Anda di halaman 1dari 34

KIMIA ANORGANIK 2

(PEKI4309)

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh: Dr. Amaria, M.Si.


Deskripsi Mata Kuliah

Melalui mata kuliah Kimia Anorganik 2 (PEKI4309) mahasiswa diharapkan


memiliki kemampuan untuk menjelaskan struktur padatan logam, padatan ionik,
prinsip-prinsip energetika padatan anorganik secara teoritik dan eksperimen,
prinsip-prinsip reaksi dalam sistem redoks, ekstraksi logam. Kemampuan ini
akan membekali mahasiswa dalam mengkaji karakteristik fisika, kimia unsur-
unsur golongan utama, transisi dan senyawanya, cara pembuatannya serta
manfaatnya.
Skenario Pembelajaran

• Ada 8 kali tatap muka


• Ada tugas tutorial pada pertemuan ke 3, 5, dan 7
• Latihan soal formatif di setiap akhir modul
• Ujian sumatif dilakukan setelah tatap muka berakhir
• Mahasiswa hendaknya aktif belajar mandiri
MODUL

1
KIMIA ANORGANIK 2
(PEKI4309)

STRUKTUR PADATAN
ANORGANIK
Kegiatan Belajar

1. Padatan Logam
2. Padatan Ionik
3. Ketidakmurnian dan ketidaksempurnaan kristal
Capaian Pembelajaran

Capaian Pembelajaran Umum


Mahasiswa mampu menjelaskan struktur padatan logam, ionik, dan beberapa aspek yang berkaitan.

Capaian Pembelajaran Khusus


Mahasiswa mampu:
• Menjelaskan karakteristik umum padatan logam
• Menerapkan teori dan model ikatan logam untuk menjelaskan sifat-sifat tertentu logam.
• Menjelaskan sifat tertentu logam berkaitan dengan penataan atom-atom logam dalam kisi kristal
• Menjelaskan karakteristik umum padatan ionik
• Menjelaskan perbedaan karakteristik padatan ionik dengan padatan logam
• Menjelaskan pembentukan ion.
• Menjelaskan beragam sistem kristal padatan ionik dan perbedaannya.
• Menghitung rasio jejari dan kaitannya dengan struktur padatan ionik
• Menjelaskan beragam paduan logam dan sifat-sfatnya.
• Menjelaskan beragam ketidak-sempurnaan kristal dan penyebanya.
• Menjelaskan beragam bahan non kristalin dan sifatnya.
Kegiatan Belajar 1: Padatan Logam

Berikut ini merupakan


proses menempa besi. Besi
yang ditempa dapat
berubah bentuk namun
tidak hancur

Sumber gambar: http://koranjuri.com/menyulap-besi-bekas-roda-pedati-menjadi-keris/


Sifat umum logam
• mempunyai konduktivitas listrik yang tinggi.
• penghantar panas yang baik.
• harga titik leleh dan titik didih yang tinggi.
• kilau yang khas pada permukaannya.
• kerapatan yang tinggi dan merupakan bahan yang cukup keras.
• dapat ditempa.
• tahan terhadap tekanan tinggi dan mempunyai elastisitas tinggi.
• Logam tidak dapat ditembus cahaya.
• mengkristal dalam sistem tertentu yang mempunyai bilangan koordinasi tinggi (8, 12, atau 14).
• membentuk larutan padat yang disebut alloy dengan sifat-sifat logam.
• berkecenderungan membentuk senyawa non stoikiometrik dengan sifat-sifat logam.
• umumnya merupakan unsur elektropositif.
• Kereaktifan logam meningkat sejalan dengan makin kecilnya ukuran partikel.
Susunan atom dalam kisi kristal logam

Berdasarkan pola difraksi sinar-X atom logam dapat tersusun dengan struktur:

Kubus sederhana (SC)

Kubus pusat muka (FCC)

Kubus pusat badan (BCC)

Heksagonalterjejal (HCP)

Kubus terjejal (CCP)


Kubus Sederhana (SC)
Kubus sederhana (simple cubic / SC) dibentuk dengan menyusun bola-bola membentuk bidang segi
empat datar. Setiap bola dalam struktur ini bersinggungan dengan empat bola lain yang identik dalam
bidang datar yang sama.

(a) (b) (c)

Struktur kubus sederhana


Kubus Berpusat Muka (FCC)
Struktur kristal kubus berpusat muka (face centered cubic / FCC) dimana terdapat atom disetiap sudut
kubus ditambah masing-masing satu buah atom di setiap permukaan/sisi kubus. Sifat ini banyak
dijumpai pada logam seperti tembaga, aluminium, perak dan emas.

Struktur kubus berpusat muka: (a) sel satuan dengan bola-bola


rapat, (b) sel satuan dengan bola-bola yang tereduksi, dan (c) agregat banyak atom
Kubus Berpusat Badan (BCC)
Struktur kristal kubus berpusat badan (body centered cubic / FCC) dimana terdapat atom disetiap sudut
kubus ditambah satu buah atom di dalam kubus.

Struktur kubus berpusat badan: (a) sel satuan dengan bola-bola


rapat, (b) sel satuan dengan bola-bola yang tereduksi, dan (c) agregat banyak atom
Heksagonal terjejal (HCP)

Struktur kristal heksagonal terjejal (hexagonal closed


packed/ HCP) terdiri dari satu bola bersinggungan dengan
enam bola lain yang diorientasikan ke arah sudut
heksagonal. Bidang kedua dibentuk dengan menyusun
bola di atas celah yang membentuk segitiga pada bidang
pertama. Bola-bola pada bidang ketiga susunannya dapat
diarahkan langsung di atas bola pada bidang pertama
membentuk susunan dengan struktur berulang AB AB AB
AB

Struktur heksagonal terjejal


Kubus terjejal (CCP)

Struktur kristal kubus terjejal (cubic closed packed/ HCP)


terdiri dari satu bola bersinggungan dengan enam bola
lain yang diorientasikan ke arah sudut heksagonal. Bidang
kedua dibentuk dengan menyusun bola di atas celah yang
membentuk segitiga pada bidang pertama. Bidang ketiga
dapat disusun di atas celah bidang pertama yang tidak
digunakan pada pembentukan bidang kedua dengan
orientasi berlawanan arah sehingga membentuk susunan
dengan struktur berulang ABC ABC ABC

Struktur kubus
Jumlah Partikel Efektif

1. Sebuah sudut dipunyai oleh delapan kubik, hanya 1/8 dari partikel
yang secara efektif dipunyai oleh satu satuan sel kubik.
2. Sebuah sisi dipunyai oleh empat kubus, hanya 1/4 dari partikel yang
secara efektif dipunyai oleh satu satuan sel kubik.
3. Sebuah muka dipunyai oleh dua kubus, hanya 1/2 dari partikel yang
secara efektif dipunyai kubus.
4. Setiap partikel dalam satuan sel kubik memberikan 1 bagiannya pada
satuan sel.
Kerapatan Ideal kristal
kerapatan ideal (d) adalah kerapatan teoretis dari satuan sel kristal

d = kerapatan ideal
M = massa efektif satuan sel
V = volume satuan sel

Persen pengisian tempat-tempat kisi dapat diperoleh dari perbandingan kerapatan


eksperimen terhadap kerapatan teoretis
Ikatan dalam Logam

Model Elektron Bebas

Model Resonansi dari Ikatan Valensi

Model Pita Valensi dari Teori Orbital Molekul


Model Elektron Bebas
• model ikatan logam yang didasarkan pada adanya elektron bebas dalam
larik beraturan ion logam positif.
• Elektron dianggap bergerak dengan bebas di seluruh zat padat seperti
molekul gas
• Kestabilan logam terbentuk akibat dari tarikan antara ion positif dan gas
elektron. Pendekatan ini pertama kali
• Disarankan oleh Drude dan kemudian diperluas oleh Lorentz

Pita Energi
Model Resonansi dari Ikatan Valensi

• Menurut model ini, ikatan logam dianggap sebagai ikatan kovalen yang
dapat melakukan resonansi.
• Dikemukakan oleh Pauling pada tahun 1965
• jika setiap atom menggunakan elektron valensinya untuk berikatan, maka
harus terjadi resonansi pasangan ikatan secara bersamaan di dalam
kristalnya
• Untuk memperoleh kestabilan yang lebih tinggi, maka bentuk resonansi
harus lebih banyak.
Model Pita Valensi dari Teori Orbital Molekul

• Logam dipandang sebagai deretan inti atom bermuatan positif yang


beraturan dikelilingi oleh lautan elektron dari kulit terluar.
• Elektron-elektron bebas bergerak ke seluruh kristal logam
• Tingkat energi logam dipenuhi elektron seolah-olah membentuk pita,
sehingga teori orbital molekul logam sering disebut teori pita.
• Kombinasi orbital atom menjadi orbital molekul menghasilkan pemisahan
tingkat energi dari orbital atom asalnya.
• Jika jumlah atom terus meningkat, maka tingkat energi makin rapat
menghasilkan pita energi.
• Pemisahan antara tingkat-tingkat energi yang berbeda pada pita energi
gantung pada (1) perbedaan energi antar orbital atom (2) jarak antar inti.
• Lebar pita dipengaruhi jumlah atom dan luasnya interaksi antar orbital
atom yang terjadi
Model Pita Valensi dari Teori Orbital Molekul

Pita terlarang: pita dengan selang energi


tanpa orbital molekul
Model Pita Valensi dari Teori Orbital Molekul

Konduktor Isolator
Konduktor mempunyai pita energi Isolator mempunyai sela energi
yang tidak terisi, memungkinkan besar antara pita valensi yang
suatu elektron memasuki suatu paling banyak terisi dan pita
tingkat energi yang lebih tinggi bila kosong berikutnya, sehingga
elektron bergerak menuju elektron terjebak dalam pita yang
elektroda positif. lebih rendah.

Semikonduktor
Semikonduktor mempunyai sela
terlarang yang sempit,
memungkinkan suatu elektron
melompati sela, memasuki pita
konduksi.
Kegiatan Belajar 2: Padatan Ionik

Karakteristik Padatan Ionik


• Ikatan ionik sangat kuat dan terarah ke segala arah
• memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi
• Keras, hal ini disebabkan oleh gaya tarik elektrostatik multivalen
• Rapuh
• Senyawa ion dapat larut dalam larutan polar
• Dalam keadaan padat, senyawa ionik mempunyai konduktivitas yang sangat
rendah
• Dalam keadaan cair dan dalam larutan, senyawa ionik dapat menghantar
listrik karena faktor pembentukan ion bebas yang sangat bebas bergerak
Pembentukan Ion

Kation Tanpa Elektron Terluar

Ion dengan Konfigurasi Gas Inert

Ion dengan Kulit Terluar Berisi 18 Elektron

Ion dengan Pasangan Elektron Inert s2

Ion d dan f

Ion Poliatomik

Ion dengan Konfigurasi Elektron Tak Teratur


Struktur Senyawa Ionik
Kisi ionik yang paling umum dan stabil adalah tetrahedral, oktahedral
dan bangun kubus sesuai dengan bilangan koordinasi masing-masing 4, 6
dan 8

Tetrahedral Oktahedral Kubus


Perbandingan jejari
Kegiatan Belajar 3: Ketidakmurnian Padatan
dan Ketidaksempurnaan Kristal

Larutan Padat adalah atom impuritas (solute)


dicampurkan pada material induk (host) sehingga
atom tersebar secara random dan larutan menjadi
homogen
Larutan Padat dalam Padatan Logam

Larutan padat mudah terbentuk bila pelarut dan atom yang larut memiliki
ukuran yang sama dan struktur elektron yang serupa.

Larutan padat Larutan padat Larutan padat


subtitusi acak subtitusi tertata intertisi
Larutan Padat dalam Padatan Ionik

Larutan padat dalam padatan ionik terbentuk bila pelarut dan terlarut
memiliki ukuran ion yang sama serta muatan ion yang digantikan harus
sama sengan muatan ion yang baru
Ketidaksempurnaan dalam Kristal

Cacat Garis
Cacat Titik
(dislokasi)

Kekosongan
pasangan ion Dislokasi garis
(Cacat Schottky)
Perpindahan
ion (Cacat Dislokasi ulir
Frenkel)
Cacat Titik

Cacat Titik

(a) Kekosongan
(b) Kekosongan Ganda (Dua Atom
Hilang)
(c) Kekosongan Pasangan Ion (Cacat
Schottky)
(d) Sisipan
(e) Ion Terpisah (Cacat Frenkel)
Cacat Garis

Dislokasi adalah cacat linear atau satu dimensi dimana di dekatnya


beberapa atom tidak segaris.

Dislokasi garis Dislokasi ulir


Bahan Non Kristalin

Zat padat yang tidak memiliki keteraturan berjangkauan panjang dalam


susunan partikel pembangunannya dan dapat dianggap sebagai zat
cairan superdingin yang kekakuannya timbul dari viskositas
(kekentalan) yang sangat tinggi.

Gelas, termos dan banyak plastik merupakan contoh dari zat padat yang
amorf (tanpa bentuk).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai