Anda di halaman 1dari 33

CAPITAL STRUCTURE

Financial Management Functions


1. Investment Decisions
2. Financing Decisions
Investment Decisions

1. Current Assets
2. Fixed Assets
3. Research and Development
Balance Sheet
Investment Decisions Financing Decisions
Current Assets: Current Liabilities:
Cash Account Payable
Securities Short Term Debt
Account Receivable Long Term Liabilities:
Inventory Bond
Fixed Assets: Bank Debt
Land/Building Equity:
Machine Preferred Stock
Automotive Common Stock
Equipment Retained Earning
Capital Structure
• Struktur modal adalah:
• “…the combination of debt and equity financing
used” (Shapiro, 2000:464)
• “…the persentage of each type of capital used by the
firm debt, preffered stock, and common equity”
(Camsey, 1993:534)
• “…the mix of long term sources of funds used by the
firm” (Keown, 1996:520)
Financial Management Goals
1. Improve value of the firm
2. Improve welfare for stakeholder
Faktor yang Memengaruhi
Struktur Modal
• 3.1.
Ukuran Perusahaan
Struktur (Firm
Aktiva Size)
(Tangibility)
• 5. Risiko Bisnis
2. Growth Opportunity
4. Profitabilitas
Faktor yang Memengaruhi
Struktur Modal
1. Struktur Aktiva
2. Growth Opportunity
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
4. Profitabilitas
5. Risiko Bisnis
Teori Struktur Modal

Pendekatan Laba Teori Modigliani & Miller Teori Trade Off


Pendekatan Laba Bersih (NI) Pendekatan Tradisional (MM) Teori Packing Order
operasi Bersih (NOI) Penggunaan Hutang
Penggunaan Hutang Penggunaan Hutang Berdasarkan informasi
Penggunaan Hutang Penggunaan Hutang · Penghematan pajak
· Ke dan Kd = konstan · Kd, Ke, Ko = Naik · Tidak ada pajak asimetris
· Ke, = Naik · Biaya financial
· Ko/WACC = turun · V = parabolik · Ke = naik Pemenuhan dana:
· Kd dan Ko = konstan distress
· V = Naik 1. Laba ditahan
· V = konstan · Kd dan Ko = konstan · Biaya keagenan
2. Hutang
· V = konstan
3. Penerbitan Saham
Struktur Modal Optimal
· Ada Pajak · Fin distress+agency
· Kd = konstan cost = penghematan
· Ke = naik pajak
· Ko = turun
· Penghematan pajak
· V = naik
Teori Trade Off
• Nama lainnya adalah Balancing Theory.
• Setiap perusahaan menentukan target
struktur modal yang dapat menyeimbangkan
antara biaya dan keuntungan atas penggunaan
hutang.
• Apabila biaya telah melampaui manfaat yang
diperoleh maka penggunaan hutang justru
menurunkan nilai perusahaan.
• Implikasi model trade-off:
 Perusahaan dengan risiko bisnis lebih tinggi
sebaiknya mengurangi penggunaan hutang.
 Perusahaan dengan tipe aset tangible dan readily
marketable dapat menggunakan hutang lebih banyak
dibanding perusahaan dengan tipe aset intangible.
 Perusahaan dengan taxable income lebih besar dan
mempunyai kemungkinan mendapatkan income
minim sama di masa depan dapat menggunakan
hutang lebih banyak.
Teori Pecking Order
Sumber modal:
 Laba ditahan
 Hutang
 Saham
• Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-
perusahaan yang dalam menggunakan dana
untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai
seperti skenario urutan (hirarki) yang
disebutkan dalam pecking order theory.
• Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan
Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan
bahwa “perusahaan-perusahaan di negara
berkembang lebih memilih untuk menerbitkan
ekuitas daripada berutang dalam membiayai
perusahaannya”.
Analisis Indifference Point
(EBIT – EPS)
• Melalui analisis ini manajemen dapat
melihat dampak dari berbagai alternatif
pendanaan terhadap EPS ( Earning per
share ) pada tingkatan EBIT ( Earning Before
Interest and Tax ) yang bervariasi.
ANALISIS
INDIFFERENCE POINT
Pengertian Analisis Indifference Point.
Analisis Indifference Point adalah analisis untuk
menentukan pada tingkat EBIT yang menghasilkan
EPS yang sama nilainya pada berbagai alternatif
struktur modal.
Tujuan Analisis Indifference Point
• Tujuan analisis indifference point menentukan tingkat
EBIT yang menghasilkan EPS yang sama nilainya
sebagai dasar pengambilan keputusan pemilihan
alternatif sumber modal.
• Pada titik indiference point tersebut berarti
perusahaan bebas memilih alternatif stuktur modal
yang ada.
• Contoh
• PT. Alengka sedang mempertimbangkan suatu
usulan investasi yang membutuhkan dana
sebesar Rp. 30.000.000,- Struktur modal saat
ini terdiri dari saham biasa sebanyak 3500
lembar. Sedangkan untuk alternatif
pembiayaan atas usulan investasi tersebut
yaitu:
• Alternatif 1 :
Menerbitkan saham biasa, nominal Rp. 20.000,-
per lembar atau 1.500 lembar.
• Alternatif 2 :
Menerbitkan obligasi dengan coupon rate 10%
senilai Rp. 30.000.000,-
• Untuk menentukan alternatif mana yang
sebaiknya dipilih dari kedua alternatif
pembiayaan tersebut maka dapat digunakan
analisis EBIT – EPS atau analisa financial
leverage.
Analisis EPS Pada Alternatif Sumber Modal
Alternatif 1 Alternatif 2
EBIT Rp 7.500.000,- Rp 7.500.000,-
Interest 0 Rp 3.000.000,-
EBT Rp 7.500.000,- Rp 4.500.000,-
Taxes (40%) Rp 3.000.000,- Rp 1.800.000,-
EAT Rp 4.500.000,- Rp 2.700.000,-
PD 0 0
EAC Rp 4.500.000,- Rp 2.700.000,-
EPS 4.500.000:5.000 2.700.000:3.500
= Rp 900 = Rp 771
Analisis EPS Pada Alternatif Sumber Modal
Alternatif 1 Alternatif 2

EBIT Rp 12.500.000,- Rp 12.500.000,-


Interest 0 Rp 3.000.000,-
EBT Rp 12.500.000,- Rp 9.500.000,-
Taxes (40%) Rp 5.000.000,- Rp 3.800.000,-
EAT Rp 7.500.000,- Rp 5.700.000,-
PD 0 0
EAC Rp 7.500.000,- Rp 5.700.000,-

EPS 7.500.000:5.000 5.700.000:3.500


= Rp 1.500,- = Rp 1.629,-
• Maka tingkat financial leveragenya:
% Perubahan EPS
DFL 
% Perubahan EBIT

EBIT
DFL 
PD
EBIT  I 
(1  t )

• Dari perhitungan EPS dari tingkat EBIT


tertentu dapat ditentukan prosentase
perubahan EBIT terhadap EPS sebagai berikut:
Alternatif 1 :
• Tingkat EBIT Rp. 7.500.000,- menghasilkan EPS
Rp. 900,-
• Tingkat EBIT Rp. 12.500.000,- menghasilkan
EPS Rp. 1.500,-
• Prosentase perubahan EBIT = 66,67%
• Prosentase perubahan EPS = 66,67%
• maka DFL = 1
Alternatif 2:
• Tingkat EBIT Rp. 7.500.000,- menghasilkan EPS
Rp. 711,-
• Tingkat EBIT Rp. 12.500.000,- menghasilkan
EPS Rp. 1.629,-
• Prosentase perubahan EBIT = 66,67%
• Prosentase perubahan EPS = 111,28%
• maka DFL = 1,67
• Dari perhitungan pada tingkat EBIT Rp
7.500.000,- penggunaan modal sendiri lebih
baik karena menghasilkan EPS yang lebih
besar dibandingkan bila menggunakan modal
asing. Sebaliknya pada tingkat EBIT Rp
12.500.000,- perusahaan sebaiknya
menggunakan modal asing.
• Tentulah hal ini akan membingungkan,
alternatif mana yang harus dipilih? Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut maka terlebih
dahulu dilakukan analisis Indifference point.
• Perhitungan Indifference point
( EBIT  I )(1  t )  PD
EPS 
S
• EPS alternatif 1= EPS alternatif 2

( EBIT  0)(1  40%)  0 ( EBIT  3.000.000)(1  40%)  0



5.000 3.500

EBIT = Rp 10.000.000,-
EPS

Alternatif Utang

1625 Alternatif Tanpa Utang

1500

1200

900

771

0 7500 10000 12500 EBIT


12.00

Financial Leverage and EPS
10.00 Hutang

8.00 Tanpa hutang

6.00 Indifference point Keuntungan hutang


EPS

4.00

2.00

0.00
1,000 2,000 3,00
(2.00) Kelemahan hutang 0
EBIT dalam dollars, tanpa pajak
• Titik indifference point dicapai pada tingkat EBIT
Rp 10.000.000,-
• Berarti apabila perusahaan dapat mencapai tingkat
EBIT tersebut perusahaan bebas memilih salah satu
dari kedua alternatif tersebut karena menghasilkan
EPS yang sama nilainya.
• Bila EBIT yang dicapai perusahaan lebih besar dari
Rp 10.000.000,- maka penggunaan sumber modal
alternatif 2 akan lebih menguntungkan.
• Sebaliknya apabila EBIT yang dicapai kurang dari
Rp 10.000.000,- sebaiknya memilih alternatif 1.
• KESIMPULAN
• Bila EBIT yang akan diperoleh > EBIT
indifference point maka pilihlah alternatif
sumber dana yang mempunyai risiko yang
lebih tinggi dibandingkan alternatif lain.
• Bila EBIT yang akan diperoleh < EBIT
indifference point maka pilihlah alternatif
sumber dana yang mempunyai risiko yang
lebih rendah dibandingkan alternatif lain.

Anda mungkin juga menyukai