Anda di halaman 1dari 21

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

DAN
PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MARITIM

IVANRISTO AZARYA
PERATURAN PEMERINTAHAN NO. 21 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAHAN NO. 21 TAHUN


PM 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN
2010 TENTANG PERLINDUNGAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN MARITIM
LINGKUNGAN MARITIM

BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, BAB V,


BAB I, BAB II, BAB III
BAB VI, BAB VII, BAB VIII, BAB IX, BAB X
73 PASAL
40 PASAL
PERATURAN PEMERINTAHAN NO. 21 TAHUN
2010 TENTANG PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN MARITIM

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
BAB I KETENTUAN UMUM (PASAL 1 DAN 2)
BAB II PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL
Bagian Kesatu Umum (PASAL 3,4,5 DAN 6)
Bagian Kedua Peralatan Pencegahan dan Bahan Penanggulangan Pencemaran di Kapal (PASAL 7)
Bagian Ketiga Pengesahan Peralatan dan Bahan Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran (PASAL 8,9,10 DAN 11)
Bagian Keempat Pola Penanggulangan Keadaan Darurat Pencemaran di Kapal (PASAL 12)
BAB III PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG BERSUMBER DARI BARANG DAN BAHAN BERBAHAYA
YANG ADA DI KAPAL
Bagian Kesatu Pengendalian Anti Teritip (PASAL 13)
PERATURAN Bagian Kedua Manajemen Air Balas di Kapal (PASAL 14)
Bagian Ketiga Standar Daya Tahan Pelindung Anti Karat (PASAL 15)
PEMERINTAH
Bagian Keempat Pencucian Tangki Kapal (PASAL 16)
AN NO. 21 BAB IV PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KEGIATAN DI PELABUHAN
TAHUN 2010 (PASAL 17)
BAB V PENANGGULANGAN PENCEMARAN DI PERAIRAN DAN PELABUHAN
Bagian Kesatu Umum (PASAL 18, 19,20,21,22 DAN 23)
Bagian Kedua Penanggulangan Pencemaran yang Bersumber dari Kapal, Unit Kegiatan Lain di Perairan, dan Kegiatan di
Pelabuhan (PASAL 24,25,26,27 DAN 28)
BAB VI TANGGUNG JAWAB PEMILIK ATAU OPERATOR KAPAL (PASAL 29, 30, 31 DAN 32)
BAB VII LOKASI PEMBUANGAN LIMBAH DI PERAIRAN (PASAL 33)
BAB VIII SISTEM INFORMASI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM (PASAL 34,35 DAN 36)
BAB IX SANKSI ADMINISTRATIF (PASAL 37,38 DAN 39)
BAB X KETENTUAN PENUTUP (PASAL 40)
BAB I KETENTUAN UMUM

• Perlindungan lingkungan Maritim adalah setiap upaya untuk mencegah dan


menanggulangi pencemaran lingkungan perairan yang bersumber dari kegiatan
yang terkait dengan pelayaran

• Pencegahan pencemaran adalah upaya yang diambil oleh nahkoda atau awak
kapal sedini mungkin untuk menghindari atau mengurangi tumpahan minyak atau
bahan cair beracun dari kapal ke perairan dan udara

• penanggulangan pencemaran adalah segala tindakan yang dilakukan secara


cepat, tepat dan terpadu untuk mengendalikan, mengurangi dan membersihkan
tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari pelabuhan ke perairan untuk
meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut
BAB II
PENCEMARAN LINGKUNGAN BERSUMBER DARI:

• Minyak’
• Bahan cair beracun
• Muatan bahan berbahaya dalam bentuk kemasan
• Kotoran
• Sampah
• Udara
• Air balas dan
• Barang dan bahan berbahaya bagi lingkungan yang ada dikapal

PERALATAN PENCEGAHAN DAN BAHAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN DIKAPAL

• Alat pelokalisir minyak


• Alat penghisap minyak
• Bahan penyerap minyak
• Bahan pengurai minyak
BAB III BAB IV
PENCEGAHAN PENCEMARAN PENCEGAHAN DAN
LINGKUNGAN YANG BERSUMBER PENANGGULANGAN PENCEMARAN
DARI BARANG DAN BAHAN DIPELABUHAN
BERBAHAYA YANG ADA DI KAPAL
• melaporkan terjadinya pencemaran kepada
Syahbandar terdekat atau unsur
• Pengendalian Anti Teritip pemerintah lain yang terdekat
• Manajemen Air Balas di Kapal • melakukan penanggulangan dengan
• Standar Daya Tahan Pelindung Anti Karat menggunakan peralatan dan bahan yang
• Pencucian Tangki Kapal (PASAL 16) dimiliki oleh kapal unit kegiatan lain di
perairan, Pelabuhan termasuk Terminal
khusus, atau unsur lainnya sesuai dengan
prosedur penanggulangan pencemaran
yang disahkan oleh menteri
BAB VI
TANGGUNG JAWAB
PEMILIK ATAU OPERATOR
BAB V PENANGGULANGAN PENCEMARAN
KAPAL
DI PERAIRAN DAN PELABUHAN

• Setiap Nakhoda atau penanggung jawab unit Pemilik atau operator kapal yang
kegiatan lain di perairan bertanggung jawab mengangkut bahan pencemar
menanggulangi pencemaran yang bersumber selain minyak wajib bertanggung
dari kapal dan/atau kegiatannya.

jawab untuk mengganti kerugian
Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara
Pelabuhan, Badan Usaha Pelabuhan, dan dan pemulihan lingkungan yang
Pengelola Terminal Khusus wajib disebabkan karena pencemaran di
menanggulangi pencemaran yang bersumber perairan yang berasal dari
dari kegiatannya kapalnya.
BAB VII LOKASI PEMBUANGAN LIMBAH DI
PERAIRAN

BAB VIII SISTEM INFORMASI


Tidak diperbolehkan di: PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
• alur-pelayaran MARITIM
• kawasan lindung
• kawasan suaka alam
• taman nasional
• taman wisata alam Sistem informasi perlindungan lingkungan
• kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan maritime paling sedikit memuat informasi
• sempadan pantai mengenai:
• kawasan terumbu karang • keberadaan bangunan di bawah air (kabel
• kawasan mangrove laut dan pipa laut)
• kawasan perikanan dan budidaya • lokasi pembuangan limbah; dan
• kawasan pemukiman • lokasi penutuhan kapal.
• daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI

• peringatan tertulis sebanyak 3 kali berturut-turut untuk jangka waktu masing-masing 10 hari
• apabila sampai pada peringatan tertulis ketiga sebagaimana dimaksud pada huruf a berakhir tidak melaksanakan
kewajibannya, dikenakan sanksi berupa penghentian sementara kegiatan usaha badan usaha Pelabuhan, badan
usaha yang melakukan kegiatan di pelabuhan, kegiatan pengoperasian terminal khusus, atau pengelolaan terminal
untuk kepentingan sendiri
• Apabila dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak dikenai sanksi penghentian sementara kegiatan sebagaimana
dimaksud pada huruf b belum memenuhi kewajibannya, dikenai sanksi berupa pencabutan izin usaha badan usaha
Pelabuhan komandan izin badan usaha yang melakukan kegiatan di pelabuhan komandan izin operasi Terminal
khusus, atau persetujuan pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri.
BAB X KETENTUAN PENUTUP

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan yang


lebih rendah dari Peraturan Pemerintah ini yang mengatur mengenai perlindungan lingkungan
maritim dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan
yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.X
PM 29 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MARITIM

1. undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64 tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4849)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang perlindungan lingkungan maritim buka kurung lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2010 nomor 27 tambahan (lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109)
3. Keputusan Presiden Nomor 46 tahun 1986 tentang pengesahan International Convention for the prevention of pollution from ships 1973,
beserta protokol
4 keputusan presiden nomor 52 tahun 1999 tentang pengesahan Protocol of 1992 to amend the International Convention on Civil liability
for oil pollution damage, 1969 (protokol 1992 tentang perubahan terhadap konvensi internasional tentang tanggung jawab data untuk
kerusakan akibat pencemaran minyak. 1969)
5. Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang pembentukan dan organisasi kementerian negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden nomor 13 tahun 2014
6. Peraturan Presiden nomor 24 tahun 2010 tentang kedudukan tugas dan fungsi kementerian negara serta susunan organisasi tugas dan
fungsi Eselon 1 kementerian negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden nomor 14 tahun 2014
7. Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2013 tentang pengesahan annex III, annex IV, annex V, and annex VI of the International
Convention for the prevention of pollution from Ships 1973 as modified by the protocol of 1978 relating thereto (lampiran III lampiran
IV,V dan lampiran VI dari konvensi internasional tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran dari kapal sebagaimana diubah dengan
protokol tahun 1978 yang terkait dari padanya).
8. Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 65 tahun 2009 tentang standar kapal non-konvensi (non convention vessel standard)
9 Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 60 tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Perhubungan Sebagaimana
telah diubah dengan peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 68 tahun 2013.
BAB I KETENTUAN UMUM (PASAL 1,2 DAN 3)
BAB 2 PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL DAN YANG BERSUMBER DARI BARANG
DAN BAHAN BERBAHAYA DI KAPAL
Bagian pertama pencegahan pencemaran dan pengoperasian kapal
• Paragraf 1 pencegahan pencemaran oleh minyak dari kapal (pasal 4 5 6 7 8 9 10)
• Paragraf 2 pencegahan pencemaran oleh bahan cair beracun dari kapal (Pasal 12 13 14 15 16 17 18 19)
• Paragraf 3 pencegahan pencemaran oleh bahan berbahaya dalam bentuk kemasan (pasal 20 21 22)
• Paragraf 4 pencegahan pencemaran oleh kotoran dari kapal (pasal 23 24 25 26 27)
• Paragraf 5 pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal (pasal 28 29)
• Paragraf 6 pencegahan pencemaran udara dari kapal pasal (30 31 32 33 34 35 36)
• Paragraf 7 peralatan dan latihan penanggulangan pencemaran di kapal (pasal 37)
• Paragraf 8 dana jaminan ganti rugi pencemaran (pasal 38 39 40 41 42)
PM 29 TAHUN Bagian kedua pencegahan pencemaran lingkungan yang bersumber dari barang dan bahan berbahaya yang ada di kapal
2014 • Paragraf 1 pengendalian sistem Anti teritip (Anti-fouling system (Pasal 43 44 45))
• Paragraf 2 standar daya tahan perlindungan anti karat (performance standard for protective coating (pasal 46 47))
• Paragraf 3 manajemen air balas (pasal 48 49 50)
• Paragraf 4 penutupan kapal (ship recycling (pasal 51 52 53 54 55))
Bagian ketiga tata cara pemeriksaan, pengujian, dan penerbitan sertifikat pencegahan pencemaran dari
Pengoperasian kapal dan pencegahan yang bersumber dari barang dan bahan berbahaya yang ada di kapal (pasal 57 58 59 60 61 62
63 64 65 65 66 67 68)
BAB 3 PENCUCIAN TANGKI KAPAL PASAL 69 70 71 72 73
BAB 4 PENCEGAHAN PENCEMARAN DARI KEGIATAN PELABUHAN PASAL 74 75 76 77 78 79
BAB 5 PENGANGKUTAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN LIMBAH B3 PASAL 80 81
BAB 6 PEMBUANGAN LIMBAH DAMPING DI PERAIRAN PASAL 82 83 84
BAB 7 SISTEM INFORMASI PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MARITIM PASAL 85 86
BAB 8 KETENTUAN PENUTUP PASAL 87 88 89
BAB I KETENTUAN UMUM

• Perlindungan lingkungan Maritim adalah setiap upaya untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
lingkungan perairan yang bersumber dari kegiatan yang terkait dengan pelayaran

• Pencegahan pencemaran adalah upaya yang diambil oleh nahkoda atau awak kapal sedini mungkin
untuk menghindari atau mengurangi tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari kapal ke perairan dan
udara

• penanggulangan pencemaran adalah segala tindakan yang dilakukan secara cepat, tepat dan terpadu
untuk mengendalikan, mengurangi dan membersihkan tumpahan minyak atau bahan cair beracun dari
pelabuhan ke perairan untuk meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut

• Tindakan Pencegahan Pencemaran Minyak yang Dapat Ditimbulkan Akibat Kecelakaan Kapal
adalah tindakan yang dilakukan pada kapal yang mengalami kecelakaan guna mencegah penyebaran
tumpahan minyak baik minyak yang dibawa sebagai muatan atau minyak sebagai bahan bakar kapal
dengan cara melokalisir tumpahan minyak, penyedotan minyak yang terdapat pada tangki bahan bakar,
dan pengambilan muatan-muatan lainnya yang mencemari laut serta mengangkut kerangka kapal tersebut
apabila mengganggu alur pelayaran.
BAHAN CAIR BERACUN DARI KAPAL (bahan
cair yang mengandung racun yang telah BAHAN BERBAHAYA
MINYAK DARI KAPAL (minyak mentah, minyak
bahan bakar, minyak kotor, kotoran minyak, dan diindikasikan dalam kategori pencemaran pada IBC DALAM BENTUK
hasil olahan pemurnian seperti berbagai jenis aspal, Code Bab 17 dan Bab 18 atau bahan yang KEMASAN MENGACU
bahan bakar diesel, minyak pelumas, minyak tanah, sementara ini telah dinilai termasuk dalam kategori
bensin, minyak suling, naptha)
IMDG-CODE-UNLIMITED
X, Y atau Z pada Konvensi Internasional MARPOL
VESSE
73/78.

BAB II PENCEMARAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL

SAMPAH DARI KAPAL (semua jenis limbah sisa UDARA DARI


kotoran dari kapal (drainase dan buangan
makanan, limbah domestik, limbah kegiatan, semua
lainnya yang berasal dari toilet dan urinal,
plastik, sisa muatan, minyak bekas sisa memasak yang
KAPAL (sumber
drainase yang berasal dari ruang medis polusi udara dari
tidak terpakai, jaring ikan, bangkai binatang yang
melalui bak cucian, bak mandi, dan lubang
dihasilkan selama kegiatan kapal secara normal dan kapal yang berasal
kuras, drainase dari lokasi yang 2014,
No.1115 5 berisi hewan hidup atau air
dapat dibuang secara terus menerus atau secara dari Nox, Sox,
periodik, kecuali bahan-bahan seperti minyak, bahan particulate
limbah yang bercampur dengan
cair beracun atau kotoran sebagaimana didefinisikan di
buanganbuangan tersebut. )
atas, tidak termasuk ikan segar)
matter,CO dan CO2)
Standar Daya Tahan Cat Pelindung Anti Karat
Pengendalian Sistem Anti Teritip (Anti-Fouling
(Performance Standard for Protective Coating) adalah
Systems) adalah sejenis lapisan pelindung, cat, bahan
sistem manajemen penentuan dan pengerjaan serta
lapisan perawatan permukaan, atau peralatan yang
digunakan di atas kapal untuk mengendalikan atau
inspeksi pengecatan terhadap tangki air balas untuk berbahaya
semua tipe kapal dan ruangan lambung ganda untuk dalam
mencegah menempelnya organisme yang tidak
tipe kapal muatan curah dengan tujuan menghindari
diinginkan.
terjadinya karat
bentuk
kemasan

BAB II PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN YANG BERSUMBER


DARI BARANG DAN BAHAN BERBAHAYA YANG ADA DI KAPAL

Manajemen Air Balas (Ballast Water Management)


adalah sistem manajemen proses-proses mekanis,
fisika, kimiawi, biologis yang dilakukan secara peralatan dan latihan
terpisah atau bersamaan untuk menghilangkan, dana jaminan ganti rugi
penanggulangan
mengurangi tingkat bahaya, atau menghindari pencemaran
pengambilan atau pembuangan organisme air yang pencemaran di kapal
membahayakan dan bibit penyakit yang berasal dari
air balas dan sedimen-sedimennya
BAB III PENCUCIAN TANGKI KAPAL
Pencucian tangki kapal yang dilaksanakan oleh BAB IV PENCEGAHAN PENCEMARAN
awak kapal dan badan usaha harus dilakukan DARI KEGIATAN PELABUHAN
dengan cara sebagai berikut: a. limbah atau • penampungan minyak kotor
kotoran hasil pencucian tangki harus • penampungan bahan cair beracun
ditampung di tangki endap untuk selanjutnya • penampungan kotoran
dipindahkan ke fasilitas penampungan di • penampungan sampah
pelabuhan; b. kegiatan pencucian tangki kapal • penampungan bahan perusak ozon
tersebut harus dicatat dan dilaporkan kepada • penampungan limbah B3
pejabat pemegang fungsi keselamatan kapal di • penampungan sedimen/endapan air balas.
pelabuhan setempat.
BAB 5 PENGANGKUTAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN LIMBAH B3
Jenis limbah yang dikategorikan limbah B3 harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
• mudah meledak
• Pengoksidasi
• sangat mudah sekali menyala
• sangat mudah menyala
• mudah menyala
• amat sangat beracun
• sangat beracun
• Beracun
• korosif;
• bersifat iritasi
• berbahaya bagi lingkungan;
• menyebabkan kanker (karsinogenik)
• menyebabkan cacat bawaan (teratogenik)
BAB 6 PEMBUANGAN LIMBAH DAMPING

Dumping adalah setiap pembuangan dengan sengaja limbah atau benda lainnya dari
kapal, pesawat udara, platforms atau bangunan lainnya di laut, atau setiap
pembuangan sengaja kapal, pesawat udara, platforms, atau bangunan lainnya di laut
dan tidak termasuk pembuangan limbah atau lainnya yang berasal dari operasional
normal kapal atau penempatan benda untuk suatu tujuan tertentu yang bukan
pembuangan benda tersebut.
BAB 7 SISTEM INFORMASI PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MARITIM
• pengumpulan data
• pengolahan data
• penganalisaan data
• penyajian data
• penyebaran data dan informasi
• penyimpanan data dan informasi

BAB 8 KETENTUAN PENUTUP


Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 4 Tahun 2005 tentang
Pencegahan Pencemaran dari Kapal dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 66 Tahun 2005 tentang Ketentuan
Pengoperasian Kapal Tangki Minyak Lambung Tunggal (Single Hull), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai