Jumardi (17.3500.023) Riska Jainuddin (2020203869201010) Homi K Bhabha Homi K Bhabha lahir di Mumbay (Bombay), India, pada tanggal 1 November 1949 ia merupakan profesor dalam bidang literatur Inggris dan Amerika dan bahasa di Anne F. Rothenberg. Ia merupakan direktur dari pusat studi kemanusiaan di Universitas Harvard. Homi K Bhabha menikah dengan pengacara dan dosen Harvard university yang bernama Jacqueline Bhabha dan dianugerahi 3 orang anak yaitu Ishan Bhabha, Satya Bhabha, dan Leah Bhabha. Gagasan mimikri dari Bhabha dikembangkannya dari dua tokoh penting yaitu pejuang kemerdekaan Aljazair dan psikiater, Frantz Fanon (1925-1961), dan filsuf sekaligus psikoanalis, Jacques Lacan (1901-1981). Fanon menyatakan bahwa mimikri adalah hasil dari proses kolonisasi yang mencerabut kaum terjajah dari tradisi dan identitas tradisionalnya dan memaksa mereka untuk beradaptasi dengan identitas, perilaku dan budaya penjajahnya. Malcolm X (1925-1965), sang pejuang hak-hak sipil kaum kulit hitam Amerika Serikat, menyebutkan dua jenis budak kulit hitam. Yang pertama adalah “negro” rumahan, yaitu budak kulit hitam yang tinggal menjadi PRT di rumah tuan kulit putihnya. Karena ia tinggal bersama tuannya, maka ia terserap pada budaya tuannya dan mengira budaya kulit putih itu adalah kondisi terbaik manusia. Ia mulai meniru tuannya dalam berpakaian, berperi laku, tapi tetap saja mentalnya budak sehingga tak berpikir sekalipun untuk membebaskan dirinya. Yang kedua adalah “negro” di ladang yang berkerja keras untuk mengerjakan ladang tuan kulit putihnya. Ia mendapat perlakuan yang sangat buruk dan terus menerus berupaya membebaskan diri dari perbudakan. Dari paparan ini “negro” rumahan adalah kaum terjajah yang menjalankan proses mimikri. Lacan memberi makna mimikri bagi Bhabha yaitu bahwa mimikri bukan saja meniru pihak lain tapi proses meniru itu juga merupakan perlawanan subversif. Bagi Lacan, mimikri juga adalah kamuflase untuk membela diri atau bertahan hidup. Maka mimikri tidak berusaha menyelaraskan diri dengan mengurangi perbedaan di antara si peniru dan yang ditiru. Proses meniru ini semata untuk kepentingan dan tujuannya sendiri. Contohnya adalah mimikri pada binatang atau seperti serdadu yang mencoreng mukanya dengan warna hijau dan memakai seragam yang mirip seperti tanam-tanaman, dalam rangka menyembunyikan diri dari musuh. Hibriditas
Menurut Young dalam Loomba (2003: 223-225), hybrid adalah
persilangan antara dua spesies yang berbeda sehingga istilah hibridasi mengingatkan kepada gagasan botanis tentang pencangkokan antara spesies dan kosakata ekstrim kanan Voictoria yang menganggap berbagai ras sebagai spesies-spesies yang berbeda. Namun, dalam teori poskolonialisme, hibriditas dimaksudkan untuk mengingatkan kepada semua cara dalam mana kosakata ini tentang dan dihancurkan. Sikap hibrid yang dilakukan oleh tokoh pribumi karena pengaruh dari kehadiran kolonial dalam ruang sosial mereka yang tidak dapat dihindari dan hanya dapat mereka tolak dengan jalan mimikri atau meniru. Jadi, peniruan yang dilakukan oleh tokoh pribumi berawal dari bentuk penolakan hubungan kekuasaan kolonial. Dan pencampuran kebudayaan antara kaun pribumi dan bangsa Eropa, memaksa kaum pribumi mengikuti kebijakan pyang ditetapkan oleh Belanda untuk memungkinkan diri mereka sama dengan bangsa Eropa. Hal tersebut ditandai dengan pengenyaman pendidikan Eropa yang ditempuh oleh sebagian besar kaum pribumi. TERIMA KASIH