa di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe) di
Indonesia:Studi Kasus Yogyakarta. Pusat Studi Lingkungan Universitas Gadjah
Mada.

13

Anda mungkin juga menyukai