Anda di halaman 1dari 20

KONSOLIDASI

TANAH

Dinas Perumahan dan Permukiman


Provinsi Jawa Barat
LATAR BELAKANG
LAJU
PERKEMBANG PERTUMBUHA
AN KONSOLIDA N PENDUDUK
PERMUKIMAN YANG TINGGI
YANG TIDAK SI TANAH
TERATUR

TERBATASNY
TINGGINYA
A TANAH
PERMINTAA
UNTUK
N LAHAN
LAHAN
PERMUKIMAN KEBUTUHAN
SARANA
DAN
PRASARANA
DEFINISI
Konsolidasi tanah menurut Pasal 1 angka 18 Undang-undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan
pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas
lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif
masyarakat.
Konsolidasi tanah juga dapat diartikan sebagai penguatan nilai dan fungsi
tanah sebagai hasil penataan bentuk, luas, dan letak sehingga menjadi tertib
dan teratur yang mendukung pemanfaatan tanah secara efektif dan efisien
sesuai potensinya.
TUJUAN

 Tercapainya pemanfaatan tanah secara optimal, melalui peningkatan


efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah
 Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan secara
bersama-sama
 Meningatkan efisiensi penggunaan tanah dan pemantapan kepastian
hukum pemilik tanah melalui penataan penggunaan dan penguasaan tanah
MANFAAT
01 Kebutuhan akan adanya lingkungan dapat terpenuhi

02 Membantu mempercepat laju pembangunan pemukiman

03 Pemerataan hasil-hasil pembangunan

04 Mewujudkan pembangunan daerah

Tersedianya tanah untuk pembangunan Fasilitas Sosial dan


05
Fasilitas Umum

06 Mewujudkan penataan ruang yang teratur


Menjamin Kepastian Hak Atas Tanah
HASIL KONSOLIDASI TANAH

Menjamin Kepastian Hak Atas Tanah


HASIL KONSOLIDASI TANAH

01 Terbangunnya sarana fisik lingkungan

Tertatanya penggunaan, penguasaan, dan kepemilikan


02
tanah

03
Adanya kepastian hukum atas kepemilikan tanah bagi
peserta konsolidasi tanah

04
Tersedianya ruang-ruang terbuka untuk keperluan taman
kota, rute, dan ruang evakuasi

Menjam
PRINSIP-PRINSIP KONSOLIDASI
TANAH
01 Membangun tanpa menggusur

02 Kegiatan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat

03 Dilaksanakan berdasarkan kesepakatan besama (musyawarah)

04 Hak atas tanah sebelum dan sesudah konsolidasi tidah berubah


menjadi lebih tinggi atau rendah

Tanah yang diberikan kembali kepada pemilik mempunyai


05
nilai lebih tinggi daripada sebelum konsolidasi

06 Transparansi dan adil


Menjamin Kepastian Hak Atas Tanah
DASAR HUKUM
UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun

Permen Agraria dan Tata Ruang/KaBPN No. 12 tahun 2019 tentang


Konsolidasi Tanah
KONSOLIDASI T
ANAH VERTIKAL
(KTV)
Konsolidasi tanah vertikal adalah konsolidasi tanah berupa pemanfaatan ruang
ke atas dan bawah tanah, antara lain dalam rangka penataan lingkungan
perkotaan dengan membangun rumah susun.
Konsolidasi tanah ini dapat dilakukan dengan pemerintah, pemerintah Daerah
atau pihak ketiga berdasarkan kesepakatan tertulis dengan para peserta
Konsolidasi Tanah dengan memperhitungkan Nilai Perbandingan Proporsional
(NPP)
Konsolidasi tanah vertikal diharapkan dapat memberikan solusi bagi daerah
permukiman kumuh yang di dalam konsepnya partisipasi masyarakat menjadi
poin penting yang harus dipertimbangkan
Konsep konsolidasi tanah vertikal sangat tepat untuk membantu dan mengatasi
kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah
dengan mengedepankan efisiensi penggunaan tanah dan penataan permukiman
di kawasan perkotaan
PELAKSANAAN KTV
o Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Vertikal dilaksanakan oleh Tim
Perencana/Pelaksana Konsolidasi Tanah
o Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Vertikal meliputi kegiatan:
1. Pengumpulan data fisik, yuridis, dan penilaian objek Konsolidasi Tanah
Vertikal;
2. Penyusunan desain dan rencana aksi Konsolidasi Tanah Vertikal;
3. Pelepasan Hak Atas Tanah dan penegasan tanah objek Konsolidasi Tanah
Vertikal;
4. Penerapan desain Konsolidasi Tanah Vertikal (stacking out); dan
5. Penerbitan Sertifikat Hak Atas Tanah dan penyerahan sertifikat tanah
bersama.
Sumber: Permen ATR No. 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi
Tanah
DESAIN KTV

Rumah susun milik Rumah susun sewa Kampung susun

Peremajaan Kawasan Kawasan Pusat Bisnis Kawasan


Terpadu (Inclusive Terpadu (Central Business Berorientasi Transit (
Urban Renewal) District/Superblock) Transit Oriented
Development)

Kombinasi diantara satu atau lebih desain di atas

Sumber: Permen ATR No. 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi


Tanah
KONSOLIDASI T
ANAH VERTIKAL
DI INDONESIA
Pengoptimalan Pemanfaatan Aset
Milik Pemerintah dan BUMN dalam
Konsolidasi Tanah Vertikal

Banyak tanah-tanah instansi Pemerintah Daerah dan BUMN baik yang


sudah maupun yang belum bersertifikat ada beberapa diantaranya telah
ditempati oleh masyarakat secara ilegal. Kejadian tersebut sepenuhnya
bukan kesalahan masyarakat namun karena kelalaian pemerintah yang
tidak memanfaatkan tanah tersebut. Kebanyakan pemerintah akan
melakukan penggusuran. Sebaiknya, dalam hal ini pemerintah
melakukan konsolidasi tanah vertikal pada sebagian tanahnya sehingga
tidak perlu terjadi penggusuran yang secara tidak langsung akan
mengurangi munculnya tempat permukiman ilegal dan pemukiman
kumuh yang baru.
Konsolidasi Tanah Vertikal dengan
Partisipasi Masyarakat

Dalam penerapan konsolidasi tanah vertikal di Indonesia, mewajibkan


adanya partisipasi masyarakat di dalamnya. Konsolidasi tanah akan
bisa dilaksanakan apabila 80% masyarakatnya setuju. Khususnya
dalam konsolidasi tanah vertikal belum terjadi, yang ada selama ini
adalah pembangunan rumah susun yang dibangun oleh pemerintah
untuk merelokasi warga yang terkena penggusuran sehingga banyak
yang tidak setuju dengan pemindahan tersebut. Lain hal apabila sejak
awal masyarakat sudah dilibatkan sampai akhir, maka konsolidasi
tanah vertikal dapat terwujud tanpa adanya kendala dan permasalahan
tersebut.
PENERAPAN KO
NSOLIDASI TAN
AH VERTIKAL
Penerapan Konsolidasi Tanah Vertikal
di Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta
Selatan
 Permasalahan kawasan kumuh yang ada di  Upaya yang sudah dilakukan oleh
Kelurahan Pasar Manggis, Jakarta Selatan, pemerintah adalah dengan melakukan
direspon baik oleh Menteri Agraria dan Tata forum dialog kepada masyarakat setempat,
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang menghasilkan beberapa tanggapan
(ATR/BPN) dengan memerintahkan Dirjen dan masukan yang ditujukan kepada
penataan Agraria melalui Direktorat Konsolidasi pemerintah bahwa Pemda mendukung
Tanah untuk meneliti dan menindaklanjuti lokasi penuh, diharapkan penataan ini tidak hanya
yang dimaksud. membangun fisi semata, namun warganya
dapat mencapai kehidupan yang lebih baik
 Direktorat Konsolidasi Tanah sudah melakukan
studi dan menunjuk tim pendamping untuk
menyusun rencana penataan kawasan tersebut
melalui konsep Konsolidasi Tanah Vertikal
Penerapan Konsolidasi Tanah Vertikal di
Kawasan Gang Waru, Kelurahan Benua
Melayu Darat, Kecamatan Pontianak
 Umumnya kawasan permukiman kumuh di Kota Selatan
Dengan diterapkannya konsolidasi tanah
Pontianak berada pada kawasan pinggiran sungai vertikal ini diharapkan dapat menjadi
dan gang-gang kecil. Total luas lokasi permukiman solusi alternatif dengan menyediakan
kumuh di Kota Pontianak adalah 70,51 Ha, dan hunian vertikal
salah satu lokasi yang ditetapkan adalah kawasan  Skema Kerja Sama Pemerintah Badan
Gang Waru yang berada di Kelurahan Benua Usaha (KPBU) dapat menjadi alternatif
Melayu Darat, Kecamatan Pontianak Selatan yang sumber pembiayaan KTV di kawasan
memiliki luas 2,44 Ha. Gang Waru ini. Namun dalam hal ini,
 Rapat koordinasi Penjajakan Kebijakan Potensi masyarakat sebagai pemilik tanah sehingga
Objek Konsolidasi Tanah dan Rencana Konsolidasi ke depan perlu ditindaklanjuti dengan
Tanah Vertikal telah dilakukan pada Senin (15/07) pendalaman pola kerja sama KPBU
dan dilanjutkan dengan survey lapangan Masyarakat (KPBUM) dalam pelaksanaan
KTV Gang Waru.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai