Anda di halaman 1dari 10

MATERI PELAJARAN BUDAYA MELAYU RIAU

KELAS 5
BAB II (PANTUN, SYAIR, DAN GURINDAM)
KD 3.1 Mengidentifikasi puisi tradisional Melayu bertuliskan Arab Melayu
(Pantun, Syair dan Gurindam)
Tujuan pembelajaran :
1. Memahami puisi tradisional Melayu bentuk pantun, syair dan
gurindam
2. Mengetahui contoh pantun, syair dan gurindam
3. Melantunkan pantun, syair dan gurindam
4. Menulis pantun, syair dan gurindam dari tulisan latin ke tulisan arab
Melayu.
1. PANTUN
Pantun mengandung makna tersusun yang baik dan indah. Berpantun
berarti menyusun kata-kata yang baik dan indah untuk mengungkapkan
perasaan, pertanyaan, ataupun gagasan dan ide.
Ciri khas pantun, sebagai berikut:
• Tiap bait terdiri dari empat baris
• Bersajak/rima (a-b-a-b)
• Tiap larik terdiri atas empat kata
• Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata
• Baris pertama dan kedua sebagai pembayang (sampiran), baris ketiga dan
keempat merupakan isi pantun
Pembayang (sampiran) pada dasarnya adalah pembuka dari isi pantun
yang terdapat pada larik ketiga dan keempat.
Contoh pantun
Di jalan tak sengaja berjumpa daun sugi (a)
Ingat manfaat, lantas cepat dibawa (b)
Tiada belajar tiada yang rugi (a)
Kecuali diri sendiri di masa tua (b)

Mawar merah melati putih (a)


Bunga anggrek pun banyak gunanya (b)
Mari biasakan hidup bersih (a)
Buanglah sampah pada tempatnya (b)
2. Syair
Syair berasal dari bahasa Arab syiir atau su’ur yang berarti perasaan. Beberapa
jenis irama syair, yaitu surat kapal, selendang kapal atau siti zubaidah, dandan
setia, syair burung, dan dodoi.
Ciri-ciri syair :
• Empat larik serangkap
• Bersajak/rima (a-a-a-a)
• Tiap larik terdiri atas empat kata
• Setiap larik terdiri atas 8-14 suku kata
• Semua larik adalah isi (syair tidak mempunyai sampiran seperti pantun)
• Satu rangkap menjadi satu kesatuan ide untuk membina suatu media yang
lengkap,sesuai dengan isi dan tujuan. Satu rangkap akan diikuti rangkap-
rangkap yang lain.
Contoh Syair
1.Bismillah itu permulaan kalam 3. Sesudah selawah yang akhir
Sunat disebut siang dan malam Dikarang pula suatu syair
Sekalian ambia dan umat islam Hamba menyurat bukanlah mahir
Untuk meneguh iman didalam Bertambah pula dawatnya cair

2. Memuji Allah sudahlah tentu 4. Itupun kodrat Tuhan yang Esa


Selawakan Nabi Ailayshalawatu Kalbu dalam rasa binasa
Duduk mengarang dagang piatu Hati berminat senantiasa
Gundah gulana bukan sesuatu Siang dan malam terasa-rasa
3. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama Melayu yang mengandung petuah atau
nasihat.
Ciri-ciri gurindam:
• Disusun atas dua bait
• Setiap bait terdiri dari dua larik dengan rima sama
• Larik pertama berisikan persoalan, masalah atau perjanjian
• Larik kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian
pada baris pertama
• Setiap bait gurindam menjadi satu kesatuan yang utuh
Contoh Gurindam
GURINDAM DUA BELAS
karya: Raja Ali Haji
Pasal yang pertama:

Barang siapa tiada memegang agama,


Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat.
Pasal yang kedua:

Barang siapa mengenal yang tersebut,


Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.
Pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata,


Sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadaiah damping.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjaian yang membawa rugi.
Pasal yang keempat:

Hati itu kerajaan di daiam tubuh,


Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
Itulah perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
Mulutnya itu umpama ketor.
Di mana tahu salah diri,
Jika tidak orang lain yang berperi.

Anda mungkin juga menyukai