Anda di halaman 1dari 13

ILMU TENTANG RAWI HADITS

1. karakteristik para rawi,


2. data diri
3. periwayatan rawi
4. adab pencari hadits dan muhaddits
Rawi ialah orang yang menerima
hadits dan menyampaikannya dengan
salah satu bahasa penyampaian
(Al-Manhaj al hadits bagian rawi hlm 5)
Tingkatan Gelar Para rawi
◦ Al Musnid yaitu rawi yang meriwayatkan hadits beserta sanadnya baik ia mengetahui
kandungan hadits yang diriwayahkan atau sekedar meriwayatkan.
◦ Al Muhaddits yaitu rawi yang mencurahkan perhatiannya terhadap hadits baik dari
segti riwayah maupun dirayah, hafal identitasnya dan karakteristik para rawi,
mengetahui keadaan mayoritas rawi di jamannya serta memiliki keitimewaan dalam
pendirian dan ketelitiannya
◦ Al Hafizh yaitu rawi yang sangat luas pengetahuan tentang hadits dan ilmu-ilmu
hadits.
◦ Al Hujjah yaitu rawi yang tekun, kuat dan rinci hafalannya
◦ Al Hakim yaitu rawi yang menguasai seluruh hadits.
◦ Amir al-Mu’minin fi al hadits yaitu rawiy yang mempunyai kemampuan melebihi
semua orang baik hafalan, kedalaman pengetahuan sehingga menjadi rujukan para
hakim dan hafizh.
Sifat-sifat Rawi yang diterima &
yang ditolak
◦ Sifat-sifat Rawi yang diterima :
1. Adl (al-’adalah)yaitu orang yang mendorong kita tetap berlaku taqwa dan
memelihara muruah. Taqwa yaitu tidak mengerjakan pekerjaan maksiat,
syirik, fasiq dan bid’ah.
Muru’ah yaitu menjaga harga diri keagamaannya
Faktor-faktor adl antara lain: baligh, berakal, taqwa, berprilaku muru’ah.
2. Dhabith (kuat hafalannya) yaitu sikap penuh kesadaran dan tidak lalai, kuat
hafalan, benar tulisannya, tahu percis kata-kata yang digunakan.
• Sifat-sifat yang dilotak:
Cacat adl (‘adalah/keadilan): 1. Kafir, 2. Masih kecil, 3. Gila,
4. Fasik, 5. Pendusta, 6. Ahli bid’ah, 7. Perawi minta upah, 8.
Tidak dikenal (jahalah)
Akibat cacat dabith:
1. menerima talqin yaitu menunjukkan perawi hadits yang
bukan riwayahnya (lengah)
2. syad yaitu meriwayatkan hadits yang asing dan meragukan
karena menunjukkan lemahnya daya hafal (keliru)
3. Sering lupa
4. menyalahi orang-orang kepercayaan
5. tidak behati-hati terhadap naskah kitab sumber (banyak
sangka).
6. Ahli bid’ah
7. Meminta upah
Kelonggaran ulama Muta’akhirin dalam
menerapkan syarat-syarat Rawi
◦ Para Muhadditsin(ahli hadits) menerapkan syarat-syarat rawi penuh kedisiplinan dan
ketelitian mencakup seluruh aspek hingga periwayatan hadits dalam bentuk naskah
yang diriwayatkan sampai kepada penyusunnya diakui dan kitab-kitab penyusunan
tersebut dianggap sebagai rawi, sehingga para ulama mulai longgar dalam menerapkan
syarat rawi. Oleh karena itu para ulama menyederhanakan syarat tersebut dengan syarat
sesuai dengan kriteria dasar yakni rawi tersebut adalah seorang yang adil, berhati-hati
dalam riwayat dan teliti dalam penulisan kitabnya.
◦ Maka titik perhatiannya beralih pada pelestarian kekhususan sanad dan menghindari
terputusnya sanad.
◦ Oleh karena itu, dalam menilai keahlian rawi cukup dengan kriteria bahwa ia adalah
seorang muslim, baligh, berakal, tidak terang-terangan dalam kefasikan dan tidak jelas
kelemahan daya hafalnya (samar). Sedangkan dalam kedhabithannya cukup dengan
standar bahwa daya tangkap indra pendengaran sesuai dengan tulisan hadits tanpa
diragukandan sum ber yang dipakai sesuai dengan sumber yang dipakai gurunya.
Klasifikasi para Rawi menurut
popularitasnya
1. Kelompok rawi yang diketahui sifat-sifatnya antara lain
(1) rawi yang dihukumi adil
(2) rawi yang dihukumi jarh(menunjukan sifat-sifat tercela)
2. Kelompok rawi yang tidak diketahui sifat-sifatnya yaitu
(3) majhul al’ain (rawi yang tidak diketahui identitasnya),
(4) Majhul al-hal (rawi yang tidak diketahui identitasnya,
(5) Mastur (rawi yang tidak diketahui karakteristik batiniyahnya namun
lahiriyahnya menunjukan adil)
Dengan klasifikasi tersebut maka berlaku ilmu jarh dan ta’dil
Jahr dan Ta’dil
◦ Jahr adalah hal yang menunjukan sifat-sifat tercela rawi sehingga mencacatkan
adalah/keadilan dan kedhabitan
◦ Ta’dil adalah menilai bersih terhadap seorang rawi dan dihukumi sebagai seorang rtawi
yang adl dan dhabit
◦ Ilmu al-jarh wa al-ta’dil adalah ilmu yang menimbang para rawi hadit apakah jarh atau
ta’dil, jika berat ke ta’dil maka diterima riwayatnya, dan jika ringan ta’dillnya (condok
ke jarh) ditolakriwayatnya.
Ilmu tersebut dikeluarkan oleh para kritikus rawi, lalu kemudian muncullah syarat-syarat
ulama al-jarh wa al-ta’dil, antara lain:
1. berilmu, bertaqwa, wara dan jujur
2. Mengetahui sebab-sebab al-jarh dan al-ta’dil
3. Mengetahui kalimat-kalimat bahasa Arab.
Beberapa Hal yang tidak disyaratkan bagi Ulama al Jarh wa al-ta’dil
◦ Tidak disyaratkan harus laki-laki yang penting dalam melakukan tazkiyah
(penelaahan) dan jarh (kritik) orang adil baik laki-laki maupun perempuan, dan
merdeka.
◦ Tidak kurang dari satu orang yang jarhkan

Tata tertib ulama al-jarh wa al-ta’dil:


1. Bersikap objektif dalam tazkiyah
2. Tidak boleh jarh melebihi kebutuhan
3. Tidak boleh hanya mengutip jarh saja tetapi dinilai adil oleh sebagian lainnya
4. Tidak boleh jarh terhadap rawi yang tidak perludi jarh karena hukumnya
disyaratkan karena darurat.

Syarat diterima al-jarh wa al-ta’dil


5. Al jarh wa al ta’dil diucapkan oleh ulama yang telah memenuhi segalasyarat
sebagai ulama al jarh wa al ta’dil
6. Jarh tidak dapat diterima kecualai dijelaskan sebab-sebabnya.
Rawi yang tidak langsung ditolak
riwayahnya
◦ Orang yang diperselisihkan cacat dalam keadilannya
◦ Orang yang banyak kekhilafan dan menyalahi imam-imam yang terpercaya
◦ Orang yang banyak lupa
◦ Orang yang rusak akal diakhir umurnya
◦ Orang yang tidak baik hafalnnya
◦ Orang yang menerima hadits dari sembarang orang
DATA DIRI PERAWI
Sejarah perawi meliputi pengetahuan tentang waktu kelahiran dan kematian serta
peristiwa penting untuk di ta’dil.
Diantar kitab tarikh yang paling besar adalah
1. Al tarikh al-kabir karya Imam al Bukhari meliputi identitas, karakteristik,
guru-guru dan murid para rawi, jarh dan ta’dil rawi.
2. Al tarikh karya ibnu Abi Khaitsamah
3. Masyahir ‘Ulama’ al-Amshar karya Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-
Susti
Thabaqah para rawi yaitu
Suatu kaum yang hidup dalam satu masa
dan memiliki keserupaan dalam umur dan
sanad yaitu pengambilan hadits dari guru
(generasi dari sisi kesamaan dalam berguru)

Kitab thabaqat antara lain:


1. Al thabaqat al Kubra karya al Imam al
hafizh Muhammad bin sa’d.
2. Al Thabaqat karya Imam Khalifah bin
Khayyath
C. Tabiin
yaitu orang yang musyafahah (bertemu untuk belajar) dengan
sahabat Rasulalloh dalam keadaan beriman.
1. Orang yang bertemu dengan 10 sabahat yang dijanjikan masuk
surga seperti Qais bin Abi Hazim
2. penduduk Basrah yang bertemu dengan Anas bin Malik,
penduduk Madinah yang bertemu dengan Abdullah bin abi Aufa,
penduduk Kuffah yang bertemu dengan al sa’ib bin Yazid (orang-
orang yang bertemu para sahabat paling akhir)
Tiga kelompok tabiin:
1. Thabaqah Kibar al tabiin yaitu para tabiin yang meriwayatkan
hadits dari para sahabat senior.
2. Thabaqah Mutawassithi al tabiin yaitu para tabiin yang
bertemu dengan para imam dari tabiin senior.
3. Tahabaqah Shighar al tabi’in yaitu para tabiin yang
meriwayatkan hadits dari para sahabat junior

Anda mungkin juga menyukai