Anda di halaman 1dari 44

INSPEKSI LISTRIK MEDIS

INSTALASI SARANA PRASARANA KESEHATAN


Mirwansyah, AMTE, ST

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA  


BALAI PENGAMANAN FASILITAS KESEHATAN MEDAN
Pekanbaru, Agustus 2019
TUGAS POKOK BPFK MEDAN ( PMK NO. 54 THN 2015 )
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan

Pengujian Sarana dan Prasarana Kesehatan :


1. Pengujian Listrik Medis
2. Pengujian Gas Medis
3. Pengujian Tata Udara

Pengamanan dan Pengukuran paparan Radiasi


Pelayanan Monitoring Dosis Radiasi Personal
Pengukuran luaran Radiasi Terapi
Pengendalian Mutu dan Pengembangan Teknologi Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pengujian, Kalibrasi, Proteksi Radiasi, Sarana dan
Prasarana Kesehatan
Pelaksanaan Jejaring Kerja dan Kemitraan
Pelaksanaan dan Bimbingan Teknis dibidang Fasilitas Kesehatan
Pelaksanaan Ketatausahaan
Sudahkah fasilitas pelayanan
kesehatan memberikan rasa
aman, nyaman, dan tenang pada
pasien, pengunjung serta
operator?

Mari kita wujudkan…..


Peraturan dan Standar
UU No. 44 Tahun 2009 ( Rumah Sakit )

UU No. 1 Tahun 1970 ( Keselamatan Kerja )

UU No.30 Tahun 2009, ( Ketenagalistrikan )

Persyaratan Umum Instalasi Listrik ( PUIL 2011 )

Permenkes No 2306 Tahun 2011 ( Persyaratan Teknis

Instalasi Elektrikal Rumah Sakit )


UNDANG-UNDANG
NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 7
1. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan.

Pasal 11
2. Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dapat meliputi:

a. instalasi air;
b. instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. instalasi gas medik;
d. instalasi uap;
e. instalasi pengelolaan limbah;
f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;
h. instalasi tata udara;
i. sistem informasi dan komunikasi; dan
j. ambulance.

3. Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar


pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan
Rumah Sakit

4 Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan


terpelihara dan berfungsi dengan baik.

5. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
kompetensi di bidangnya.

6. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana Rumah Sakit sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.
SANKSI SESUAI UU 44 Tahun 2009

Pasal 17
Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15,
dan Pasal 16 tidak diberikan izin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional
Rumah Sakit
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja :

BAB II( RUANG LINGKUP)

Pasal 2

1. Yang diatur dalam UU ini ialah Keselamatan kerja


dalam segala tempat kerja, baik didarat,didalam tanah,
dipermukaan air, didalam air maupun diudara yang berada
didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
2. Ketentuan ayat 1 diatas berlaku dalam tempat kerja dimana:

q. dibangkitkan,dirubah ,dikumpulkan,disimpan ,dibagi2kan


atau disalurkan listrik,gas,minyak atau air
Pasal 3
1. Dengan peraturan Perundangan ditetapkan Syarat2 K3 untuk listrik
adalah :
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan
PASAL 44
(4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki
Sertifikat Laik Operasi (SLO).
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib
memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia.
(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib
memiliki sertifikat kompetensi
PASAL 54
(1) Setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenaga listrik
tanpa sertifikat laik operasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) yang diberi
kewenangan oleh Kementerian ESDM memeriksa
kelaikan operasi instalasi listrik tegangan rendah
(220 volt atau 380 volt), yaitu:
 Konsuil
 PPILN
 Sucofindo
 Jaserindo
 Serkolinas, dan
 Jasa Kelistrikan Indonesia
Permenkes Nomor 2306 / 2011
“ Tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit “

Pasal 3 :
Persyaratan teknis prasarana instalasi elektrikal rumah sakit merupakan acuan
bagi pengelola rumah sakit, penyedia jasa kontruksi, pemerintah daerah, dan
instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan pengendalian
penyelenggaraan pembangunan prasarana instalasi elektrikal guna menjamin
keselamatan rumah sakit dan lingkungan terhadap bahaya elektrikal.

Pasal 4 :
Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 berlaku bagi instalasi listrik dalam lokasi medik untuk
memastikan keselamatan pasien dan staf medik.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini meliputi persyaratan

Desain

Pemasangan

Verifikasi
Sistem distribusi listrik di rumah sakit
Sumber Normal Sumber Emergency
Baterai atau
G Motor Generator

< 10 dt < 0,5 dt

RUANG RUANG RUANG


KELOMPOK 1 KELOMPOK 1E KELOMPOK 2E
Ruang Kelompok 1

Dalam ruang ini terputusnya aliran listrik karena gangguan, tidak


berbahaya baik bagi penderita maupun bagi tenaga kerja. Pemeriksaan
dan pengobatan pada umumnya dapat dihentikan atau diulangi.
 
Ruang Kelompok 1E
Ruang ini menggunakan perlengkapan elektromedik yang dayanya
diperoleh dari jaringan listrik umum. Jika listrik ini terputus karena
gangguan, perlengkapan harus berjalan terus dengan bantuan Catu Daya
Pengganti Khusus (CDPK) yang dalam tempo beberapa detik telah
mengambil alih tugas jaringan listrik umum. Pemeriksaan dan pengobatan
dapat terhenti beberapa detik tanpa membahayakan penderita.
 
Ruang Kelompok 2E
Ruang ini juga menggunakan perlengkapan elektromekanik yang dayanya
diperoleh dari jaringan listrik umum. Aliran listrik dalam ruang ini tidak
boleh terputus karena pemeriksaan dan pengobatan penderita harus tetap
berlangsung. Jika terjadi gangguan pada jaringan listrik umum, CDPK
mengambil alih tugas jaringan listrik umum tanpa aliran terputus. 15
TUJUAN PENGUJIAN LISTRIK MEDIS:
 Untuk mengetahui kondisi suatu jaringan instalasi listrik,
peralatan listrik, kelayakan dalam operasi, keamanan, serta
keandalan dan stabilitas dalam beroperasi.
 Sebagai langkah awal untuk menghindari kecelakaan
listrik akibat kebocoran arus, lonjakan frekuensi karena
noise/distorsi akibat beban non linear, cacat tegangan dan
bahaya kebakaran akibat hubung singkat.
 Memberikan rasa aman bagi pasien (Patient Safety),
petugas, dan mahluk hidup lainnya.
 Mengamankan dan memperpanjang umur peralatan medis
dan non medis dari kerusakan akibat “cacat electrical” yang
terjadi pada sistem kelistrikan rumah sakit, ataupun sarana
pelayanan kesehatan lainnya (Lab, Puskesmas, Klinik, dll).
Persyartan Dokumen Teknis

1. Spesifikasi Teknik ( Adanya Blok Diagram )


2. Sertifikat Laik Operasi (SLO) Instalasi
pemanfaatan
3. Sertifikat Laik Operasi Mesin Diesel (Genset)
4. Log Book Kegiatan Instalasi
Persyaratan Teknis Instalasi Listrik Medis
1. Lokasi Panel Hubung Bagi (PHB)
a. Akses panel distribusi harus mudah dijangkau
b. Tinggi PHB minimal 150 cm dari lantai
c.Lokasi panel distribusi harus diluar ruang pelayanan
kesehatan, tidak boleh berada diatas pelafon, harus jauh
dari bahan yang mudah meledak dan jauh dari sumber
air
2. Alat Pantau Monitoring pada panel distribusi :
a. Tegangan
b. Arus
c. Cos ( Ѳ)
d. L1, L2 dan L3
3. Pengaman Sistem Instalasi harus ada MCB, ELCB/ RCD
4. Kabel untuk instalasi ke PHB
a. harus disesuaikan dengan beban daya yang akan dialirkan
b. warna pada masing2 fasa harus berbeda
L1/R berwarna merah,
L2/S berwarna kuning dan
L3/T berwarna hitam
c. Penghantar Netral berwarna biru
5. Ada Grounding
6. Kabel PE Minimal 16 mm
7. Kabel untuk Instalasi keruangan 3 x 2.5 mm, untuk instalasi
penerangan 2 x 1.5 mm
8. Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) Harus tersedia
a. GPAS 30 mA ( Sentuh Langsung )
b. GPAS 300 mA ( Sentuh tak langsung )
c. GPAS 500 mA ( Proteksi Kebakaran )
7. Catu Daya Pengganti Khusus ( UPS )
8. Generator Set
9. Ruangan genset yang cukup minimal 76 cm sekeliling unit untuk
pemeriksaan, perbaikan, pemeliharaan, pembersihan dan penggantian;
10. Khusus Ruangan Kelompok 2E harus menggunakan trafo isolasi ( Insulation
Transformer )
11. Saklar pada ruangan harus dipasang dengan jarak lebih dari 20 cm dari
sumber outlet gas medis
12. Kotak Kontak
a. harus dipasang dengan jarak lebih dari 20 cm dari sumber outlet gas
medis
b. Kotak kontak ditempatkan lebih tinggi dari tempat tidur, minimal 100 cm
dari lantai
c. kotak kontak harus menggunakan penutup untuk tinggi dibawah 1 meter
d. Setiap kotak kontak harus tersedia pengaman
e. Jumlah Kotak kontak didaerah pelayanan kritis setiap bed harus
disedikakan minimal 6 kotak kontak
f. Line pada kotak kontak sebelah kiri dan Netral sebelah kanan
11. Lampu penerangan darurat
Jenis Jenis Pengujian Listrik Medis
Inspeksi Visual
Meliputi Uji Kualitatif diantaranya
A. Gambar Instalasi (single line diagram)
B. Sistem Proteksi dan Keselamatan
C. Fungsi dan kelengkapan Indikator-indikator pada panel
D. Jenis, diameter penghantar kabel dan pewarnaan kabel.
E. Pemeriksaan terminal / busbar
F. Pemeriksaan kondisi dan kapasitas proteksi dan pembatas
G. Peralatan komponen terstandar
H. Elektroda pembumian.
Pengujian dan Pengukuran
Pengujian dan pengukuran meliputi uji Kuantitatif
A. Pengukuran parameter listrik (Arus, Teg, Freq)
B. Pengujian Unbalance
C. Pengukuran Kualitas Daya (Power Quality)
D. Uji urutan pase (jika input digunakan 3 pase)
E. Pengujian Tahanan Isolasi (Insulation Resistance)
F. Pengukuran Arus Bocor (Leakage Current)
G. Pengukuran Tahanan Pentanahan (resistansi grounding) dan
tegangan tanah.
H. Pengujian ELCB / RCD
I. Pengukuran kotak kontak
J. Pengukuran Arus PSC IK
K. Pengukuran Arus PEFC IK
A. Peralatan Yang digunakan
1. Power Quality Analyzer
2. Multi Function Tester
3. RCD/RCCB/GFCI/ELCB Tester
4. Earth Leakage Current Clamp
5. Earth Resistance Meter
6. Caliper
7. Mistar
8. Digital Multimeter
9. Kamera Digital
C. Analisa data
1. Faktor daya ( Cos Ѳ ) : ( ≥ 0.8 )
2. Tegangan Fasa – Netral : ( ±10 % )
3. Tegangan Fasa – Fasa : ( ±10 % )
4. Unbalance Arus : ( ≤ 2 % )
5. Unbalance Tegangan : ( ≤ 2 % )
6. Frekuensi : ( ± 1 Hz )
7. Pengukuran tahanan isolasi sirkit :
Pada 220 V ≥ 0,5 MΩ
Pada 380 V ≥ 1,0 MΩ
8. Nilai Tahanan Pembumian ( ≤ 5 Ω )
9. Arah Putaran Fasa : ( searah jarum jam )
10. Arus PSC ( Prospective Short Circuit ) : tidak melebihi nilai arus
breaking capacity dari MCB
Hasil Inspeksi
1. Kategori Minor Adalah resiko yang bisa di abaikan
meliputi : Gambar Instalasi, Loog Book Kegiatan
instalasi, Indikator tidak ada, Persyaratan teknis
saklar, kotak kontak, busbar, dan lampu penerangan
darurat
2. Kategori Mayor Adalah resiko tidak boleh terjadi
meliputi : SLO Instalasi Pemanfaatan tidak ada, SLO
Genset tidak ada, Persyaratan teknis pada system IT,
pengaman ,kabel penghantar, penyama potensial,
catu daya pengganti khusus(UPS), Genset,
Pencegahan kebakaran dan Kinerja tegangan,
frekuensi, Arus Fase, Faktor daya tidak sesuai
Telaah Teknis
Instalasi dikatakan ‘ Memenuhi
persyaratan’ jika semua kriteria mayor
sesuai persyaratan
Instalasi dikatakan ‘Tidak Memenuhi
Persyaratan’ Jika ada kategori mayor tidak
sesuai persyaratan
Pengukuran Unbalance dengan Power Quality Analyzer

Contoh:
Misal phase : 1 = 370.11 V, 2 = 371.83 V, 3 = 370,62 V
Voltage rata2 = ( 370.11 + 371.83 + 370.62 ) : 3 = 370.85 Volt
% Unbalance = 100% x (371.83 – 370.85) : 370.85 = 0.28 %
Pengukuran Cos Phi dengan Power Quality Analyzer

C0s phi ( ≥ 0.8 )


Pengujian Tahanan Isolasi

SELV = Safety Extra Low Voltage


PELV = Protection by Extra Low
Voltage
FELV = Functional Extra Low Voltage
Pengukuran Tahanan Persamaan Potensial
Penghantar Pengaman) dengan
MultifunctionInstallation Tester

Nilai yang diijinkan adalah ≤0,2 Ω


Pengukuran Arus Tripping / Arus Gangguan
(I∆n) RCD dengan Multifunction Installation Tester
Pengujian Tripping Time RCD dengan
Multifunction Installation Tester
Pengukuran Tahanan Pembumian dengan
Multifunction Installation Tester

Nilai yang diijinkan adalah ≤ 5 Ω


Pengukuran Putaran Phase dengan
Multifunction Installation TesterMultifunction
Installation Tester
Pengukuran Tegangan dan Frekuensi
Keuntungan dari Sistem listrik IT
Membatasi arus sentuh degan trafo pemisah pengaman

• Sistem IT tidak ada aliran listrik langsung melalui badan manusia, jika
bersentuhan dengan salah satu bagian konduktif aktif, karena trafo
pemisah pengaman telah membatasi arus sentuh ke nilai yang aman
Prinsif MCB
Prinsif ELCB/RCD
Kotak Kontak

KK Tidak Standar KK Standar


Jarak Minimal 20 cm

Kondisi yang harus dihindari Kondisi yang harus dihindari


Contoh Pengaman

MCCB RCD
MCB
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Medan

Anda mungkin juga menyukai