Anda di halaman 1dari 79

BAB VIII

INHIBISI ENZIM
Kapita Selekta
Biokimia I : Enzim
Inhibitor adalah satu senyawa yang dapat
menurunkan laju reaksi
Inhibitor dapat bekerja pada enzim atau pada
kofaktor, pada pembahasan hanya dibicarakan
pengaruhnya pada enzim.
Sifat inhibitor :
• Inhibitor Reversibel : terikat secara reversibel
dan dapat dilepas dari enzim dengan cara
dialisis atau dengan menambah komponen lain,
derajat inhibisinya konstan.
• Inhibitor Irreversibel : terikat secara kuat dan
derajat inhibisinya akan semakin kuat, tidak bisa
dipisahkan dari enzim tanpa merusaknya
(menurunkan aktivitasnya)
KSB I : Inhibisi 2
A. INHIBISI REVERSIBEL
Inhibitor Kompetitif : inhibitor bersaing dengan S untuk
berikatan pada sisi aktif enzim. Siapa yang terikat dulu
akan mempengaruhi reaksi enzimnya
Inhibitor Un-kompetitif yaitu inhibitor yang terikat pada
sisi aktif yang berbeda dan terikat pada kompleks ES
membentuk kompleks terner ESI
Inhibitor Non-kompetitif yaitu inhibitor yang terikat pada
sisi aktif yang berbeda, mekanisme pengikatan bisa pada
E maupun ES menghasilkan kompleks terner ESI.
Mekanisme interaksi inhibitor reversibel ditampilkan pada
Gambar 1.
Inhibitor tidak selalu hanya mengikuti salah satu jenis
tersebut tetapi bisa mempunyai lebih dari satu
mekanisme, inhibitor semacam ini disebut sebagai Mix-
Inhibitor.
KSB I : Inhibisi 3
Gambar 1.
Skema interaksi inhibisi
kompetitif,
un-kompetitif dan
non-kompetitif

KSB I : Inhibisi 4
A.1. INHIBISI KOMPETITIF
Inhibitor kompetitif umumnya mempunyai
struktur mirip dengan S, sehingga terjadi
kompetisi antara I dan S untuk berikatan pada
sisi ikatan yang sama
Pengikatan E dengan I akan mengurangi
gugus reaktif atau tidak mengurangi tetapi
dengan posisi yang kurang tetap terhadap sisi
katalitik E sehingga mengurangi kemungkinan
S mengadakan interaksi dengan E.
Terbentuk kompleks “dead-end”, reaksi dapat
berlangsung kembali bila kompleks tersebut
terputus.
KSB I : Inhibisi 5
Contoh : malonat (CO2-CH2-CO2-) adalah
inhibitor kompetitif dari reaksi yang dikatalisis
oleh suksinat dehidrogenase, pada reaksi
berikut :
CO2CH2CH2CO2- CO2-CH=CHCO2-
suksinat fumarat
Malonat dan suksinat mempunyai dua gugus
karboksil sehingga keduanya dapat terikat pada
sisi ikatan enzim. Namun demikian pengikatan
tersebut tidak memungkinkan pembentukan
ikatan rangkap karena malonat hanya
mempunyai satu gugus metilen yang terletak
diantara dua gugus karboksilnya. Gambar 2.
KSB I : Inhibisi 6
E E E

BS O O BS O O
C C BS O O
CH2 CH C
CS CS
CH2 CH CS CH2
C C C
O O BS O O
BS O BS O

E---Suksinat E---Fumarat E---Malonat

Gambar 2. Mekanisme Inhibitor kompetitif malonat pada suksinat


dehidrogenase

KSB I : Inhibisi 7
Efek inhibitor kompetitif bergantung pada
 konsentrasi inibitor,
 konsentrasi substrat dan
 afinitas relatif dari substrat maupun inhibitor
untuk berikatan dengan enzim.
Jika [S] <, inhibitor akan bersaing menempati sisi
ikatan enzim dengan derajat inhibisi yang besar,
Jika [S] >, inhibitor tidak cukup berhasil
berkompetisi dengan substrat, atau derajat
inhibisinya rendah.
Pada [S] >>>, molekul substrat akan terlalu
banyak dibanding inhibitor, dalam hal ini derajat
inhibisi dapat diabaikan. Dalam keadaan ini
Vmax dari reaksi tidak berubah, tetapi Km akan
meningkat dan selanjutnya dinyatakan sebagai
K’m, seperti terlihat pada Gambar 3.
KSB I : Inhibisi 8
Gambar 3. Grafik Michaelis-Menten untuk inhibitor kompetitif
KSB I : Inhibisi 9
Penentuan kinetika steady state reaksi substrat
tunggal dan satu sisi ikatan enzim, adanya
inhibitor I membentuk satu intermediet, secara
umum dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut
k1 k2
E+S ES E+P
k-1
-I +I

EI
Konstanta disosiasi reaksi antara E dan I
adalah Ki (konstanta inhibitor) :
[ E ][ I ]
Ki 
EI KSB I : Inhibisi 10
Derivatisasi dari persamaan laju awal :
[E][S] k-1 + k2
 =  = Km
[ES] k1
Substitusi harga [E] diperoleh persamaan :
[Eo] = [E] + [ES] + [EI]
[E][I]
= [E] + [ES] + 
Ki
[Eo] - [ES]
jadi [E] = 
 [ I ]
1  
 Ki KSB I : Inhibisi 11
substitusi lebih lanjut harga [E], maka :
([Eo] - [ES])[S]
Km =  jadi
 [ I ] [ES]
1  
 Ki 

([Eo] - [ES])[S]
 [ I ]
 = Km  1  Ki 
[ES]
pengembangan lebih lanjut akan didapat :
Vmax [So]
o = 
 [ Io]
[So] + Km  1  Ki 
KSB I : Inhibisi 12
Persamaan tersebut sesuai dengan Michaelis-
Menten, hanya Km dikoreksi dengan (1 + [Io]/Ki).
([I] >> [E], maka [I]  [Io], seperti juga [S]  [So]).
Untuk inhibitor kompetitif sederhana harga
Vmax tetap
Km menjadi K’m = Km{1 + ([Io]/Ki)},
K’m adalah Km dengan adanya kompetitif
inhibitor dengan kosentrasi [Io].
Persamaan Lineweaver-Burk dengan adanya
inhibitor kompetitif akan menjadi :
1 K’m 1 1
 =   + 
o Vmax [So] Vmax
Plot Lineweaver-Burk adanya efek inhibitor
kompetitif ditunjukkan pada Gambar 4.
KSB I : Inhibisi 13
Gambar 4. Inhibitor Kompetitif.
(a)Grafik Lineweaver-Burk
(b)Pengaruh [I] terhadap slope Lineweaver-Burk,
harga Km berubah terhadap perubahan [I].
KSB I : Inhibisi 14
Sekali diketahui tipe inhibitornya, maka Ki bisa
ditentukan dari persamaan K’m = Km {1 + ([Io]/Ki)},
atau digunakan cara grafik dari persamaan berikut :
Km
K’m =  [Io] + Km
Ki
K’m (ditentukan dari titik potong pada sumbu 1/[So]
dari primary plot Lineweaver-Burk) terhadap [Io] akan
linier dan memotong sumbu [Io] pada -Ki, Gambar 5.
Dengan cara sama didapatkan plot Lineweaver-Burk
pengaruh inhibitor kompetitif menjadi :
Km
 (1 + [Io]/ Ki)
Vmax
Plot sekunder K’m vs [Io] dan slopenya ditentukan
pada [Eo] tetap
KSB I : Inhibisi 15
Gambar 5. Plot sekunder dari inhibisi kompetitif
KSB I : Inhibisi 16
Harga Ki dapat ditentukan dengan persamaan
Dixon turunan Lineweaver-Burk dinyatakan
sebagai :
1 Km (1 + [Io]/Ki) 1 1
 =   +  =
o Vmax [So] Vmax
Km [Io] 1 1
=   +  + 
Vmax [So] Ki Vmax [So] Vmax
• Pada [So] tetap, plot antara 1/o terhadap [Io]
disebut sebagai plot Dixon, berupa garis lurus.
Jika [Io] = -Ki maka akan didapat
1 1
 = 
o Vmax KSB I : Inhibisi 17
harga tersebut tidak bergantung pada [So].
Harga plot Dixon untuk berbagai [So] dan [Eo]
tetap dan bila [Io] = -Ki seperti terlihat pada
Gambar 6.
Bentuk sederhana dari inhibisi kompetitif dikenal
sebagai inhibisi kompetitif linier karena kedua
plot yang didapat, primer dan sekunder,
berbentuk linier.
Untuk sistem lebih kompleks, plot premier
mungkin linier tetapi plot sekundernya bisa non-
linier, pola ini disebut sebagai inhibisi
kompetitif parabolik, jika :

KSB I : Inhibisi 18
Gambar 6. Plot Dixon dari inhibisi Kompetitif
KSB I : Inhibisi 19
 dua molekul inhibitor yang terikat pada sisi ikatan.
 terjadi pengikatan inhibitor pada sisi yang berbeda
dengan substrat dan akan mengurangi afinitas
enzim tetapi tidak mengurangi karakteristik reaksi
substrat yang terikat.
Pada kasus inhibisi yang mempunyai plot premier
berbentuk linier dan pola inhibisinya tidak dapat
dibedakan seperti di atas maka disebut sebagai
inhibisi kompetitif linier .
Inhibitor kompetitif, seperti tipe inhibitor lain, dapat
digunakan untuk
 membantu mengelusidasi jalur metabolik yang
menyebabkan akumulasi intermediet tertentu.
 penghancur atau penghambat pertumbuhan
organisme yang tidak diinginkan
KSB I : Inhibisi 20
Sebagai contoh Krebs dkk, menggunakan inhibitor
malonat untuk menentukan siklus trikarboksilat yang
salah satu komponennya adalah suksinat
dehidrogenase.
Inhibitor yang aman bagi manusia, dapat digunakan
dalam bidang kedokteran atau pertanian sebagai
obat terapeutik, insektisida atau herbisida penghancur
atau penghambat pertumbuhan organisme yang tidak
diinginkan.
Contoh senyawa sulfonamid seperti sulfanilamid
(H2N-C6H4-SO2NH3) digunakan dalam bidang
kedokteran, adalah inhibitor kompetitif enzim
bakterial yang terlibat dalam biosintesis koenzim
tetrahidrofolat dari asam p-aminobenzoat (H2N-C6H4-
CO2H).
KSB I : Inhibisi 21
Jalur metabolisme ini tidak terdapat pada manusia,
maka sulfonamid dapat digunakan untuk membatasi
pertumbuhan bakteri dengan sedikit sekali resiko
pada pasen.
Pencarian lebih dalam dari karakteristik ikatan
inhibitor kompetitif pada sisi ikatan yang sama
dengan substrat akan memberikan informasi tentang
faktor-faktor pengikatan substrat.
Pada reaksi dua substrat, studi inhibitor kompetitif
dapat untuk mengelusidasi mekanisme reaksi, secara
umum dikatakan bahwa produk reaksi yang mirip
substrat sering bertindak juga sebagai inhibitor
kompetitif.
Inhibisi oleh produk biasanya mempunyai peranan
penting dalam regulasi metabolik sel hidup. Contoh
adalah 2,3-bisfosfo gliserat akan menginhibisi
pembentukan 3-fosfogliserol fosfat, suatu reaksi yang
dikatalisis oleh bisfosfogliserat mutase.
KSB I : Inhibisi 22
A.2. INHIBISI UN-KOMPETITIF
Inhibitor un-kompetitif terikat pada kompleks
enzim-substrat dan tidak dengan enzim bebas.
Pengikatan substrat dapat menyebabkan
perubahan konformasi enzim yang
memungkinkan pengikatan inhibitor (Gambar 1),
atau inhibitornya dapat terikat langsung pada
kompleks enzim-substrat yang ada.
Karena inhibitor tidak bersaing menempati sisi
ikatan enzim yang sama sehingga inhibitor tidak
bisa diusir dengan cara meningkatkan
konsentrasi substrat.
Secara umum inhibitor un-kompetitif akan
menyebabkan perubahan harga Km dan Vmax
KSB I : Inhibisi 23
Secara umum mekanisme reaksinya dapat ditulis
sebagai : k1 k2
E+S ES E+P
k-1
-I +I

ESI
ESI adalah kompleks “dead-end”, konstanta
inhibitor Ki = ([ES][I]/[ESI]). Pada kondisi steady-
state maka :
[E][S]
 = Km
[ES] KSB I : Inhibisi 24
Untuk sistem ini,
[ES][I]
[Eo] = [E] + [ES] + [ESI] = [E] + [ES] + 
Ki
 [ I ]
= [E] + [ES]  1  
 Ki 
jadi
 [ I ]
[E] = [Eo] - [ES]  1  
Ki
Substitusi [E] pada persamaan laju awal akan
didapatkan
Vmax
o = 
 [ Io]
[So] 1  Ki  + Km
KSB I : Inhibisi 25
pembagian persaman tersebut dengan faktor ([I]
+ ([Io]/Ki)), didapat persamaan yang mirip
dengan Michaelis-Menten dengan konstanta Km
dan Vmax masing-masing dibagi dengan faktor
([I] + ([Io]/Ki)), berikut :
Vmax
 [So]
 [ Io]
1  
 Ki 
o = 
Km
[So] + 
 [ Io]
1  
 Ki 
KSB I : Inhibisi 26
Persamaan inhibisi un-kompetitif ini mirip dengan
Michaelis-Menten dimana konstantan Km dan
Vmax nya dibagi dengan faktor {1 + ([Io]/Ki},
Vmax Km
V’max =  dan K’m = 
 [ Io]  [ Io]
1   1  
 Ki   Ki 

V’max = Vmax dengan adanya [Io] hal sama


untuk K’m, persamaan Lineweaver-Burk menjadi
1 K’m 1 1
 =   + 
o V’max [So] Vmax
KSB I : Inhibisi 27
slope Lineweaver-Burk nya adalah
K ’m Km  [ Io] Km
1  
 =    Ki  = 
 [ Io]
V’max Vmax  1  

Vmax
Ki
Dengan perkataan lain plot Lineweaver-Burk tidak
dipengaruhi oleh adanya inhibitor un-kompetitif,
tetapi terjadi perubahan pada kedua titik potongnya,
seperti terlihat pada Gambar 7.
Inhibisi un-kompetitif jarang terjadi pada reaksi
substrat tunggal, salah satu contoh substrat
tunggal adalah inhibisi aril sulfatase dengan
hidrasin. Inhibisi ini lebih banyak terjadi pada
reaksi dengan dua substrat, cara ini juga dapat
digunakan untuk mengelusidasi suatu mekanisme
reaksi. KSB I : Inhibisi 28
Gambar 7. Inhibitor Un-kompetitif.
(a) Grafik Lineweaver-Burk
(b) Pengaruh [I] terhadap slope Lineweaver-Burk
KSB I : Inhibisi 29
Harga Ki dari inhibitor un-kompetitif dapat
ditentukan dengan plot sekunder berikut :
1 1
 =   1  [ Io]
Vmax K’max  Ki 

dan
1 1
 =   1 
[ Io]

 Ki 
V’max Km
Harga 1/V’max atau 1/K’m terhadap [Io] adalah
linier, titik potong pada sumbu [Io] akan
memberikan harga -Ki, seperti terlihat pada
Gambar 8.
KSB I : Inhibisi 30
Gambar 8. Plot sekunder dari inhibisi Un-Kompetitif
KSB I : Inhibisi 31
A.3. INHIBISI NON-KOMPETITIF
Inhibitor non-kompetitif dapat bergabung
dengan enzim membentuk kompleks “dead-end”
tanpa melihat substrat terikat oleh enzim atau
tidak.
Inhibitor akan terikat pada sisi yang berbeda
dengan substrat.
Dianggap bahwa inhibitor hanya akan merusak
aktivitas katalitik enzim apakah karena
pengikatannya pada sisi katalitik atau karena
terjadinya perubahan konformasi sisi katalitik,
tetapi tidak mempengaruhi ikatan enzim-
substrat.
KSB I : Inhibisi 32
Penulisan reaksi substrat tunggal secara
sederhana adalah :
k1 k2
E+S ES E+P
k-1
-I +I -I +I

EI ESI

Mekanisme inhibitor non-kompetitif lebih


kompleks tetapi tetap mengikuti persamaan
Michaelis-Menten yang diturunkan dari asumsi
steady state yang membentuk sistem
kesetimbangan.
KSB I : Inhibisi 33
Untuk model sederhana, inhibisi non-kompetitif linier
sederhana, Gambar 9., substrat tidak mempengaruhi
pengikatan inhibitor. Reaksi pada kondisi ini adalah E +
I === EI dan ES + I === ESI mempunyai konstanta
disosiasi Ki disebut sebagai konstanta inhibitor.
[E] total terkurangi oleh inhibitor dan akan menurunkan
harga Vmax tetapi tidak mempengaruhi Km karena
keduanya tidak saling mempengaruhi masing-masing
ikatannya.
Penurunan persamaan laju awal dengan keadaan Km 
Ks, seperti sebelumnya yaitu :
[E][S]
 = Km
[ES]
KSB I : Inhibisi 34
Inhibitor non-kompetitif terikat pada E atau ES,
dimana :
[E][I] [ES][I]
Ki =  = 
[EI] [ESI]
[Eo] = [E] + [ES] + [EI] + [ESI]
[E][I] [ES][I]
= [E] + [ES] +  + 
Ki Ki
= ([E] + [ES])  1  [ I ]
 Ki 
[Eo]
Jadi [E] =  - [ES]
 [ I ]
 1   KSB I : Inhibisi
 Ki 
35
substitusi harga [E] ke persamaan o, akan
didapatkan :
[Vmax] [So]
o =  
 [ Io] ([So] + Km)
1  
 Ki 
Persamaan Michaelis-Menten yang dipengaruhi
inhibitor non-kompetitif dimana harga Km tidak
terpengaruh, sedangkan Vmax dikoreksi
dengan faktor {1 + ([Io]/Ki}, maka :
Vmax 1 1
 [ Io]
V’max =  atau  =  1  
 [ Io] Ki 
1   V’max Vmax
 Ki 
KSB I : Inhibisi 36
V’max adalah Vmax yang dikoreksi oleh adanya
inhibitor non-kompetitif.
Harga Ki adalah konsentrasi inhibitor yang
merupakan setengah dari Vmax. Persamaan
Lineweaver-Burk untuk inhibitor non-
kompetitif linier sederhana, adalah :
1 Km 1 1
 =   + 
o V’max [So] V’max
Plot Lineweaver-Burk dengan adanya pengaruh
inhibitor non-kompetitif ditampilkan pada
Gambar 9.
KSB I : Inhibisi 37
Gambar 9. Inhibitor Non-kompetitif.
(a) Grafik Lineweaver-Burk
(b) Pengaruh [I] terhadap slope Lineweaver-Burk
KSB I : Inhibisi 38
Dengan diketahui tipe inhibitornya maka harga Ki
dapat ditentukan berdasarkan persamaan plot
sekunder nya. Karena
1 1
 [ Io]
 =   1  
 Ki 
V’max Vmax
dan slop dari plot primer Lineweaver-Burk adalah
Km
 [ Io]
  1  
 Ki 
Vmax
maka plot hubungan antara 1/ V’max terhadap [Io]
dan slop dari plot primer terhadap [Io] akan
merupakan persamaan linier, perpotongan dengan
sumbu [Io] merupakan harga -Ki, Gambar 10.
KSB I : Inhibisi 39
mbar 10. Plot sekunder pada [Eo] konstan dari
inhibisi Non-Kompetitif
KSB I : Inhibisi 40
Plot Dixon digunakan untuk menentukan Ki.
Berdasarkan persamaan Lineweaver-Burk :
1 1 1 1
 =   1  [ Io]  +   1  [ Io]
 Ki   Ki 
o Vmax [So] Vmax

Km Km [Io] 1 [Io]
=  +  +  + 
Vmax [So] Vmax Ki [So] Vmax Vmax Ki

 Km 1  [ Io] Km 1
=     
 V max[ So] V max  Ki V max[ So] V max
KSB I : Inhibisi 41
Plot Dixon antara 1/o vs [Io] pada [Eo] dan [So] tetap akan
linier untuk inhibisi non-kompetitif linier sederhana. Jika [Io] =
-Ki maka 1/o = 0, maka titik potong dengan sumbu [Io]
merupakan harga -Ki, Gambar 11.
Ion hidrogen dapat digunakan sebagai contoh sederhana dari
beberapa enzim seperti kimotripsin, dimana sisi katalitik
termasuk akseptor protonnya dapat terinhibisi oleh
peningkatan konsentrasi H+ (penurunan pH). Plot Lineweaver-
Burk dari pH yang berbeda menunjukan karakteristik inhibisi
non-kompetitif.
Beberapa ion logam berat dan senyawa organik yang terikat
pada gugus -SH dari sistein suatu enzim sering menunjukkan
sifat inhibitor non-kompetitif. Tetapi gugus sianida yang
mengikat ion logam seperti metallo-enzim akan merusak
aktivitas enzim dan menunjukkan efek irreversibel, berbeda
dengan sifat inhibitor non-kompetitif yang reversibel.
Secara umum senyawa toksis seperti sianida, karbon
monoksida, hidrogen sulfida dan logam berat menunjukkan
sifat sebagai inhibitor enzim.
KSB I : Inhibisi 42
Gambar 11. Plot Dixon dari inhibisi Non-Kompetitif linier
sederhana
KSB I : Inhibisi 43
A.4. INHIBISI CAMPURAN
(MIX INHIBITION)
Jika plot linier Lineweaver-Burk dapat ditentukan tetapi
tidak menunjukkan karakteristik inhibisi kompetitif
(Gambar 4), un-kompetitif (Gambar 7) maupun non-
kompetitif (Gambar 9) maka mekanismenya berupa
ihibisi campuran (mixed inhibition).
Persamaan linier sederhana dari inhibitor non-
kompetitif bergantung pada asumsi kesetimbangannya
dan terjadinya pengikatan pada sisi enzim yang
berbeda untuk substrat dan inhibitor. Dengan
menganggap asumsi kedua tidak ada, maka akan
terjadi dua proses pengikatan pada enzim yang
mungkin yaitu :
KSB I : Inhibisi 44
E + I === EI (dengan harga konstanta Ki)
dan
ES + I === ESI (dengan harga konstanta KI)
maka
[E][I] [ES][I]
Ki =  dan KI = 
[EI] [ESI]
Pada persamaan sebelumnya untuk substrat
tunggal diketahui bahwa
[E][S]
 = Km
[ES]
KSB I : Inhibisi 45
dan
[Eo] = [E] + [ES] + [EI] + [ESI]
maka
[E][I] [ES][I]
[Eo] = [E] + [ES] +  + 
Ki KI

 [I ]
[Eo] - [ES]  1  K 
I
[E] = 
 [ I ]
1  
 Ki 
KSB I : Inhibisi 46
Substitusi harga [E] pada Km, maka
  [I ]
 [ Eo]  [ ES ] 1   [S ]
  KI  
 = Km
 [ I ]
[ES]  1  
 Ki 
 [I ]  [ I ]
[Eo][E] - [S][ES] = Km
1   [ES] 1  
 KI   Ki 

  [I ]  [ I ] 
[ES] =
[ S[Eo][S]
] 1    Km 1   
  KI   Ki  

jadi
KSB I : Inhibisi 47
[Eo][S]
[ES] = 
 [I ]  [ I ]
[S]  1   + Km  1  
 KI  Ki

selanjutnya akan didapat :


Vmax [So]
o = 
 [ Io]   [ Io]
[So]  1   + Km  1  Ki 
 KI 

Jika pembilang dan penyebutnya dibagi dengan


(1 + ([I]/Ki), maka
KSB I : Inhibisi 48
Vmax
 [So]
 [ Io] 
1  
 KI 
o = 
 [ Io]
Km  1  Ki 
[So] + 
 [ Io]
1  
 KI 
Bentuk ini sama dengan persamaan Michaelis-
Menten dan dapat ditulis sebagai :
V’max [So]
o = 
[So] + K’mKSB I : Inhibisi 49
dimana
 [ Io]
Vmax 1  
 Ki 
V’max =  dan K’m = Km 
 [ Io]  [ Io]
1   1  
 KI   KI 
Mirip dengan persamaan Lineweaver-Burk
1 K’m 1 1
 =   + 
no V’max [So] V’max
dan plot Lineweaver-Burknya akan linier. Secara
umum Km, Vmax dan slopenya akan sebanding
dengan :
KSB I : Inhibisi 50
K’m Km
 [ Io]
 =   1  V’max
 Vmax
 Ki 
semua dipengaruhi oleh inhibitor.
Plot dari konsentrasi inhibitor berbeda (pada [Eo]
tetap) tidak memotong aksis pada tempat yang
sama maupun slop yang sama, maka polanya
akan berbeda baik untuk karakteristik inhibisi
kompetitif, non-kompetitif maupun un-kompetitif
dan disebut sebagai inhibisi campuran.
Pengertian inhibitor campuran adalah bukan
karena adanya lebih dari satu tipe inhibitor dalam
sistem tersebut tetapi karena pola yang
dibentuknya.
KSB I : Inhibisi 51
Bila KI > Ki , maka plot yang terbentuk akan memotong
sumbu 1/o lebih tinggi dan memotong sumbu 1/[So]
lebih kanan dibanding dengan plot tanpa inhibitor dan
perpotongan kedua persamaan garis lurus (tanpa dan
dengan inhibitor) tersebut terletak di kuandran kedua.
Keadaan ini disebut sebagai inhibisi kompetitif-non-
kompetitif, sebab pola yang diamati terletak antara
pola kompetitif dan non-kompetitif, Gambar 12a.
Sedangkan bila KI < Ki , maka plot yang terbentuk
akan memotong sumbu 1/o lebih tinggi dan memotong
sumbu 1/[So] lebih kiri dibanding dengan plot tanpa
inhibitor perpotongan kedua persamaan garis lurus
tersebut terletak di kuandran ketiga. Keadaan ini
disebut sebagai inhibisi non-kompetitif-un-
kompetitif, sebab pola yang diamati terletak antara
pola non-kompetitif dan un-kompetitif, Gambar 12b.
KSB I : Inhibisi 52
Gambar 12. Grafik Lineweaver- Burk untuk
Inhibitor Mix-kompetitif. (a) KI > Ki (b) KI < Ki
KSB I : Inhibisi 53
Harga KI dan Ki dapat ditentukan berdasarkan plot
sekunder, untuk inhibitor campuran sesuai dengan
1 1  [ Io]
 =   1  K 
I
V’max Vmax
dan slope untuk reaksi inhibisi = slope reaksi
tanpa inhibisi x  1  [ Io]
 Ki 
Plot sekunder 1/ V’max terhadap [Io] akan linier,
titik potong pada sumbu [Io] akan memberikan
harga - KI , Gambar 13a. Grafik hubungan antara
plot primer dengan [Io] juga akan linier dan
memotong sumbu [Io] pada -Ki, Gambar 13b.
KSB I : Inhibisi 54
 [ Io]
1  
 Ki 
K’m= Km 
[ Io]
1  
 KI 
berarti bahwa grafik antara K’m dengan [Io] tidak akan linier.
Persamaan untuk o yang diturunkan di atas adalah relatif
umum, karena tidak ada asumsi untuk harga Ki dan KI dan
dapat disederhanakan untuk kasus tertentu.
Jika ESI tidak terbentuk, maka KI =  persamaannya
menjadi inhibisi kompetitif tanpa melihat apakah inhibitor
terikat sisi ikatan yang sam dengan substrat atau tidak.
Jika kompleks ESI terjadi tetapi EI tidak, maka Ki =  dan
persamaan yang disederhanakan berubah menjadi inhibisi
un-kompetitif.
Jika KI = Ki, persaan akan menjadi inhibisi non-kompetitif
linier sederhana. KSB I : Inhibisi 55
Tabel 1. Penentuan jenis inhibitor campuran
berdasarkan parameter Mmax dan Km

Konst Para Posibi


Mix Kom Un- Non Jenis
anta meter lity
Vmax < Km < < Un &
Non Kom-
KI>Ki
Km > > < Km Kom & Non
Non
Vmax < Km < < Un &
Non Un-
KI<Ki
Km < > < Km Un & Non
Non
KSB I : Inhibisi 56
A.5. INHIBISI PARSIAL
• Kita menganggap kompleks enzim-inhibitor
merupakan kompleks “dead-end”, yaitu tidak
akan dihasilkan produk dari kompleks tersebut.
• Kalau kita lihat sistem umum yang diterangkan
sebelumnya dan menganggap bahwa hanya
terjadi inhibisi parsial dan kompelks ESI dapat
dipecah menhghasilkan produk sesuai dengan
persamaan :
k’2
ESI  E + P + I
• Dengan kondisi ini , laju awalnya adalah
KSB I : Inhibisi 57
[ES][I]
o = k2[ES] + k’2[ESI] = k2[ES] + k’2 
KI
 k ' 2 [ I ]
= k2[ES]  1  
 k2 KI 

• Dengan cara yang sama seperti sebelumnya,


maka didapat persamaan Michaelis-Menten
sebagai berikut :

KSB I : Inhibisi 58
 k ' 2 [ I ]
1  
 k2 KI 
Vmax [So] 
 [ Io]
1  
 KI 
o = 
 [ Io]
 1 
Km [So] + 
 Ki 
 [ Io]
1  
 KI 
• Dengan demikian plot Lineweaver-Burknya akan
linier, tetapi plot sekunder dari intersep atau slop
terhadap [Io] nya tidak linier.
KSB I : Inhibisi 59
A.6. INHIBISI SUBSTRAT
Karakteristik reaksi enzimatik adalah pada [E] yang
digunakan, [So] > maka o > sampai mencapai harga
tertentu, Vmax.
[So] >>>, laju awal kadangkala dijumpai lebih rendah
dari harga maksimumnya. Sementara diterangkan
karena adanya interaksi sistem yang diditeksi
dengan substrat, pada konsentrasi substrat yang
sangat besar, dapat menginhibisi reaksinya sendiri.
Contoh reaksi yang dikatalisis oleh suksinat
dehidrogenase, kedua gugus karboksil terikat pada
enzim, Gambar 13a. Pada [S] >>> kemungkinan
gugus karboksil dari dua molekul substrat yang
terpisah terikat pada enzim yang sama.
KSB I : Inhibisi 60
E E E

BS O OH
BS O O BS O O
C C C CH2 CH2 C
O O
CH2 CH
CS CS CS
CH2 CH
O
C C O
C CH2 CH2 C
BS O O BS O O
BS O OH

E---Suksinat E---Fumarat E-Suksinat


(a) (b)
Gambar 13. Reaksi suksinat [So] dikatalisis suksinat
dehidrogenase.
(a) [So] rendah terbentuk fumarat
(b) [So] >>> reaksi tidak berlangsung
KSB I : Inhibisi 61
Inhibisi substrat terjadi jika satu molekul substrat terikat
pada sisi yang berbeda dari enzim membentuk kompleks
‘dead-end”. Pola inhibitor ini mirip dengan inhibisi un-
kompetitif, dimana kelebihan substrat bertindak sebagai
inhibitor.
Seperti pembahasan sebelumnya maka persamaan laju
awal dari inhibisi un-kompetitif adalah sebagai berikut :
Vmax
 [So]
 [ Io] 
1  
 Ki 
o = 
Km
[So] + 
 [ Io] 
1  
 Ki 
KSB I : Inhibisi 62
karena inhibitornya identik dengan substrat,
maka persamaan tersebut menjadi :
Vmax
 [So]
 [ So]
1   Vmax [S o]
 Ki 
o =  = 
Km 
[So]  1 
[ So]
 Km
 Ki 
[So] + 
 [ So]
1  
 Ki 
Persaan ini sesuai dengan plot Gambar 13.
Pada [So] rendah, harga [So]/Ki dapat
diabaikan, sehingga persamaan tersebut
merupakan persamaan Michaelis-Menten.
KSB I : Inhibisi 63
Jika [So] sangat besar, maka :
 [ So]  [ So]
[So]  1   + Km  [So]  1  
 Ki   Ki 
sehingga persamaan dapat disederhanakan
menjadi :
Vmax
o = 
 [ Io]
1  
 Ki 
Bagaimanapun juga o akan menurun jika [So]
meningkat, seperti terlihat pada inhibisi substrat
pada konsentrasi substrat yang tinggi.
KSB I : Inhibisi 64
A.7. INHIBISI ALOSTERIK

inhibisi alosterik mempunyai peranan penting dalam


regulasi metabolik. Misalkan pada jalur biosintesis :
A  B  C  D  E  F
Produksi berlebihan dari F dapat dicegah, dan suplai
A dihemat dengan inhibisi balik (feedback inhibition),
dimana produk akhir F akan bertindak sebagai
inhibitor alosterik untuk enzim sebelumnya dari jalur
tersebut, misalkan untuk reaksi A  B.
Inhibitor alosterik adalah inhibitor yang terikat pada
sisi yang berbeda dengan sisi ikatan substrat.
KSB I : Inhibisi 65
Beberapa inhibitor dapat termasuk dalam inhibisi ini,
tetapi terminologi inhibisi alosterik biasanya
menyangkut pengaruh inhibitor terhadap perubahan
konformasi yang akan mempengaruhi karakter ikatan
enzim dengan substrat atau karakter reaksinya.
Plot Michaelis-Menten menjadi kurang hiperbolik dan
lebih sigmoidal, yang berarti bahwa laju reaksi
berkurang pada konsentrasi substrat yang rendah
tetapi tidak terpengaruh pada keadaan sebaliknya.
Jika karakter ikatannya terpengaruh, dan Vmax tidak
terpengaruh, maka pola inhibisinya adalah kompetitif,
tetapi jika Vmax nya terpengaruh akan memberi pola
inhibisi non-kompetitif atau campuran yang
bergantung pada berubah atau tidaknya harga Km.

KSB I : Inhibisi 66
Pada beberapa kasus, persamaan Michaelis-
Menten dan plot Lineweaver-Burknya tidak
terpengaruh oleh inhibitor alosterik sehingga
terminologi inhibisi kompetitif, non-kompetitif
atau campuran tidak berlaku secara ketat.
Hampir semua enzim yang dipengaruhi oleh
produk akhir termasuk dalam kelompok protein
oligomer, maka mekanisme inhibisi alosterik
mungkin melibatkan interaksi antara sub-unit
enzim tersebut. Sesuai dengan ini maka kontrol
alosterik, bukan aktivitas katalitik, dari beberapa
enzim akan hilang bila protein oligomer dipecah
menjadi unit monomernya.
KSB I : Inhibisi 67
B. INHIBISI IREVERSIBEL
Inhibitor irreversibel terikat pada enzim secara
ireversibel dan tidak bisa segera didisosiasi
karena biasanya ikatan yang terbentuk adalah
ikatan kovalen.
E + I  EI
Inhibitor dapat beraksi menutupi sisi ikatan atau
merusak beberapa bagian dari sisi katalitiknya.
Senyawa ireversibel yang akan mendenaturasi
enzim atau menyebabkan inaktivasi non-spesifik
dari sisi aktif enzim tidak selalu dianggap
sebagai inhibitor ireversibel.

KSB I : Inhibisi 68
Tidak ada proses yang ireversibel total, inhibitor
yang menunjukkan afinitas besar terhadap
enzim yaitu dengan konstanta disosiasi pada
tingkat 10-9 mol L-1 sering dianggap sebagai
irreversibel.
Inhibisi irreversibel akan segera membentuk
kompleks enzim-inhibitor yang stabil, susah
mendapatkan informasi tentang karakter
inhibitor ini pada penentuan laju awal reaksi.
Jika [I] >>>, semua molekul enzim akan terikat
dengan inhibitor sehingga aktivitas katalitiknya
akan menurun, bahkan sampai hilang.
KSB I : Inhibisi 69
Jika pengikatan terjadi pada sisi katalitik maka
akan merusak seluruh aktivitas katalitiknya,
sedangkan jika pengikatan terjadi pada sisi
ikatan maka akan menyisakan aktivitas
katalitiknya.
Inhibitor irreversibel akan mengurangi [Eo].
Inhibitor dengan konsentrasi awal [Io] dan tidak
dalam jumlah yang berlebih maka akan
mengurangi konsentrasi awal enzim dari [Eo]
menjadi [Eo] - [Io].
Jika substrat ditambahkan setelah terjadinya
ikatan EI, sistem akan mengikuti persamaan
Michaelis-Menten. Harga Km nya sama tetapi
Vmax akan berkurang menjadi V’max.
KSB I : Inhibisi 70
Tanpa inhibitor : Vmax = kcat [Eo]
Adanya inhibitor : V’max = kcat ([Eo] - [Io])
maka Vmax [Eo] - [Io]
 = 
V’max [Eo]
 [ Io] 
1  
jadi V’max = Vmax [Eo]  [ Eo]

Hasil yang sama terjadi pada reaksi inhibitor


enzim yang tidak komplet, dengan anggapan
derajat inhibisinya relatif konstan selama periode
laju awal pengamatan.
KSB I : Inhibisi 71
Pola yang terjadi mirip dengan inhibisi reversibel
non-kompetitif, tanpa perubahan harga Km tetapi
terjadi penurunan harga Vmax, meskipun
pengikatan terjadi pada sisi ikatan yang sama
dengan substrat.
Namun demikian harus ada perbedaan yang nyata
antara kedua tipe inhibitor, pada irreversibel
hubungan antara V’max dengan Vmax tidak
melibatkan Ki, sehingga harus ditentukan dulu
jenis inhibitor sistem yang diamati sebelum
menginterpretasi hasil yang didapat.

KSB I : Inhibisi 72
Banyak inhibitor irreversibel menyerang gugus
-SH (rantai samping sistein) yang sering dijumpai
pada sisi aktif enzim. Contohnya adalah pereaksi
alkilasi, seperti iodoasetat dan iodoasetamid yang
akan membentuk ikatan kovalen dengan gugus
esensial -SH :
- -
E SH + ICH2CO2 ES CH2CO2 + HI
enzim iodoasetat
Gugus lain adalah senyawa organofosforus yang
bereaksi dengan gugus esensial -OH (rantai
samping serin) dari enzim. Sebagai contoh adalah
senyawa diisopropilfosfofluoridat (DFP),
merupakan racun saraf yang menyerang enzim
saraf asetilkolinesterse,
KSB I : Inhibisi 73
OCH(CH3)2 OCH(CH3)2
E OH + F P O EOPO + HF
OCH(CH3)2 OCH(CH3)2
Enzim DFP

Inhibitor irreversibel penting dalam penentuan


sisi aktif enzim, karena inhibitor ini, tidak
seperti substrat, akan tetap terikat pada salah
satu asam amino dari enzim, sehingga berfungsi
sebagai marker untuk identifikasi.
Beberapa senyawa organofosforous juga
digunakan sebagai insektisida menggunakan
prinsip mekanisme yang sama.
KSB I : Inhibisi 74
Resume
Secara umum dapat diresume bahwa :
Inhibitor dikelompokkan menjadi Inhibitor
Reversibel dan Irreversibel.
Jenis inhibitor reversibel antara lain :
kompetitif, un-kompetitif, non-kompetitif,
camuran (mix), parsial, substrat dan alosterik.
Inhibitor irreversibel terikat pada enzim secara
ireversibel, menutupi sisi ikatan atau merusak
beberapa bagian dari sisi katalitiknya, dengan
konstanta disosiasi pada tingkat 10-9 mol L-1
sering dianggap sebagai irreversibel
KSB I : Inhibisi 75
Inhibitor kompetitif berkompetisi dengan
substrat untuk menempati sisi aktif yang sama
dari enzim. Pola karakteristik inhibitor ini sesuai
dengan persamaan Michaelis-Menten tetapi
harga Km akan meningkat sedangkan Vmax nya
tetap.
Inhibitor un-kompetitif terikat pada sisi ikatan
yang berbeda pada kompleks enzim-substrat.
Inhibitor ini mempengaruhi harga Km dan Vmax
nya tetapi tidak mempengaruhi slop dari plot
Lineweaver-Burk nya.

KSB I : Inhibisi 76
Inhibitor non-kompetitif terikat pada sisi ikatan
selain sisi ikatan substrat pada kompleks enzim-
substrat. Pola karakteristik inhibitor ini
berdasarkan persamaan Michaelis-Menten
dimana harga Km tetap sedangkan Vmax nya
menurun.
Inhibisi campuran (mixed inhibition)
mengikuti persamaan Michaelis-Menten tetapi
polanya tidak seperti inhibisi kompetitif, un-
kompetitif maupun non-kompetitif.
Plot sekunder dan plot Dixon dapat
digunakan untuk menentukan konstanta inhibitor
Ki.
KSB I : Inhibisi 77
Inhibisi alosterik memberikan karakteristik
reaksi yang lebih sigmoidal, dan memegang
peranan yang penting pada regulasi metabolik
dari sel hidup.
Semua tipe inhibisi digunakan pada riset
biokimia dan aplikasinya dalam berbagai bidang.
Inhibitor irreversibel dapat digunakan untuk
identifikasi asam amino yang terletak pada pusat
aktif enzim.

KSB I : Inhibisi 78
Tabel 1. Resume parameter inhibisi beberapa inhibitor
reversibel
Inhibitor Vmax Km Slope Keterangan
Tanpa inhibitor Vmax Km Km / Vmax
Kompetitif Vmax > Km >Km / Vmax Tidak merubah
Vmax
Un-kompetitif < Vmax < Km Km / Vmax Garis LB sejajar
Non-kompetitif < Vmax Km > Km / Vmax Memotong sumbu
x di – 1/ Km
Mix-inhibition < Vmax > Km > Km / Vmax Inhibisi Kompetitif-
KI > Ki Non-kompetitif
Mix-inhibition < Vmax < Km > Km / Vmax Inhibisi Non-
KI < Ki Kompetitif-Un-
Kompetitif
KSB I : Inhibisi 79

Anda mungkin juga menyukai