Anda di halaman 1dari 4

FILOSOFI BUDAYA LELAYANGAN BALI

PENGERTIAN
• Cetakeng Tawang (Cetaka Ing Tawang), Cetaka bearti lembaran/bentangan
• Layang-layang “layang” berarti daun, lembaran, “anglayang” berarti
mengapung, “panglayang” berarti melayang di udara/terbang, “lelayangan”
berarti rupa/baying-baying, jiwa dan semangat (Zoetmulder, 2004 : 579)
• “Layang” berarti terbang, “Nglayang” berarti terbang/melayang, “layangan”
berarti layang-layang (Kamus Bahasa Bali-Indonesia, 2009 : 400)
• Layang-layang/bayang-bayang pada upacara Bhuta Yadnya kulit ayam atau yang
lain yang dilembarkan.
• Layang-layang adalah sebuah benda berbentuk lembaran yg bisa diterbangkan
sebagai simbol jiwa, semangat, bayang-bayang.
• Layangan identik dengan Wayang tentang bermain bayang-bayang (Hyang/roh
Leluhur) yg dilihat pd sebuah klir/skrindgn rajutan tali.
• Bermain layang-layang mempunyai pola hampir sama dgn bermain Wayang,
pemain bertindak sebagai sutradara atau dalang.
 FILOSOFI DAN BENTUK LAYANG-LAYANG BALI
 Layang-layang merupakan salah satu budaya subak yg menjadi pelengkap dlm pemujaan
Rare Angon
 “Rare” manivestasi Dewa Siwa (Makrokosmos) atau jiwa (Mikrokosmos) “Angon”
pengembala yg selalu mengembara sebagai wujud pikiran.
 “Ngon” berarti terpesona, dan “langon” berarti Indah
 Rare Angon berarti wujud jiwa yg selalu mengawasi pikiran yg mengembara mencari
keindahan.
 Rare Angon di wujudkan oleh petani berupa Petaku/Lelakut, Rare Angon/Purusa/Kama Petak
(sel spermatozoid) dan Rare Cili/Prakerthi/Kama Bang (sel ovarium), Lontar Sundarigama.
 Layang-layang Bali mengacu pd konsep/teologiPurusa-Prakerthi, Lingga-Yoni dan Segara-
Gunung.
 Pecukan/belah ketupat sebagai simbol ovarium, Buntakan/bulat sebagai simbol spermatozoid
(Gapangan di daerah Banyuwangi)
 Kuwir perpaduan Pecukan dgn Buntakan, ditambah ekor yg panjang menjadi Janggan
(“Jangga + an” bagaikan tumbuhan merambat). Tapel Janggan berupa binatang yang ada di
hutan/gunung
 Bebean artinya menyerupai ikan
 PEWARNAAN LAYANG-LAYANG BALI
 Filosofi penggunaaan warna pada layang-layang Bali mengacu pada konsep Dewa
Tri Semaya (Brahma, Iswara dan Wisnu). Brahma/Merah/Selatan, Kama Bang,
Dewa Pencipta simbol ide, imajinasi dan produksi, Dewa Iswara/Putih/Timur,
Kama Petak. Timur terbitnya Matahari sebagai penerangan sebagai simbol
Sastra/pengetahuan dan juga publikasi. Siwa sebagai simbol lingga atau Kama
Petak dlm Tri Murti Hindu Bali adalah Dewa Iswara. Penyatuan anatara Kama
Bang/Merah dengan Kama Petak/Putih akan terjadi Kama Reka berupa kehidupan
yg disimbolkan dgn warna Hitam/DewaWisnu
 Secara logika warana –warna ini akan muncul dan jelas di angkasa krn skrinnya
langit berwarna biru.
 Pengembangan warna selain Tri Datu tersebut adalah warna Kuning sebagai
simbol kesejahtraan.
 CARA PEMBUATAN LAYANG-LAYANG BALI
 Cara pembuatan layang-layang Bali, contoh Bebean, pembagian dari lengan/boh;
boh dibagi 2 menjadi tulang tengah dan ikuh be, tulang tengah dibagi 2 menjadi
bangkiang, bangkiang dibagi 2 menjadi tenggek.
 Pembagian itu kemudian ditambahkan Pangurip (penyesuaian sesuai kebutuhan
yg diinginkan)

Anda mungkin juga menyukai