Anda di halaman 1dari 21

NYERI

REFERRED PAIN
(Nyeri Alih)
NYERI
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
Etiologi
● Trauma: mekanik (akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
karena benturan, gesekan, luka, dan lain-lain), thermis (akibat ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas atau dingin), khemis (kontak dengan asam atau
basa kuat), elektrik (pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar)
● Neoplasma
● Peradangan (Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
● Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
● Trauma psikologis
KLASIFIKASI NYERI
1. Berdasarkan Waktu dan Durasi
a. Nyeri akut: nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan, dan
bersifat mendadak
b. Nyeri kronik: nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan, hilang
timbul atau terus menerus
2. Berdasarkan Etiologi
a. Nyeri nosiseptif: rangsang
timbul oleh mediator nyeri,
seperti pada pasca trauma
operasi dan luka bakar
b. Nyeri neuropatik: rangsang
oleh kerusakan saraf dan
disfungsi saraf seperti pada
diabetes mellitus, herpes
zoster
3. Berdasarkan Intensitas Nyeri
a. Skala Visual:
Analogue Scale (skor 0 - 10)
b. Skala Wajah:
Wong Baker → skala 0 - 5
0: tanpa nyeri
1: nyeri ringan
2: sedikit lebih nyeri
3: lebih nyeri lagi
4: nyeri sekali
5: nyeri hebat
4. Berdasarkan Lokasi
a. Nyeri superfisial: nyeri pada kulit dan subkutan, bersifat
tajam, terlokalisir
b. Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot dan tendon,
nyeri tumpul, kurang terlokalisir
c. Nyeri visceral: nyeri berasal dari organ internal atau organ
pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal
d. Nyeri proyeksi: kerusakan saraf menyebabkan nyeri yang
dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang diinervasi oleh
saraf yang rusak tersebut sesuai dermatom tubuh
NYERI ALIH (Referred Pain)
● Nyeri yang dapat terasa di bagian
tubuh yang terpisah dari sumber nyeri
dan dapat terasa dengan berbagai
karakteristik.
● Contoh: nyeri pada infark miokard yang
menyebabkan nyeri alih ke rahang dan
lengan kiri serta baru empedu yang
menyebabkan nyeri alih ke selangkangan
● Nyeri alih merupakan fenomena umum
dalam nyeri viseral karna banyak
organ tidak memiliki reseptor nyeri
PROSES NYERI ALIH
Saat ini penjelasan yang paling luas diterima tentang nyeri alih adalah
teori konvergensi-proyeksi. Menurut teori ini, dua tipe aferen yang
masuk ke segmen spinal (satu dari kulit dan satu dari otot dalam atau
visera) berkonvergensi ke sel-sel proyeksi sensorik yang sama
(misalnya sel proyeksi spinotalamikus). Karena tidak ada cara untuk
mengenai sumber asupan sebenarnya, otak secara salah
memproyeksikan sensasi nyeri ke daerah somatik (dermatom)
PENATALAKSANAAN
● Manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat memberikan dampak negatif terhadap
keseluruhan aspek kehidupan seorang pasien
● Strategi Terapi
❖ Terapi non-farmakologi
- Intervensi psikologis: relaksasi, hipnosis, dll.
- Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) untuk nyeri bedah,
traumatik dan oral-facial
❖ Terapi farmakologi
- Analgesik: golongan obat-obatan analgesik terdiri dari golongan analgesik non-
opioid (AINS, Aspirin), analgesik opioid, dan adjuvant
PENATALAKSANAAN
Prinsip Penatalaksanaan Nyeri
● Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang
paling ringan sampai ke yang paling kuat
- Tahap I → analgesik non-opiat (AINS)
- Tahap II → analgesik AINS + adjuvant (antidepresan)
- Tahap III → analgesik opiat lemah + AINS + adjuvant
- Tahap IV → analgesik opiat kuat + AINS + adjuvant
● Contoh adjuvant: antidepresan, antikonvulsan, agonis α2,
dan lain-lain
NYERI NEUROPATIK
DEFINISI
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang
disebabkan oleh lesi atau penyakit pada
sistem somatosensorik.
- Sentuhan
- Tekanan
- Nyeri
- Suhu
- Posisi
- Gerakan
- Getaran
MEKANISME NYERI NEUROPATI
1. SENSITISASI PERIFER

Dalam keadaan normal, trauma pada jaringan


akan mengaktifkan nosiseptor, yang kemudian
akan mengirimkan impuls ke medula spinalis.
Aktifasi nosiseptor tersebut akan berkurang dan
akhirnya hilang.

Pada keadaan patologis, timbul mediator-mediator


inflamasi seperti substansi P, bradikinin, serotonin
dan histamin. Mediator ini meningkatkan
sensitifitas nosiseptor sehingga terjadi rangsangan
nyeri yang akan diteruskan ke sistem saraf sentral
2. AKTIVITAS EKTOPIK

Setelah trauma pada saraf dapat terjadi akumulasi canal natrium dalam
jumlah besar disepanjang serabut saraf tersebut. Canal ini akan menjadi fous
lepas muatan ektopik, yang akubatnya timbul impuls meskipun tidak ada
stimulus

3. SENSITISASI SENTRAL

Rangsangan nyeri normalnya dihantarkan oleh serat C dan A delta. Setelah


trauma pada saraf, seart A-beta yang normalnya hanya menghatarkan impuls
sentuhan, juga akan menghantarkan nyeri dengan nilai ambang yang rendah,
sehingga stimulus yang normalnya tidak nyeri akan terasa nyeri
4. REORGANISASI SENTRAL (SERAT A-DELTA)

Selah trauma tertentu, ujung serat C mengalami atrofi dan terjadi


penyebaran ujung-ujung serat A-beta ke kornu dorsalis yang biasanya hanya
menerima ujung serat C dan A-delta. Akibatnya sentuhan ringan pun
dianggap nyeri. Ini menyebabkan alodinia

5. HILANGNYA KONTROL INHIBISI

Hilangnya kontrol inhibisi pada neuron di kornu dorsalis sehingga impuls saraf
akan diteruskan ke otak secara tidak terkontrol dan berlebihan.

Inhibisi pada tingkat medula spinalia yaitu GABA dan Glisin,

Inhibisi pada otak yaitu Opioid endogen, serotonin, dan noradrenalin.


GAMBARAN KLINIS

- Nyeri tanpa adanya proses kerusakan jaringan yang sedang


berlangsung
- Kualitas nyeri sulit untuk dijelaskan seperti terbakar atau tersentrum
yang bersifat paroksismal dan singkat
- Onsetnya kronis progresif
- Nyeri dirasakan dengan/tanpa stimulus (allodinia)
PENETALAKSANAAN
Prinsip Penatalaksanaan Nyeri
● Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang
paling ringan sampai ke yang paling kuat
- Tahap I → analgesik non-opiat (AINS)
- Tahap II → analgesik AINS + adjuvant (antidepresan)
- Tahap III → analgesik opiat lemah + AINS + adjuvant
- Tahap IV → analgesik opiat kuat + AINS + adjuvant
● Contoh adjuvant: antidepresan, antikonvulsan, agonis α2,
dan lain-lain
THANKS

Anda mungkin juga menyukai