Anda di halaman 1dari 13

UPAYA-UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF

TERKAIT DENGAN PERENCANAAN


KELUARGA DAN KONTRASEPSI

Disusun Oleh :

Shelta Azalea P1337424417012


Rukma Tri Indriarti P1337424417020
Eva Triwinasih Rizkiyani P1337424417034
• Keluarga berencana adalah upaya pengaturan kehamilan bagi
pasangan usia subur untuk memmbentuk generasi penerus
yang sehat dan cerdas.

• Dalam rangka menegakkan upaya KB, pemerintah


bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga,
fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan
terjangkau oleh masyarakat (UU No.36, 2009)

• Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya


kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun
bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan cara,
alat atau obat – obatan (Proverawati, 2009).
A. Pengertian
• Pelayanan Keluarga Berencana merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sehingga
pelaksanaannya harus terintegrasi dengan program kesehatan
secara keseluruhan terutama kesehatan reproduksi. Dalam
pelaksanaannya pelayanan keluarga berencana mengacu pada
standar pelayanan dan kepuasan klien.
• Upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan. Contoh upaya promotif adalah
penyuluhan kb dan kontrasepsi.
• Upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit. Contoh upaya preventif
adalah penggunaan kb .
B. MANFAAT
• PERPRES NO.12 TAHUN 2013
Pasal 21 Ayat 1
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan :
• Penyuluhan kesehatan perorangan
• Imunisasi dasar
• Keluarga berencana
• Skrining kesehatan

Pasal 21 Ayat 3
• Pelayanan keluarga berencana sebagaimana di maksud
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi
keluarga berencana
Manfaat pelayanan upaya promotif dan preventif
meliputi pemberian pelayanan keluarga berencana :
1. Dapat menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh
lapisan masyarakat dan potensi yang ada.
2. Dapat meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta
kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap
dengan pelayanan bermutu.
3. Dapat mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan
tingkat kematian bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun serta
memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.
4. Dapat mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih
mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.
5. Dapat meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan
KB yang mampu memberikan pelayann KB yang dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi
dan kenyamanan yang memenuhi harapan.
C. UPAYA-UPAYA
Upaya promotif dan preventif di selenggarakan melalui
penyuluhan langsung maupun tidak langsung

• Media promotif :
Penyuluhan langsung oleh bidan/tenaga kesehatan
Penyediaan dan distribusi media promosi dengan
menggunakan :
 Leaflet
 Banner
 Filler edukasi
 Poster
 Dsb
Dalam upaya preventif yang dilakukan adalah penggunaan alat kontrasepsi, seperti :
 KB metode sederhana terdiri dari :

a. Kondom

b. Pantang berkala yaitu system kelender dan system suhu basal

c. Senggama terputus atau Koitus Interuptus

d. Spermisisda

 KB metode efektif terdiri dari:

a. Kontrasepsi hormonal

b. Kontrasepsi hormonal pil

c. Kontrasepsi hormonal suntikan

d. Kontrasepsi hormonal susuk (Implant)

 Metode kontrasepsi mantap pria (sterilisasi) atau yang dikenal dengan sebutan Metode
Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi

 Metode kontrasepsi mantap wanita (sterilisasi) atau yang dikenal dengan sebutan Metode
Operasi Wanita (MOW)/ Tubektomi (Manuaba, 2010).
• Upaya peningkatan mutu pelayanan KB dilaksanakan dengan
berkoordinasi dan bekerjasama antara Kementerian
Kesehatan, BKKBN dan Lintas Program dan Sektor terkait serta
profesi melalui pendekatan 3 sudut pandang: dari pengelola
program, pelaksana dan klien.
1. Dari sudut pandang pengelola program :

• Menjamin terselenggaranya pelayanan KB yang berkualitas agar dapat


diakses oleh semua lapisan masyarakat tanpa diskriminasi (status sosial,
budaya, ekonomi, pendidikan dan geografi)
• Memastikan penggunaan standar pelayanan KB bagi petugas kesehatan
termasuk standar pencegahan infeksi, sesuai dengan Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi(BP3K).
• Menjamin terlaksananya sistim rujukan pelayanan KB mulai dari tingkat
pelayanan dasar sampai rujukan
• Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten dalam pelayanan
KB, melalui peningkatan kemampuan bidan dan dokter umum di fasilitas
pelayanan kesehatan.
• Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana untuk pelayanan KB
yang berkualitas, penyediaan alat dan obat kontrasepsi serta bahan
habis pakai.
• Menjamin terselenggaranya KIE dan konseling KB agar meningkatkan
kesertaaan aktif berKB
• Memantau dan menilai mutu pelayanan KB yang dilaksanakan
berdasarkan hasil analisis data pelayanan KB.
• Menjamin pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB
dengan menggunakan konsep wilayah
• Membentuk tim jaga mutu pelayanan KB yang terdiri dari Dinas
Kesehatan, BKKBN, RS, profesi dan Lintas Sektor lainnya untuk
melakukan upaya pemantauan, penilaian dan bimbingan meliputi
aspek teknis medis dan manajemen.
2. Dari sudut pandang klien :
• Hak mendapatkan informasi yang lengkap dan benar tentang :
1. Berbagai metode kontrasepsi yang ada
2. Kemungkinan terjadinya efek samping/ komplikasi/
kegagalan
3. Penggunaan kontrasepsi yang rasional
4. Tempat pemberian pelayanan kontrasepsi
• Hak akses terhadap pelayanan KB, tanpa diskriminasi
• Hak memilih jenis kontrasepsiyang diinginkan, sepanjang
memenuhi syarat kesehatan, dalam hal ini termasuk hak untuk
memilih tempat dan pemberi pelayanan KB
• Hak mendapatkan pelayanan yang berkualitas, berarti pelayanan
KB yang diterima sesuai standar
• Hak privasi, artinya klien perlu dihormati harkat dan
martabatnya dengan memberikan pelayanan ditempat
sesuai standar.
• Hak atas kerahasiaan, artinya data dan informasi tentang
klien harus dijaga kerahasiaannya, juga alat kontrasepsi
yang digunakan klien tidak boleh disebarluaskan
• Hak dihormati atau dihargai, dimaksudkan bahwa semua
klien mendapat perlakuan yang sama dan adil dengan
tanpa diskriminasi dengan tidak membedakan status sosial,
ekonomi, pendidikan, agama, suku atau lainnya
• Hak mendapat kenyamanan dalam pelayanan, termasuk
waktu tunggu yang tidak terlalu lama dan ruang tunggu
yang nyaman
• Hak atas kelanjutan pelayanan, yaitu jaminan atas
kelanjutan ketersediaan alat/ obat kontrasepsi yang
dipilihnya, termasuk juga adanya tempat rujukan
3. Dari sudut pandang pelaksana pelayanan
• Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui
pendidikan berkelanjutan, pelatihan, magang yang
dilaksanakan melalui kerjasama dengan pusat pendidikan,
pusat pelatihan dan organisasi profesi.
• Menerapkan standar pelayanan KB yang telah ditetapkan,
termasuk melaksanakan pencegahan infeksi , pengayoman
medis dan rujukan
• Memberikan pelayanan KB yang berkualitas sesuai harapan
dan kebutuhan klien serta tanpa diskriminasi (status sosial,
budaya, ekonomi, pendidikan dan geografi)
• Aktif dalam program jaga mutu, termasuk audit medik
pelayanan KB.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan KB

Anda mungkin juga menyukai