Anda di halaman 1dari 21

MA’RIFATULLAH DAN

MA’RIFATURRASUL
Badan Mentoring Telkom University
Pengertian
Ma’rifatullah dan
Ma’rifaturrasul
Ajaran pokok dari aqidah Islam adalah Ma’rifatullah dan
Ma’rifaturrasul. Oleh karenanya kedua perkara ini wajib
diketahui pertama kali. Sebab seseorang belum dikatakan
beriman kalau belum mengimani Allah dan Rasul-Nya dengan
benar dan semua amal ibadahnya tidak sah. Kata ma’rifat berasal
asal kata ‘arafa yang dalam keseluruhan al-Qur’an disebutkan
sebanyak 71 kali. Dari 71 kali penyebutan tersebut, kata ma’rifat
dapat diartikan sebagai : mengetahui, mengenal, sangat akrab,
hubungan yang patut, hubungan yang baik, dan pengenalan
berdasarkan pengetahuan mendalam.
Dengan mengenal Allah, Maka jika semua pengertian itu
seseorang akan memiliki dihimpun dalam satu pengertian,
keyakinan hanya Allah yang Maha Ma’rifat menurut subtansi Al-Qur’an,
Pencipta, Maha Penguasa, Maha
memiliki maksud sebagai pengenalan
Pemeliha­ra, Maha Pengatur dan
yang baik serta mendalam yang
sebagainya. Sehingga mengenal
berlandaskan pengetahuan yang
Allah, seak­an-akan ia sedang
berjalan pada sebuah jalan yang menyeluruh, dan rinci sehingga
terang, jelas dan lurus. membuahkan kesadaran spritual dalam
Sebaliknya, tanpa pen­genalan diri manusia untuk senantiasa
terhadap Allah, manusia akan melakukan amal yang baik dan
dilanda kegelisahan dalam setiap Ma’rifat pun sebagai media untuk
langkah yang dilaluinya. mendekatkan hubungan yang baik
kepada Allah.
Orang yang telah menguasai ma'rifatullah (cara mengenal
Allah) memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri itu adalah:
1. Mengenali nama-nama (asma') Allah dengan baik
2. Mengenal sifat-sifat Allah
3. Mengenali perbuatan Allah (af'al) di dalam
kehidupan ini
Dalam penampakannya, orang-orang yang telah
menguasai cara mengenal Allah akan menunjukkan sikap:
1. Benar dalam beribadah
2. Ikhlas segalanya semata-mata hanya karena Allah
SWT
3. Membersihkan diri dari dosa-dosa dan menghindari
perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang Allah
SWT
4. Sabar
5. Suka mengajak orang lain berbuat kebaikan sesuai
ajaran Islam yaitu Al-qur’an dan sunnah
Sedangkan Ma’rifaturrasul yaitu mengetahui Mengenal Rasulullah SAW akan mengantar
bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah; penyampai kita pada men­genal Allah SWT dan Islam. Me­
ajaran dari Allah, beliau jujur (benar) di dalam mahami Rasulullah SAW secara komprehensif
menyampaikan ajarannya baik dalam masalah Iijab adalah cara tepat mengenal Islam yang
(mewajibkan suatu perkara), Tahrim (mengharamkan komprehen­sif juga. Rasulullah SAW dikenal
suatu perkara) dan dalam mengabarkan tentang peristiwa sebagai yang sempurna dan lela­ki pilihan di
yang terjadi pada masa lampau dan yang akan terjadi di antara manusia yang sempurna dan lelaki pilihan
masa mendatang di dunia, di alam barzakh dan alam dian­tara manusia yang sangat layak menjadi ikon
akherat. bagi setiap muslim. Itu berarti kita mengikuti
setiap tingkah laku, perkataan dan sikap­nya.
Mencintai Rasulullah SAW sebagai hasil dari mengenalnya
tidak cukup dengan menyebut namanya setelah shalat,
mengadakan acara barzanji, merayakan maulid, dan bentuk acara
lainnya tanpa mengamalkan sunnah atau tingkah laku yang
dimiliki beliau, seperti shiddiq, tabligh, amanah, dan fathanah. Hal
itu merupakan kerugian bagi setiap muslim.
Penghalang
dalam
Mengenal
Setiap halangan dalam mengenal Allah muncul dari diri
Allah dan manusia sendiri,walaupun hasil godaan dari iblis dan
Rasul pengikutnya. Halangan ini muncul dalam bentuk sifat-
sifat :
• Berawal dari penyakit syahwat seperti; fasiq,
takabur,zhalim dan dusta. Penyakit syahwat ini
terfokus pada pelampiasan hawa nafsu yang tidak
terkendali.
• Berawal dari salah paham atau subhat kepada islam
dan Allah seperti jahil, ragu-ragu dan menyimpang,
kelalaian.
Penghalang mengenal
Allah akan mengakibatkan
dimurkai Allah, khususnya
yang disebabkan oleh penyakit
syahwat, sehingga untuk
mengatasinya perlu dilakukan
mujahadah (bersungguh-
sungguh).
Kesungguhan untuk
menjauhkan diri dari syahwat
merupakan jihad tersendiri,
begitupun jika bertaubat harus
dilakukan dengan bersungguh-
sungguh. Manakala penghalang
marifatullah diakibatkan oleh
penyakit syubhat maka perlu
diatasi dengan keilmuan.
Cara Mengenal Allah dan Diri Sendiri

Mengenal diri sendiri merupakan kunci utama untuk mengetahui cara mengenal Allah SWT. Tanpa memahami
diri kita, kita akan sulit memahami hal lain, termasuk cara mengenal Allah. Hal ini dijelaskan dalam sebuah
hadist, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"Barang siapa yang mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya."
1. Berdoa
Cara mengenal Allah sembari
mengenal diri sendiri adalah dengan
berdoa. Dengan berdoa itu berarti kita
menjalankan cara mengenal Allah
tanpa kita sadari. Sedangkan doa yang
dipanjatkan adalah memohon agar
dikenalkan siapa diri kita menurut-
Nya.
2. Mengenal Diri Zahir
Zahir merupakan diri kita yang berupa fisik. " Sesungguhnya Kami telah
Dengan memahami diri kita secara zahir, hal ini menciptakan manusia dalam
juga secara tidak langsung mengaplikasikan bentuk yang sebaik-baiknya.“
cara mengenal Allah. Sebab, kita menjadi (QS. At-Tin : 4)

bersyukur atas apa yang diberikan-Nya pada


diri kita
3. Mengenal Diri Secara
Batin
Jika sudah mengenal diri zahir, ada baiknya " Maka apabila Aku telah
mengenal diri secara batin. Dengan mengenal menyempurnakan kejadiannya,
dan telah meniup kan kedalamnya
diri sendiri secara batin, kita akan mampu
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah
melakukan cara mengenal Allah dengan Baik. kamu kepadanya dengan
Kita akan lebih banyak bersyukur kepada bersujud.“ (QS. Al-Hijr : 29)
Allah dan semakin dekat dengan-Nya.
4. Yakin akan Keberadaan Allah
Sebagai umat muslim yang taat, sudah
seharusnya kita yakin bahwa Allah SWT itu
memang benar-benar ada. Keyakinan itu juga
bisa berupa kepercayaan tentang akhirat,
surga dan akhirat, malaikat-malaikatnya, dan
juga hal lainnya. Dengan melakukan cara
mengenal Allah ini, kita akan semakin dekat
dengan keberadaan Allah SWT.
Ma’rifatullah
sebagai
Puncak Segala Ilmu

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Masruq ra, ketika ia menemui Abdullah bin Mas’ud, ia berkata
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Manusia! barangsiapa mengetahui sesuatu hendaklah ia
mengatakan apa yang diketahuinya. Barang siapa yang tidak mengetahuinya, maka hendaklah ia
mengatakan Allah-lah yang Maha Mengetahui. Karena termasuk ilmu jika ia mengatakan bahwa Allah
Maha Tahu,”
(HR Bukhari, Shahihul Bukhari, Jilid 3; 4809)
Sejak peristiwa itulah, Musa as merasa malu kepada
Allah. Ia tak layak menyombongkan diri atas apapun
yang ia ketahui. Sebab, segala ilmu yang ia miliki,
sepenuhnya dari Allah yang kapan saja jika Allah
berkehendak, ia akan mengambilnya.

Oleh karenanya, Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sesungguhnya


kemuliaan pengetahuan (ilmu) itu sesuai dengan kemuliaan objek
yang diketahui. Maka, tidak disangsikan bahwa pengetahuan yang
paling mulia dan paling agung ialah pengetahuan tentang Allah Swt;
Tuhan semesta alam, Yang Menciptakan langit dan bumi, Yang
Maha Benar, yang memiliki segala sifat kesempurnaan, Yang suci
dari segala kekurangan, yang tidak ada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya dalam kesempurnaan. Tidak disangsikan bahwa
pengetahuan tentang nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-
perbuatan-Nya adalah ilmu yang paling tinggi nilainya.
Ilmu tentang Allah Swt adalah asas dari segala pengetahuan. Sebagaimana
keberadaan segala sesuatu tergantung pada keberadaan-Nya, Maha Menciptakan,
maka seluruh jenis ilmu tanpa terkecuali mengikuti ilmu tentang-Nya dan teramat
sangat membutuhkan-Nya untuk merealisasikan keberadaan-Nya. Tidak
disangsikan lagi bahwa pengetahun tentang sebab awal dan penyebab utama
berkonsekuensi pada pengetahuan tentang akibat dan efeknya. Keberadaan segala
sesuatu selain Allah bergantung kepada-Nya, sebagaimana keberadaan sebuah
benda yang tergantung pada pembuatnya, dan objek pada subjeknya. maka ilmu
tentang zat, sifat dan perbuatan-perbuatan Allah berimplikasi kepada pengetahuan
tentang selain Allah. Siapa yang tidak mengenal Tuhannya, maka dia lebih tidak
mengenal segala seuatu selain Dia
Allah SWT. Berfirman :

“Dan janganlah kamu seperti


orang-orang yang lupa
kepada Allah SWT, sehingga
Allah menjadikan mereka
lupa akan diri mereka sendiri.
Mereka itulah orang-orang
yang fasik,”
(Qs Al-Hasyr: 19)
Jika kita perhatikan ayat ini dengan seksama, maka kita akan menemukan makna
yang sangat indah, yaitu barangsiapa yang melupakan Tuhannya niscaya Tuhan
pun akan membuat ia lupa kepada dirinya sendiri. Sehingga dia tidak mengenal
hakikat dirinya dan kemaslahatannya sendiri. Bahkan diapun lupa dengan apa saja
yang akan membawanya kepada kebaikan dunia dan akhirat. Dengan demikian, dia
pun akan rusak dan diabaikan seperti binatang. Bahkan, binatang lebih mengetahui
kemaslahatan dirinya karena mengikuti petunjuk (ilham) Sang Pencipta yang
diberikan kepadanya. Sedangkan orang tersebut keluar dari fitrah penciptaanya,
sehingga dia lupa akan Tuhannya terlebih dirinya sendiri.
Maka, dapat kita simpulkan bahwa ma’rifat adalah asal dan puncak
dari segala ilmu. Ia adalah asas ilmu hamba tentang kebahagiaan,
kesempurnaan dan kemaslahatan dunia akhirat. Tidak adanya
pengetahuan tentang Allah mengakibatkan ketidaktahuan tentang
dirinya sendiri dan kemaslahatannya serta apa yang membersihkan
dan mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya di dunia dan di akhirat
kelak. Oleh karennya, pengetahuan tentang Allah adalah pangkal
kebahagiaan seorang hamba sedangkan ketidaktahuan tentang Allah
merupakan pangkal penderitaan.
Daftar pustaka
• Jurnal Perspektif Vol. 3 No. 1 Mei 2019 “KONSEP PENGENALAN
ALLAH (MA’RIFATULLAH) IMPLIKASINYA TERHADAP
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”
• Buku panduan mentor 2018
• https://www.diadona.id/family/cara-mengenal-allah-atau-ma-rifatullah-
dan-diri-sendiri-lebih-dekat-dalam-islam-200122g.html
• https://saif01.wordpress.com/2009/07/12/ma%E2%80%99rifatullah-dan-
ma%E2%80%99rifaturrasul-mengenal-allah-dan-rasul-nya/
• https://unsplash.com/s/photos/mosque
• https://www.republika.co.id/berita/o25dti313/marifatullah-puncak-segala-i
lmu
• https://www.youtube.com/watch?v=Ox-wTQUBjYg

Anda mungkin juga menyukai