PENELITIAN
BISNIS
PENDAHULUAN
A. Pengertian Penelitian
Suatu upaya sistematis dan terorganisasi untuk
menyelidiki suatu masalah yang muncul dalam dunia
kerja yang memerlukan solusi.
Suatu investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris,
dan kritis mengenai suatu fenomena yang menjadi
perhatian pengambil keputusan manajerial.
Suatu penyelidikan secara sistematis, terkendali,
empiris dan kritis dari fenomena yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan manajerial :
Perumusan Maslah
Kerangka Teoritis:
-Definisi Variabel
Tidak
Perumusan Maslah
Desain Riset :
-Metode Analisis
-Sistimatika Lab
Laporan : Data :
-Penulisan
-Pengumpulan
-Presentasi Ya
-Analisis
-Interpelasi
rxy = SSxy)/(SSxxSSyy)
4. Studi kausalitas adalah penelitian yang menunjukkan
arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, di samping mengukur kekuatan hubungannya.
Analisis kausalitas dibedakan menjadi :
1. Kausalitas satu arah,
X Y, artinya X menyebabkan Y
Y X, artinya Y menyebabkan X
2. Kausalitas dua arah :
Y X, artinya ada hubungan simultan antara Y dan
X karena Y menyebabkan X,
dan X mentebabkan Y.
Persamaan, kedua metode penelitian ini berusaha untuk melihat
adanya hubungan sebab-akibat, juga meliputi perbandingan
antargrup.
Perbedaaan utama, antara keduanya bahwa dalam penelitian
eksperimental, pernyataan “sebab” dikendalikan, sedang
dalam penelitian kausal komparatif tidak.
5. Dalam studi eksperimental, peneliti mengendalikan paling tidak
satu variabel bebas dan mengamati akibat yang terjadi kepada satu
atau lebih variabel terikat. Esensi dari eksperimen adalah
pengendalian.
Contoh penelitian
• Pengaruh kausal
jenis komparatif
kelamin terhadap: keberhasilan lulusan Program
Magister ekonomika Pembangunan (MEP). Variabel bebas adalah jenis
kelamin, sedangkan variabel terikat adalah keberhasilan kerja.
Keberhasilan lulusan MEP pria akan dibandingkan dengan keberhasilan
lulusan MEP wanita.
• Dampak tingkat kedewasaan orang tua terhadap tingkat absensi
karyawan. Variabel bebas adalah kedewasaan orang tua (karyawan
mempunyai orang tua yang bersikap dewasa ataukah tidak), variabel
terikat adalah absensi. Kedua grup karyawan diidentifikasi, kemudian
absensi dari kedua grup karyawan tersebut diperbandingkan.
6.Penelitian kausal komperatif, variabel bebas merupaka
hal yang sudah terjadi dan tidak dikendalikan.
Pohon Keputusan
Hubungan
Untuk Memilih Metode
Variabel Bebas Prediksi
Penelitian Kondisi
sebab- Dikendalikan Hubungan Sekarang
Akibat Y Eksperim
ental
Kausal Komparatif
Y
Korelasional Deskriptif
Y Y
Historis
PARADIGMA
ILMU
PARADIGMA ILMU
POSITIVISTIK : FENOMENOLOGIS :
▪Hukum/prosedur baku ▪Pengalaman sehari-hari
▪Deduktif ▪Induktif
▪Nemotetik (Hukum kausal Universal) ▪Idiografik
▪Diperoleh dari Indra (Deskripsi realitas)
▪Bebas nilai (Fakta & Nilai Pisah) ▪Pemahaman makna
▪Tidak bebas nilai
KARAKTERISTIK PENELITIAN
KUANTITATI KUALITATIF
F ▪Situasi alamiah
▪Bertujuan ▪Analisis induktif
▪Sistematik ▪Kontak Langsung
▪Terkendali ▪Perspektif holistik
▪Objektif ▪Netralitas empatik
▪Tahan Uji ▪Fleksibilitas desain
▪Instrumen kunci : Peneliti
Tabel 1.
Karakteristik Penelitian Kuantitatif dan
KARAKTERISTI Kualitatif
KUANTITATIF
K KUALITATIF
Istilah - Experimental - Etnografi
- Studi lapangan
- Data “Kasar” - Data lunak (soft data)
- Perspektif - Interaksi simbolik
- Empiris - Perspektif dalam naturalisme
Konsep
(Concepts)
teoritis
untuk membangun kerangka teoritis.
5 faktor yang memberikan peranan penting yang harus
dipenuhi dalam membangun kerangka teoritis adalah:
1. Variabel yang relevan harus dapat dijelaskan dan disebutkan
dalam diskusi.
2. Diskusi haruslah dapat meuwujudkan bagaimana dua atau lebih
variasi itu berhubungan satu sama lain.
3. Jika jenis dan arah hubungan tadi dapat diterima secara
teori berdasarkan atas penelitian sebelumnya, maka harus ada
indikasi pada diskusi apakah hubngan tadi bersifat positif atau
negatif.
4. Harus ada penjelasan secara jelas kenapa kita akan
mengharapkan hubungan tersebut terus bertahan.
5. Skema diagram yang menjelaskan kerangka teoritis harus dapat
diperlihatkan sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah
bagaimana hubungan antar variabel secara teoritis.
Diagram Skematis Kerangka Teoritis
dengan Memasukan Intervening
Variabel
Diagram Skematis Kerangka Teoritis
dengan Memasukan Moderating
Variabel
Hipotesis
Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu perjalanan
sementara tentang perilaku atau keadaan tertentu
yang telah terjadi atau akan terjadi atau akan
terjadi. Hipotesis merupakan pernyataan peneliti
tentang hubungan antara variabel-variabel dalam
penelitian, serta merupakan pernyataan yang
paling spesifik.
Fungsi Hipotesis
Fungsi dari hipotesis sebagai pedoman untuk dapat
mengarahkan penelitian agar sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
Karakteristik Hipotesis
1. Konsisten dengan penelitian sebelumnya
Hipotesis harus rasional
Mengikuti penelitian yang telah ada dan mengundang penelitian berikutnya.
Mempunyai kontribusi terhadap teori dan praktek untuk manajemen dan
ekonomi.
2. Penjelasan yang masuk akal
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang ada, oleh karena itu
sudah seharusnya merupakan penjelasan yang masuk akal.
3. Perkiraan yang tepat dan teratur
Pernyataan perkiraan hubungan (atau perbedaan) antara dua (atau lebih) variabel
secara jelas dan tepat, serta menidentifikasi variabel tersebut dalam terminologi
operasional dan terukur.
4. Dapat diuji
Hipotesis yang dinyatakan dengan formulasi yang baik akan dapat diuji melalui
uji hipotesis. Berdasarkan dat yang dikumpulkan, dapat dilakukan uji hipotesis
sehingga dapat diketahui apakah hipotesis yang telah disusun dapat diterima atau
ditolak.
Jenis Hipotesis
Hipotesis dapat diklarifikasikan melalui:
• Bagaimana hipotesis tersebut diperoleh (diturunkan).
Disini dibedakan antara hipotesis induktif dan hipotesis deduktif.
Hipotesis induktif, akan menyusun generalisasi berdasarkan
observasi. Hal ini sangat berguna, namun mempunyai
keterbatasan dalam bidang terapan ilmu dalam arti belum tentu
hasil generalisasi ini benar dapat digunakan dalam bidang yang
lebih luas.
Hipotesis deduktif menggunakan perluasan logika dari penemuan-
penemuan yang telah ada, atau didasarkan pada hal-hal yang
bersifat umum yang telah diterima kebenarannya. Dengan kata
lain, hipotesis deduktif adalah bergerak dari hal-hal yang bersifat
spesifik.
• Bagaimana hipotesis dinyatakan.
Hipotesis diklarifikasikan sebagai hipotesis penelitian
dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan (deklaratif), sedangkan
hipotesis statistik dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternatif (Ha).
Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang dinyatakan
dengan jelas dan ringkas, menyatakan hubungan
antara dua variabel dan menjelaskan variabel tersebut
dalam terminologi operasional yang terukur.
Contoh untuk penelitian eksperimental adalah:
Seseorang yang memperoleh perlakuan
perawatan tertentu akan dapat menyelesaikan tugas
tertentu dengan lebih baik daripada seseorang
lain yang tidak memperoleh perlakuan tersebut
Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan bagian yang sangat penting
di dalam penelitian. Bagian ini yang menentukan
apakah penelitian yang dilakukan cukup ilmiah
atau tidak.
Kerangka Sampel
Reperesentasi fisik dari objek, Individu, Kelompok,
yang sangat penting dalam penentuan sampel
Sampel
Suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi.
Misalnya, suatu perusahaan sedang diaudit
tingkat kesalahan dalam pencatatan rekeningnya.
Daripada mengamati semua rekening dalam suatu
perusahaan yang jumlahnya, misalnya 5.500
rekening, seorang auditor bisa saja memilih dan
mengamati sampel hanya sebanyak 100 rekening
Alasan Pemilihan Sampel
Dalam penelitian, seorang peneliti seringkali menggunakan sampel dengan
beberapa pertimbangan. Inilah yang disebut dengan sampling, yaitu proses
memilih sejumlah elemen dari populasi yang mencukupi untuk
mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi
(Sekaran, 2000 : 268).
1. Kendala Sumberdaya
Kendala waktu, dana dan sumber daya lain yang terbatas
jumlahnya. Penggunaan sampel akan menghemat sumberdaya
untuk menghasilkan penelitian yang lebih dapat dipercaya daripada
sensus
2. Ketepatan
Melalui pemilihan desain sampel yang baik, peneliti
akan memperoleh data yang akurat, dengan tingkat
kesalahan yang relatif rendah.
3. Pengukuran Destruktif
Kadang-kadang pengukuran yang dilakukan merupakan
pengukuran destruktif. Sebagai contoh, apabila
perusahaan kita memproduksi ban dan kita harus
menguji seberapa kemampuan tiap ban dalam
menyimpan udara dengan meniup setiap ban sampai
meletus, maka kita tidak memiliki lagi ban yang dijual
ke pasar.
Tahapan Pemilihan
Sampel
Penentuan target Populasi
Pelaksanaan Penelitian
Karakteristik Sampel yang Baik
Sampel yang baik umumnya memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik yang dimaksud setidaknya meliputi :
1. Memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besaran sampel
untuk memperoleh
2. Mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis untuk
menjadi sampel
3. Memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh
(misalnya kesalahan) dalam pemilihan sampel daripada harus
melakukan sensus.
4. Memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dai sampel
statistika.
A. Beberapa Metode Pemilihan Sampel
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random sampling)
Sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit
penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih sebagai sampel
2. Pengambilan Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
Suatu metode pengmabilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja
dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya
dipilih secara sistematis meirut suatu pola tertentu
Contoh : andaikan satuan-satuan elementer dalam suatu populasi
berjumlah 50, yang diberi nomor urut dari 1 sampai 50, dan besar sampel
yang akan
diambil 10, maka :
10
50
k 5
3. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana
(Simple Cluster Sampling)
Dalam praktek, kerangka sampel (sampling frame) yang
digunakan untuk dasar pemilihan sampel tidak tersedia atau
tidak lengkap, dan biaya untuk membuat kerangka sampel
tersebut terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke alam gugus-
gugus yang disebut clusters, dan ini akan merupakan satuan-
satuan darimana sampel akan diambil. Jumlah gugus yang
diambil sebagai sampel harus secara acak. Kemudian unsur-
unsur penelitian dalam gugus–gusus tersebut
Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti besarnya penapatan
per bulan dari tiap-tiap keluarga di suatu desa. Karena tidak
terdapat data mengenai jumlah keluarga di desa tersebut, maka
desa tersebut dibagi menjadi dukuh-dukuh. Dukuh itu
dijadikan gugus atau unsur sampling. Dukuh yang ada diberi
nomor, dan dipilih secara acak sebuah dukuh atau lebih
sebagai sampel. Karena unsur penelitian adalah keluarga atau
Rumah Tangga, maka semua Rumah Tangga yang ada dalam
gugus yang terpilih yang diteliti
5. Pengambilan Sampel gugus Bertahap (dua
atau lebih)
Dalam praktek sering kita jumpai populasi yang
letaknya sangat tersebar secara geografis, sehingga
sangat sulit untuk mendapatkan kerangka sampel
dari unsur-unsur yang terdapat dalam populasi
tersebut.
Untuk mengatasi hal ini maka unit-unit analisa
dikelompokkan ke dalam gugus-gugus yang
merupakan satuan-satuan darimana sampel akan
diambil.
Pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu. Jadi
satu populasi dapat dibagi-bagi dalam gugus tingkat
pertama; gugus-gugus tingkat kedua; dan gugus-
gugus tingkat kedua masih dapat pula dibagi dalam
6. Pengambilan Sampel Wilayah (Area Sampling)
Cara lain dalam pengambilan sampel bagi populasi yang
tidak dapat dibuat kerangka sampelnya ialah dengan
pengambilan sampel wilayah. Untuk ini dibutuhkan
peta atau potret udara yang cukup jelas dan terperinci
dari wilayah yang akan diteliti
Seluruh wilayah penelitian yang terdapat dalam peta atau
potret udara dibagi dalam segmen-segmen wilayah yang
mengandung jumlah unit penelitian. Jika jumlah unit
penelitian dalam setiap segmen wilayah tidak dapat
diketahui atau diduga, maka boleh juga misalnya
menggunakan satuan-satuan blok perumahan, pertokoan,
atau blok sensus.
7. Pengambilan sampel Purpossive dan
Quota sampling
Metode pengambilan sampel yang tidak acak, misalnya
Purpossive sampling dan Quota sampling. Memilih sub
grup dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang
dipilih mempunyai sifat yang sesuai dengan sifat-sifat
populasi. Jadi harus mengetahui lebih dulu sifat-sifat
populasi tersebut dan sampel yang akan ditarik diusahakan
supaya mempunyai sifat-sifat populasi tersebut.
Walaupun hasil penelitian dari sampel semacam ini tidak
dapat digunakan sebagai dasar dari test statistik, tetapi
hasil yang didapat tidak jauh menyimpang dari sifat-sifat
populasinya (Miller, 1970 : 56). Contoh, Penelitian
terhadap bentuk dan perilaku mobilitas penduduk pada
masyarakat padi sawah di kabupaten Bantul dan Sleman
yang dilaksanakan oleh I.B. Mantra pada tahun 1975
(Mantra, 1978: 50).
Untuk mengatasi masalah di atas pemilihan dua
dukuh penelitian diadakan secara purposive
mengingat :
1. Kedua kabupaten tersebut mempunyai tiga bentuk
mobilitas penduduk, yaitu nglaju (commuting),
sirkulasi (circulation), dan imigrasi (migration).
2. Penduduk yang umumnya terdiri dari
petani subsistance
3. Merupakan daerah persawahan yang subur
4. Merupakan masyarakat dengan kebudayaan, cara
hidup, dan organisasi sosial yang sama.
B. Besarnya Sampel
Empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
besarnya sampel dalam suatu penelitian adalah :
Derajat Keseragaman ( degree of homogenity) dari populasi.
Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat
diambil
Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat
presisi (ketepatan/ketajaman) yang dikehendaki, makin besar
sampel yang harus diambil.
Rencana Analisis. Adakalanya besarnya sampel sudah
mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau
dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel
tersebut kurang mencukupi.
Tenaga, biaya & waktu. Kalau menginginkan presisi yang tinggi
maka jumlah sampel harus besar. Tetapi apabila dana, tenaga
dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin untuk mengambil
sampel yang besar, dan ini berarti bahwa presisinya akan
menurun.
C. Jenis Data
1. Data kuantitatif vs kualitataif
Data Kuantitatif : Data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka)
- Data interval : Data yang diukur dengan jarak di antara dua titik pada
skala yang sudah diketahui. Sebagai contoh : suhu
udara dalam celcius berkisar anatara interval 0 derajat
hingga 100 derajat; nilai GMAT atau TOEFL bagai
mahasiswa yang mau belajar di luar negeri; jumlah
bulan dalam satu tahun
- Data rasio : Data yang diukur dengan suatu proporsi.
Sebagai contoh : persentase jumlah penganggur di
propinsi X; nilai inflasi Indonesia pada tahun 2000
- Data Nominal:Data yang dinyatakan dalam bentuk
kategori
- Data Ordinal : Data yang dinyatakan dalam bentuk
kategori, namun posisi data yang tidak sama
derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat
2. Data Menurut Dimensi Waktu
Data Runtut : data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada
(time-series) suatu variabel tertentu
Data harian : Misalnya data kurs Rp / US$ setiap hari, data indeks harga
saham per hari.
Data mingguan : Misalnya data pengunjung rumah sakit setiap minggu (7 hari)
Data bulanan : Misalnya data suku bunga deposito dengan jangka waktu
satu bulan (30 hari)
Data Kuartalan : Misalnya data penjualan setiap 3 bulan.
Data tahunan : Misalnya data penapatan nasional setiap tahun (12 bulan).
Data silang tempat: data yang dikumpulkan pada suatu waktu (cross section)
3. Data Menurut Sumber
Data Internal : Berasal dari dalam organisasi tersebut atau eksternal
(berasal dari luar organisasi).
Data Primer : Data yang diperoleh dengan survei lapangan yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original.
Data Sekunder : Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data
dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.
Interval
4. Jenis Data
Kuantitatif
Rasio
Kualitatif Nominal
Data Ordinall
Runtut Waktu
Dimensi Waktu
Silang Tempat
Pooling
Internal
Eksternal
Sumber
Primer
Sekunder
3. Data Sekunder sebagai Sumber Informasi yang diperoleh dari
Berbagai Sumber
Perpusatakaan
(penyimpanan dokumen
& buku
milik
pemerintah)
Jenis Angka 1 jika pria 1 atau -2,-1, -2 bila sangat tidak Kepuas
kelamin Angka 2 jika 2 0,1, puas an kerja
administrato wanita atau 2 -1 bila tidak bawaha
r puas 0 bila n
netral
1 bila puas
2 bila sangat
puas
1 -2
-1
0
JOHAN
+1
+2
SOM A -2
-1
2 0
+1
RENA
+2
SUM 1
I
-2
-1
2 0
+1
AND
+2
I
-2
-1
0
+1 SEKAR
+2
7. SKALA PENGUKURAN
Dalam mengevaluasi skala pengukuran, harus
diperhatikan dua hal: (1) validitas; (2) reliabilitas.
Validitas
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan
apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang
seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia
tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur atau
melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Secara konseptual,
dibedakan 3 macam jenis validitas (Sekaran, 2000: 207-8), yaitu:
validitas isi (contens validity), validitas
yang berkaitan dengan kriteria (criterion-related validity),
validitas konstruk (construct validity).
1.Validitas isi(contens validity)
Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup
memasukkan sejumlah item yang representatif dalam menyusun
sebuah konsep. Semakin besar skala item dalam mewakili
semesta konsep yang diukur, maka semakin besar validitas isi.
Dengan kata lain, validitas isi adalah sebuah fungsi yang
menunjukkan seberapa baik dimensi an elemen sebuah konsep
Menguji Kenbaikan Ukuran; Bentuk Reliabilitas dan Validitas
S ta bilita
s
P a ra llel-reliability
R elia b form
ilitas(
akura Interitem consiste nc
K ebaik si uku y reliability
an K onsiste
(G oodn Vr a
a lni )d i t a
s nsi
ess)dat S plit-ha lf
a (apakah
kita m en
gukur ha
lyang b e
nar)