Anda di halaman 1dari 28

ANESTESI PADA OPERASI

ORTHOPEDI
PENDAHULUAN

• Pemberian anestesi untuk bedah ortopedi :

- pengaturan posisi khusus (mengurangi resiko trauma saraf


perifer)

- pengetahuan mengenai adanya kemungkinan kehilangan darah


yang banyak di dalam operasi

- serta pengenalan tentang pentingnya analgesia post operasi


dan ambulasi yang cepat
• Prosedur bedah ortopedi yang sering digunakan anestesi
regional

• resiko -> trombosis vena dalam.

• penting untuk seorang ahli anestesi -> untuk memperhatikan


interaksi antara obat anti koagulan dan anti trombosit dengan
obat-obat dan teknik anestesi (terutama anestesi regional).
PENANGANAN PRE OPERATIF

• Pemeriksaan pasien dilakukan untuk memeriksa adanya


• 1. masalah klinis,
• 2. riwayat komplikasi pemberian anestesi sebelumnya,
• 3. kesulitan jalan nafas, dan
• 4. pertimbangan yang berhubungan dengan posisi pasien intra
operatif.
PENANGANAN PREOPERATIF PADA
PASIEN BEDAH ORTHOPEDI
• Masalah klinis yang muncul
• Penyakit arteri koroner (pertimbangkan beta bloker post operatif)
• Artritis reumatoid (penanganan dengan steroid)

• Pemeriksaan Fisik
• Mulut terbuka / ekstensi leher
• Adanya infeksi dan abnormalitas anatomi pada daerah yang akan diberikan
anestesi regional.
• Penyakit artritis dan keterbatasan posisi pasien
PEMILIHAN TEHNIK ANESTESI

• Keuntungan anestesi regional dibandingkan anestesi umum


pada prosedur bedah ortopedi
• Memberikan analgesia post operasi
• Menurunkan kejadian mual dan muntah
• Berkurangnya depresi terhadap pernafasan dan sirkulasi
• Blok sistem saraf simpatis dapat mencegah pertusi
• Mengurangi kehilangan darah intra operatif
• Menurunkan tekanan darah
• Mendistribusi aliran darah ke pembuluh-pembuluh darah besar
• Menurunkan tekanan vena setempat
OPERASI PADA TULANG BELAKANG

1. Trauma medula spinalis.


2. Intubasi trakea.
3. Pertimbangan dari aspek pernafasan termasuk ketidakmampuan untuk
batuk dan pembersihan sekret.
4. Pertimbangan kardiovaskuler.
5. Hiperkalemia.
6. Kontrol suhu.
7. Menjaga integritas medula spinalis.
8. Hiperrefleks autonom.
SKOLIOSIS

1. Pertimbangan dari aspek pernafasan.


2. Pertimbangan kardiovaskuler.
- Hipoksia alveolar yang memanjang
3. Pendekatan dan posisi operasi
4. Manajemen anestesi
• - Cadangan respirasi diperoleh melalui toleransi latihan, pengukuran
kapasitas vital, dan analisa gas darah arteri.
• - Transfusi darah autolog biasanya direkomendasikan (biasanya empat unit
atau lebih dapat dikumpulkan dalam beberapa bulan sebelum operasi).
• Pertimbangan anestesi untuk operasi koreksi skoliosis dengan fusi vertebra
dan pengaturan alat harus dipertimbangkan. 
5. Memonitor
PERTIMBANGAN ANESTESI
UNTUK BEDAH
KOREKSI PADA SKOLIOSIS

• Penanganan dengan posisi prone


• Hipotermi (disebabkan karena prosedur yang lama dan
luasnya daerah yang terkena)
• Banyaknya kehilangan darah dan cairan
• Menjaga integritas dari medula spinalis
• Pencegahan dan penanganan emboli udara pada vena
• Mengurangi kehilangan darah dengan teknik anestesi
hipotetik
MEMONITOR PASIEN YANG MENJALANI
OPERASI SKOLIOSIS
• Kanulasi arteri radialis (pengukuran langsung tekanan darah dan pemasukan
gas darah)
• Kateter vena sentral (terapi dengan mengevaluasi udara pada darah dan
cairan yang teraspirasi dapat menimbulkan emboli udara pada vena)
• Kateter arteri pulmoner (hipertensi pulmonal)
• Memonitor fungsi saraf (diagnosis yang tepat dari perubahan neurologis dan
intervensi dini)
• Membangkitkan potensial somatosensorik
• Potensial motor yang dibangkitkan
• Tes bangun
PENYAKIT DEGENERATIF PADA
KOLUMNA VERTEBRALIS

1. Stenosis spinal, spondilosis, dan spondilolistesis.


2. Pendekatan dan posisi operasi
- Laminektomi servikal paling sering dilakukan pada pasien dengan posisi prone
- Intubasi dengan bantuan fiber optic mungkin diperlukan pada pasien dengan
pergerakan servikal yang sangat terbatas
- Keuntungan dari posisi duduk pada pasien laminektomi servikal yaitu
memungkinkan lapangan operasi yang bebas darah tapi beresiko untuk terjadinya
emboli udara pada vena.
3. Manjemen anestesi
- Anestesi umum paling sering dipilih pada operasi tulang belakang (menjamin
akses jalan nafas dan dipakai pada operasi yang memanjang)
PENGAWASAN MEDULLA SPINALIS

1. Paraplesia
2. Test wake up
3. Pemantauan neurofisiologis
4. Kehilangan darah
• -Kombinasi dari agen hipotensi intravena dan gas anestesi dipakai secara teratur
dengan tujuan untuk menurunkan angka kehilangan darah selama operasi.
• Koagulopati peri operasi dari dilusi faktor-faktor pembekuan dan/atau trombosit atau
fibrinolisis dapat diprediksi dari penilaian PT dan APTT.
5. Penurunan daya penglihatan setelah operasi
tulang belakang
6. Emboli udara pada vena
7. Perawatan post operasi
ANESTESI EPIDURAL DAN SPINAL SETELAH OPERASI TULANG BELAKANG

• Perubahan struktur anatomi setelah operasi vertebra membuat


penempatan jarum dan kateter menjadi lebih sulit.
• Jika menggunakan teknik regional, teknik anestesi spinal
mungkin bisa lebih dipercaya dibandingkan anestesi epidural.
• Pemberian anestesi regional sebaiknya dihindari pada pasien
dengan stenosis spinal post operasi atau perubahan degeneratif
vertebra dan/atau timbulnya gejala.
OPERASI PADA EKSKREMITAS ATAS

• diperiksa preoperatif :
1. defisit neurologis ;
- saraf perifer (transposisi nervus ulnaris pada siku dan pergeseran nervus
median pada carpal tunnel di pergelangan) atau dapat menyebar ke
- struktur saraf yang lain (artroplasti bahu total atau fraktur pada humerus
proksimal).
2. Posisi operasi yang tidak tepat, penggunaan torniket, dan balutan
konstriktif dapat juga menyebabkan iskemia neurologis peri operatif.
3. Pemilihan anestesi lokal harus didasarkan pada durasi dan derajat sensoris
dan atau diperlukan blok motoris (anestesi yang panjang pada ekstremitas
atas dibandingkan dengan ekstremitas bawah bukanlah kontraindikasi untuk
pemulangan pasien)
OPERASI PADA BAHU
DAN LENGAN ATAS
1. defisit neurologis pada pasien yang akan menjalani tipe operasi seperti ini
memperlihatkan pentingnya pemeriksaan klinis sebelum dilakukan anestesi regional.
- Artroplasti bahu total dapat dihubungkan dengan defisit neurologis post operasi (trauma
pleksus brakialis)
- Kelumpuhan nervus radialis berhubungan dengan fraktur korpus humerus dan trauma
saraf aksilaris berhubungan dengan fraktur humerus proksimal
2. Pendekatan dan posisi operasi
3. Penanganan Anestesi
• Operasi pada bahu dan humerus dapat dilakukan di bawah pengaruh anestesi
regional (blok pleksus supraklavikula brakial dan interskalenus) atau anestesi
umum.
• Parese diafragmatik ipsilateral dan 25% kekurangan fungsi pulmoner dihasilkan
dari blok interskalenus. Oleh karena itu, dikontraindikasikan pada pasien dengan
penyakit pulmoner yang berat.
OPERASI PADA SENDI SIKU

• Teknik anestesi regional sesuai untuk prosedur operasi pada humerus


distal, sendi siku, dan telapak tangan.

• Blok supraklavikula pada pleksus brakialis lebih dapat dipercaya


daripada blok aksiler (kemungkinan tidak memblok nervus
muskulokutaneus) tapi dapat memberikan resiko pneumotoraks
(biasanya bermanifestasi dalam 6-12 jam setelah pemulangan pasien
dimana pada saat itu, foto dada post operasi tidak banyak membantu).
OPERASI PADA TANGAN DAN
PERGELANGAN TANGAN
• Blok pleksus brakialis (blok aksiler) lebih umum dipakai untuk prosedur
pembedahan pada pergelangan tangan, sendi siku dan tangan.
• Blok inteskalenus jarang digunakan pada prosedur pembedahan tangan
dan pergelangan tangan karena adanya kemungkinan blok yang tidak
komplit dari nervus ulnaris (15-30 % pasien), sementara blok
supraklavikula memberikan resiko terjadinya pneumotoraks.

• Anestesi regional intravena (Blok Bier) dapat menggunakan torniket,


tapi memiliki kekurangan yaitu berupa durasi yang terbatas (90-120
menit), kemungkinan toksisitas sistemik dari anestesi lokal, dan
hilangnya pengaruh anestesi yang cepat (dan analgesia post operasi)
saat torniket dilepas.
• 
OPERASI PADA EKSKREMITAS BAWAH

• Prosedur ortopedi pada ekstremitas bawah dapat dilakukan


dengan pengaruh anestesi umum atau regional
OPERASI PADA PANGGUL

• Pendekatan dan posisi operasi.


• Posisi lateral sering digunakan dalam pembedahan artroplasti total sendi
panggul, dan meja fraktur sering digunakan untuk operasi perbaikan fraktur
femur.
• Perubahan hemodinamik pasien harus diawasi dengan baik saat memposisikan
pasien di bawah anestesi umum atau regional (hidrasi yang adekuat dan
pergerakan bertahap mengurangi penurunan tekanan darah).
• Perhatikan alas dan posisi lengan dan hindarkan dari penekanan pleksus
brakialis (“chest roll” diletakkan di kaudal aksilla untuk menyokong bagian atas
dari toraks).
• Teknik anestesi.
• Anestesi epidural atau spinal cukup sesuai untuk tindakan pembedahan pada
panggul.
• Dengan anestesi umum, dapat diciptakan suatu hipotensi terkendali yang
mengurangi kehilangan darah saat pembedahan.
•  
OPERASI PADA KAKI DAN
PERGELANGAN KAKI
• Pemilihan teknik anestesi regional didasarkan pada lokasi pembedahan,
penggunaan torniket (penggunaan torniket tekanan tinggi selama 15-20
menit memerlukan anestesi neuraksial atau umum) dan diperlukan
analgesia post operasi.

• Blok saraf perifer (nervus femoralis dan sciatic) memberikan efek


anestesi yang cukup untuk pembedahan pada kaki dan pergelangan
kaki.
ANALGESIA POST OPERASI

• Analgesia sistemik.
• Pemberian opioid
• Blok neuroaksial dan perifer.
• Analgesia epidural lebih baik dalam mengurangi nyeri dan rehabilitasi
post operasi yang lebih cepat dibandingkan pasien yang dapat
mengontrol sendiri rasa nyerinya.
• Blok saraf femoralis yang berlanjut mungkin bisa menjadi alternatif
selain analgesia epidural.
• Anestesi lokal dengan injeksi intraartikuler dan/atau opioid sering
dilakukan setelah bedah artroskopi sendi lutut.
TEKNIK-TEKNIK ANESTESI UNTUK OPERASI
UMUM PADA KAKI DAN PERGELANGAN KAKI.

  Tindakan bedah Teknik regional Keterangan

Kaki Blok Metatarsal, pergelangan kaki dan


Hallux valgus Blok saraf suralis perlu untuk pembedahan
bawah poplitea

Blok poplitea merupakan teknik pilihan bila


  Amputasi Blok pergelangan kaki, poplitea
ada infeksi atau pembengkakan.

Kaki Amputasi
Blok poplitea, pergelangan kaki
tengah transmetatarsal

Kaki Artroskopi Anestesi spinal, epidural atau anestesi Tipe operasi yang membutuhkan relaksasi otot yang baik
belakang pergelangan kaki umum untuk manipulasi; torniket paha

Perbaikan tendo Anestesi spinal, epidural atau blok Anestesi spinal atau epidural bila dibutuhkan torniket pada
 
Achilles poplitea paha

Fraktur Anestesi spinal, epidural atau blok


  Blok epidural dibutuhkan sampai blok L5-S1
pergelangan kaki poplitea

Lebih dipilih teknik neuraksial untuk penanaman graft tulang;


  Triple arthrodesis Anestesi spinal atau epidural
blok poplitea untuk analgesia post operasi.
PERTIMBANGAN ANESTESI UNTUK BEDAH
MIKROVASKULER PADA OPERASI
PENYAMBUNGAN ANGGOTA GERAK.
a. Pertahankan aliran darah melalui anastomosis mikrovaskuler
b. Pertimbangan posisi berhubungan dengan tindakan bedah yang lama.
c. Mengganti kehilangan darah dan cairan.
d. Pilihan anestesi (anestesi regional sering dikombinasi dengan anestesi
umum)
BEDAH ORTHOPEDI PADA PEDIATRIC

• Teknik-teknik anestesi regional dapat diterima oleh pasien


pediatri khususnya yang berumur 7 tahun ke atas.

• Anestesi regional intravena khususnya berguna pada pasien


pediatri yang akan menjalani tindakan bedah minor seperti
reduksi tertutup pada fraktur lengan bawah.
PERIMBANGAN LAIN

1. Anestesi untuk tindakan ortopedi non bedah

- tindakan minor (pemasangan gips dan ganti pembalut pada


pasien pediatri serta pengangkatan pin) membutuhkan sedasi
ringan, dimana tindakan yang melibatkan manipulasi tulang dan
sendi (relaksasi panggul dan bahu serta reduksi tertutup pada
fraktur) biasanya membutuhkan anestesi umum atau regional.
2. Anestesi regional pada pasien rawat jalan

- Kriteria pemulangan pasien umumnya di


lakukan jika intake oral, ambulasi, dan sistem pembuangan pasien sudah
pulih benar. Namun, pasien yang telah menjalani teknik neuroaksial tidak
diperbolehkan pulang sampai bloknya hilang secara menyeluruh (keperluan
untuk segera buang air pada pasien masih kontroversial).
3. Torniket
• Ada perbedaan pendapat mengenai berapa tekanan torniket yang diperlukan
untuk mencegah perdarahan (biasanya 100 mmHg di atas tekanan diastolik
pasien di kaki dan 50 mm Hg di atas tekanan sistolik di lengan pasien).
• Durasi yang aman dari inflasi torniket
• Transien asidosis metabolik sistemik dan peningkatan PaCO2 (1-8 mmHg)
dapat timbul setelah deflasi torniket.
• Nyeri torniket di samping anestesi operatif yang adekuat timbul setelah 45
menit
• Selama pembedahan nyeri ini dihilangkan dengan opioid dan hipnotik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai