Anda di halaman 1dari 37

Akuntansi Biaya

Activity Based Costing (ABC)

1
Activity Based Costing
(ABC)
ABC (Activity Based Costing) didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya
yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan
dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam
suatu perusahaan, sehingga wajar bila mengalokasikan biaya-biaya tidak langsung dilakukan
berdasarkan penggunaan dari aktivitas tersebut (Horngren, 2005)
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ABC menghitung biaya produk dan membebankan
biaya produk sesuai dengan objek biayanya, berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu barang atau jasa. Oleh sebab itu, penerapan ABC akan mendukung proses
keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan seperti: keputusan tentang harga, dan proses
efisiensi yang dilakukan perusahaan karena penerapan ABC mengharuskan perusahaan untuk
melakukan identifikasi dan perbaikan atas seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan pada
sebuah perusahaan.

2
Lanjutan~
Walaupun ABC dikembangkan dari perusahaan manufaktur, ABC saat ini dapat pula diterapkan pada
berbagai sektor indrustri, termasuk di bidang jasa dan sektor publik. Penerapan ABC pada
perusahaan pada umunya dikombinasikan dengan penerapan ABM (Activity Based Management).
Activity Based Management sendiri merupakan suatu metode pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi dari penerapan ABC untuk meningkatkan kepuasaan konsumen dan tingkat
profitabilitas. Cara yang dapat ditempuh dalam mencapai tujuan dari ABM adalah melalui
penerapan analisis rantai nilai atau value chain atau melakukan proses value re-engineering secara
berkelanjutan sehingga mencapai tingkat efisien yang lebih baik. Value Chain merupakan urutan
dalam tahapan kegiatan usaha (mulai dari riset dan pengembangan hingga layanan purna-jurnal)
untuk selalu memberikan nilai tambahan bagi produk dan jasa yang dihasilkan yang bertujuan untuk
meningkatkan kepuasan konsumen. value re-engineering merupakan proses evaluasi seluruh aspek
dari value chain secara sistematis dengan tujuan menurunkan biaya namun dengan kualitas yang
baik dan memuaskan keinginan konsumen.

3
Perbedaan antara ABC dan Metode Penentuan Harga
Pokok Tradisional (Traditional Costing)
Perbedaan penerapan ABC dan metode penentuan harga pokok tradisional terletak pada cara
pengalokasian biaya-biaya tidak langsung kepada objek biaya. Untuk biaya langsung, seperti
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, dapat dilakukan dengan cara pembebanan
langsung kepada masing-masing objek biaya karena pengguna biaya-biaya langsung dapat
ditelusuri dengan mudah dan ekonomis ke objek biaya. Untuk biaya tidak langsung, seperti
bahan baku tidak langsung; tenaga kerja tidak langsung; dan biaya-biaya tidak langsung lainnya,
tidak mungkin dilakukan penelusuran langsung pada objek biaya karena tidak ekonomis untuk
dilakukan dan sulitnya menemukan hubungan sebab-akibat antara biaya tidak langsung dengan
objek biaya.

4
Lanjutan~
Pada metode penentuan harga pokok tradisional, biasanya seluruh biaya tidak langsung akan
dikumpulkan dalam satu pengelompokkan biaya (cost pool). Seluruh total biaya tidak langsung
tersebut kemudian dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based) kepada
suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya berdasarkan pada hubungan sebab
akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya tidak langsung. Contoh: biaya tidak langsung
suatu perusahaan didominasi oleh biaya-biaya overhead pabrik yang berasal dari proses
produksi yang terotomatisasi maka jumlah jam mesin dapat digunakan sebagai dasar
pengalokasian.

5
Lanjutan~
Pada ABC, seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam beberapa pengelompokkan
biaya (cost pool) sesuai dengan aktivitas masing-masing yang berhubungan. Kemudian masing-
masing kelompok biaya tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas tersebut dan
dialokasikan ke objek biaya berdasarkan aktivitasnya masing-masing pemilihan kelompok biaya
biasanya berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan hierarki biaya dan hampir sama kegiatannya.
Sementara untuk pemilihan dasar alokasi adalah jumlah aktivitas dalam setiap kelompok biaya
tersebut.
Dengan kata lain, sebagai pendekatan yang baru dalam penentuan harga pokok produk, sistem
ABC dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat dipercaya
dibandingkan dengan sistem penentuan biaya atau harga pokok yag sudah ada sebelumnya
(traditional costing system), oleh karena sistem ABC menggunakan jenis pemicu biaya (cost
drivers) yang terkait dengan aktivitas sehingga dapat mengukur secara lebih tepat sumber daya
yang dikonsumsi oleh sebuah produk.

6
Lanjutan~
Sebagai ilustrasi PT Persada Jaya mempunyai anggaran biaya overhead pabrik yang berkaitan
dengan jumlah jam tenaga kerja langsung sebesar Rp24.000.000 dengan jumlah pemakaian jam
tenaga kerja langsung diperkirakan sebesar 1.200 jam. Perusahaan juga memiliki biaya overhead
yang berhubungan dengan mesin sebesar Rp22.000.000 dengan jumlah jam mesin diperkirakan
sebanyak 2.200 jam. Terdapat biaya overhead yang disebabkan oleh pemasangan mesin
(machine setup) yang diharapkan sebesar Rp11.000.000 untuk 220 kali pemasangan dan
overhead biaya yang berkaitan dengan jumlah pemesanan adalah Rp2.000.000 untuk 40 kali
pemesanan. Perhitungan tarif biaya overhead dalam sistem ABC adalah sebagai berikut.
BIAYA   Jumlah jam Jumlah jam Jumlah Jumlah
PERHUBUNGAN
tenaga kerja mesin pemesanan frekuensi
langsung mesin pemesanan
Biaya Overhead Rp24.000.000 Rp22.000.000 Rp11.000.000 Rp2.000.000
Jumlah unit 1.200 jam 2.200 jam 220 jam 40 kali
pemicu biaya
Tarif biaya Rp20.000 Rp10.000 Rp50.000 Rp50.000
overhead (Biaya
overhead /
jumlah unit
pemicu biaya)

7
Apabila pekerjaan no 001 pada PT Persada Jaya memerlukan 50 jam tenaga kerja langsung, 120 jam
mesin, 16 kali pemasangan mesin dan 8 kali pemesanan, maka biaya overhead pabrik yang dibebankan
(factory overhead applied) adalah sebagai berikut

Biaya overhead Jumlah Tarif biaya Jumlah


pengguna overhead (CB)
(A) (B)
Terkait jam tenaga kerja langsung 50 jam Rp20.000 Rp1.000.000
Terkait jam mesin 120 jam Rp10.000 1.200.000
Terkait pemesanan mesin 16 kali Rp50.000 800.000
Terkait jumlah pemesana 8 kali Rp50.000 400.000
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp3.400.000

Dalam ilustrasi dia atas dapat dilihat bahwa sistem ABC memfokuskan pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk-produk dalam suatu proses manufaktur. Biaya-biaya dibebankan
pertama kali kepada aktivitas-aktivitas dan kemudian dialokasikan kepada objek biaya (produk atau
pekerjaan pesanan) berdasarkan jumlah konsumsi masing-masing objek biaya atas aktivitas-aktivitas
tersebut. Dalam membebankan biaya overhead pabrik digunakan basis alokasi atau pemicu atau
pemicu biaya baik yang berhubungan dengan volume atau jumlah jumlah unit yang dihasilkan maupun
yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam menghasilkan produk.

8
Hierarki Biaya
Hierarki biaya merupakan pengelompokkan biaya dalam berbagai kelompok biaya,
pengelompokan ini didasarkan atas tingkat kesulitan untuk menentukan hubungan sebab akibat
serta untuk dasar pengalokasian.
Ada 4 kategori dalam mengelompokan biaya pada ABC, yaitu:
1. Biaya untuk setiap unit (ouput unit level) adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas
yang akan meningkatkan pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Pengelompokan
untuk level ini berdasarkan hubungan sebab akibat dengan setiap unit yang dihasilkan. Contoh
dari biaya untuk stiap unit antara adalah biaya perbaikan mesin, biaya listrik, dan biaya
penyusutan mesin.
2. Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu (batch level) adalah sumber daya yang digunakan
untuk aktivitas yang akan terkait dengan sekelompok unit produk atau jasa yang dihasilkan.
Pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok
unit yang dihasilkan. Contoh dari biaya untuk setiap kelompok unit tertentu adalah biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan set-up terhadap mesin.

9
3. Biaya untuk setiap produk atau jasa tertentu (product/service sustaining level) adalah
sumber daya yang digunakan aktivitas menghasilkan suatu produk atau jasa. Pengelompokan
untuk level ini adalah biaya yang memiliki hubungan sebab akibat dengan setiap produk atau
jasa yang dihasilkan. Contoh dari biaya untuk setiap produk atau jasa tertentu antara lain adalah
biaya desain dan biaya pembuatan prototipe.
4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility sustaining level) adalah sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk atau
jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Pengelompokan
untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan
tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan produksi perusahaan. Contoh dari biaya untuk
setiap fasilitas tertentu adalah biaya keamanan pabrik, biaya penyusutan gedung pabrik, dan
biaya kebersihan pabrik.

10
Proses Implementasi ABC
Berikut ini adalah tahapan penyusunan hingga implementasi ABC.
Tahap 1: Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan.
Pada tahap ini, kegiatan uang dilakukan adalah melihat lagi seluruh informasi keuangan perusahaan yang tersedia
terutama yang berhubungan dengan biaya atau beban, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Evaluasi atas
biaya-biaya ini diperlukan agar diperoleh gambaran yang utuh tentang biaya apa saja yang terjadi, dan mengelompokkan
biaya tersebut sebagai biaya langsung atau biaya tidak langsung berdasarkan objek biaya tertentu. Tujuan tahapan ini
adalah agar perusahaan memperoleh informasi tentang perlakuan terhadap suatu biaya.
Tahap 2: Menentukan tujuan penerapan sistem ABC.
Pada tahap ini, manajemen harus memutuskan apa yang ingin dicapai oleh penerapan ABC, apakah akan digunakan
untuk mengendalikan biaya, untuk pengambilan keputusan tertentu, atau untuk mengelola aktivitas yang ada
diperusahaan. Manajemen harus memutuskan tingkat keakurasian dan ketersediaan data yang dibutuhkan karena
semakin tinggi tujuan penerapan ABC yang ingin dicapai maka data yang dibutuhkan akan semakin banyak dan semakin
rinci yang pada akhirnya semakin besar biaya yang akan diperlukan.
Penerapan sistem yang baik memang mengharuskan manajemen untuk mengetahui aktivitas-aktivitas selengkap
mungkin, karena dengan mengetahui seluruh aktivitas dengan benar maka manjemen dapat melakukan sebagaimana
pada tahap.

11
Tahap 3: Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada biaya tidak langsung atau
biaya overhead.
Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan tinjauan atas seluruh kegiatan yang terjadi dalam bisnis
tersebut. Dari hasil tinjauan tersebut, dapat dilakukan pengelompokan biaya berdasarkan aktivitasnya, dan
selanjutnya akan dapat diketahui aktivitas utama yang akan memengaruhi besar atau kecil suatu biaya pada
kelompok biaya tersebut. Aktivitas ini nantinya akan digunakan sebagai dasar pengalokasian biaya.
Proses ini dilakukan dengan wawancara kepada para pelaksana atau operator dan penyelia yang terkait.
Kemudian hasil wawancara tersebut disusun dan dikelompokkan. Pada saat mengerjakan tahapan ini,
perusahaan dapat sekaligus melakukan evaluasi atas kegiatan-kegiatan yang menambah nilai (value-added
activities) dan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai (non-value added activities). Kagiatan-kegiatan
yang tidak menambah nilai harus dikurangi atau dihilangkan agar perusahaan dapat beroperasi secara
efektif dan efisien.
Dengan kata lain, pada tahap ini perusahaan sudah dapat menentukan kelompok biaya (cost pool) untuk
biaya tidak langsung, dan sekaligus juga dasar pengalokasian biaya pada objek biayanya.

12
Tahap 4: Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga dapat dihitung tarif biaya tidak
langsung per unit untuk setiap dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung.
Pada tahap ini, perusahaan akan menghitung biaya atau tarif pembebanan per unit biaya tidak langsung
untuk setiap dasar alokasi. Caranya adalah dengan membagi biaya tidak langsung pada suatu kelompok
biaya dengan dasar alokasinya.
Perhitungan tarif per unit pada sistem ABC dilakukan secara 2 tahap (two stages allocation) dimana
pada tahap pertama, biaya dari sumber daya dikumpulkan berdasarkan aktivitas-aktivitas sehingga biaya
dari aetiap aktivitas akan sama dengan seluruh biaya dari sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas
tersebut. Selanjutnya pada tahap kedua, biaya dari aktivitas tersebut akan dikaitkan dengan jumlah
aktivitas untuk menentukan suatu aktivitas biaya.
Tahap 5: Menghitung biaya tidak langsung yang di bebankan pada setiap objek biaya.
Pada tahap ini, untuk mengetahui pembebanan biaya tidak langsung dilakukan perhitungan dengan cara:
mengalihkan biaya per unit aktivitas dengan aktivitas yang dikonsumsi oleh objek biaya tersebut.

13
Tahap 6: Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya.
Setelah diketahui jumlah biaya tidak langsung (dari tahp 5) yang dialokasikan ke objek biaya maka total
biaya dari bjek biaya dapat diperoleh dengan cara menambahkan biaya tidak langsung dengan biaya
langsung yang dibebankan ke objek biaya tersebut.
Total biaya dari objek biaya =biaya langsung + biaya tidak langsung
Biaya per unit dari objek biaya diperoleh dengan membagi total biayanya dengan jumlah unit yang
dihasilkan oleh objek biaya tersebut.
Tahap 7: Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan perbaikan dan
pengambilan keputusan yang relevan.
Setelah mengetahui total biaya dari suatu objek biaya maka manajemen perusahaan dapat melakukan
perubahan dan perbaikan proses produksi maupun hal-hal lain yang akan meningkatkan efisiensi atau
nilai tambah untuk para pelanggan.

14
Ilustrasi Perhitungan Biaya dengan
Sistem ABC
Untuk memberikan gambaran yang utuh tentang proses perhitungan biaya dengan
menggunakan sistem ABC, maka berikut ini disajikan tahapan proses implementasi ABC dan
perbandingan dengan perhitungan sistem tradisional.
PT Parisada Semesta menghasilkan tiga produk yang sejenis tetapi ditujukan untuk target
pasar berbeda yaitu:
- Produk A ditujukan untuk para pengguna pemula. Produk yang dihasilkan hanya memenuhi
spesifikasi yang minimal.
- Produk B ditujukan para pengguna dari kalangan kelas menengah. Spesifikasi dari produk B
lebih tinggi dibandingkan dengan produk A.
- Produk C adalah produk premium yang dihasilkan oleh perusahaan yang ditujukan untuk
kalangan kelas atas.

15
Selama ini perusahaan menggunakan sistem tradisional dalam mengalokasikan biaya tidak tidak
langsungnya ke setiap produk yang dihasilkan. Manajemen PT Parisada Semesta berpikir untuk
menggantikan sistem perhitungan harga pokok yang tradisional dengan sistem ABC. Berikut ini
adalah tahapan-tahapan yang dilakukan oleh manajemen PT Parisada Semesta untuk
mengimplementasikan sistem ABC.
Tahap 1: Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan.
Untuk menerapakan sistem ABC maka perusahaan memeriksa ulang suluruh informasi keuangan
sehingga diperoleh informasi sebagai berikut.

16
  Produk

  A B C TOTAL
Jumlah produksi dan 90.000 30.000 15.000 135.000
penjualan (unit)
Jumlah bahan baku langsung 10 7 14 1.320.000
yang digunakan per unit
Biaya bahan baku langsung per Rp3.000 Rp4.000 Rp10.000 Rp5.640.000.000
unit
Jam tenaga kerja langsung per 2,5 3 1,5 337.500
unit
Biaya tenaga kerja langsung Rp2.000 Rp3.000 Rp5.000 Rp832.500.000
per jam
Jam mesin per unit 5 3 7,5 652.500
Biaya overhead pabrik Rp3.375.000.000

17
Selama ini biaya overhead pabrik perusahaan dialokasikan ke produk A, B, dan C dengan
menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai basis alokasi. Berikut ini adalah jumlah tenaga
kerja langsung untuk ketiga produk.
Produk A : 225.000 jam
Produk B : 90.000 jam
Produk C :
Total : 337.500 jam
Selanjutnya perhitungan tarif biaya overhead per jam tenaga kerja langsung untuk PT Sarisada
Semesta adalah sebagai berikut.

18
Biaya overhead yang dialokasikan ke setiap produk adalah tarif biaya overhead (Rp10.000)
dikalikan dengan jumlah jam tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi senuah
produk. Sebagai contoh, biaya overhead yang dialokasikan untuk produk A adalah sebagai berikut.
Biaya overhead untuk produk A
untuk produk A
= Rp10.000/jam × 90.000 × 2,5jam
= Rp2.250.000.000.
 
Total biaya produksi dan biaya produksi per unit untuk produk A, B, dan C adalah sebagai berikut.

19
  Produk

A B C

Biaya bahan baku langsung:      


-produk A: 90.000 × 10 ×Rp3.000 Rp2.700.000.000    
-produk B: 30.000 ×7 × Rp4.000 Rp840.000.000  
-produk C: 15.000 ×14 ×Rp10.000 Rp2.100.000.000

Biaya tenaga kerja langsung:      


-produk A: 90.000 × 2,5 ×Rp2.000 450.000.000    
-produk B: 30.000 ×3 × Rp3.000 270.000.000  
-produk C: 15.000 ×1,5 ×Rp5.000 112.500.000

Biaya overhead:      
-produk A: 90.000 × 2,5×Rp10.000 2.250.000.000    
-produk B: 30.000 ×3 × Rp10.000 900.000.000  
-produk C: 15.000 ×1,5 ×Rp10.000 225.000.000

Total biaya produksi Rp5.400.000.000 Rp2.010.000.000 Rp2.437.500.000

Jumlah unit yang diproduksi 90.000 30.000 15.000

Biaya per unit Rp60.000 Rp67.000 Rp162.000

20
Tahap 2: Menentukan tujuan dan hal-hal yang harus ada dalam sebuah sistem ABC.
Tujuan dari penerapan ABC PT Parasida Semesta adalah untuk menetapkan harga jual produk
harga. Untuk tahap awal penerapan ABC, manajemen memutuskan untuk melakukan pada level
moderat, sehingga diperlukan data tentang aktivitas perusahaan dalam jumlah yang tidak terlalu
rinci.
Tahap 3: Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada biaya tidak
langsung atau biaya overhead.
Manajemen melakukan penelaahan atas proses produksi dan dari hasil wawancara dengan
bagian produksi dapat diketahui bahwa aktivitas dalam proses produksi terdiri atas: kegiatan set-
up, proses mekanisasi dengan mesin, penerimaan, pengepakan, dan proses engineering.
Adapun jumlah aktivitasnya adalah sebagai berikut.

21
  Produk Total
A B C

Jumlah kali produksi 5 10 50 65

Jumlah penerimaan 50 70 700 820

Jumlah pengiriman 18 7 50 75

Jumlah pesanan produk 45 25 60 130

22
Tahap 4: Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga dapat dihitung tarif
per unit untuk setiap dasar alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung.
Langkah pertama adalah melakukan proses perhitungan kembali biaya berdasarkan kegiatan
tersebut, sehingga diperoleh informasi sebagai berikut.

Biaya overhead jumlah


Set up Rp 75.000.000
Mekanisasi 1.000.000.000
Penerimaan 900.000.000
Pengepakan 650.000.000
Engineering 750.000.000
Total Rp 3.375.000.000

23
Berdasarkan hasil analisis diketahui hubungan antara aktivitas-aktivitas tersebut dengan pemicu
biayanya atau basis pengalokasiannya seperti diperlihatkan berikut.

Aktivitas Basis pengalokasian


Set up Jumlah kali produksi

Mekanisasi Jumlah jam mesin

Penerimaan Jumlah penerimaan

Pengepakan Jumlah pengiriman

Engineering Jumlah pesanan produk

24
Tarif biaya overhead untuk setiap aktivitas adalah sebagai berikut

Tarif biaya set up =

= Rp1.153.846,15 per set up

Tarif biaya mekanisasi

25
Tarif biaya penerimaan

 
Tarif biaya pengepakan

26
Tarif biaya engineering

 
◦ Tahap 5: Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya.

Biaya tidak langsung yang dibebankan untuk setiap produk:

27
28
29
30
Tahap 6: Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya.
Berikut ini disajikan total biaya produksi dan biaya produksi per unit untuk produk A, B, dan C
dengan menggunakan sistem ABC.

31
Tahap 7: Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan perbaikan dan
pengambilan keputusan yang relevan.
Dengan hasil perhitungan di atas dapat dibandingkan hasil perhitungan biaya dengan
menggunakan sistem tradisional dan sistem ABC seperti di perlihatkan berikut ini.

  Produk
A B C
Biaya per unit metode tradisional Rp60.000 Rp67.000 Rp162.500

Biaya per unit metode ABC Rp47.897 Rp51.373 Rp266.026

32
Terlihat bahwa telah terjadi pembebanan biaya terlalu rendah (undercosting) pada produk C
dengan menggunakan metode tradisional. Apabila perusahaan menetapkan harga jual untuk
setiap produknya dengan menggunakan metode biaya produksi ditambah tingkat keuntungan
tertentu (cost-plus markup) maka kemungkinan besar harga jual yang ditetapkan untuk produk C
jauh lebih rendah dari biaya per unit jika menggunakan sistem ABC sehingga mendatangkan
kerugian bagi perusahaan. Sebaliknya telah terjadi pembebanan biaya terlalu tinggi
(overcosting) produk A dan B yang dapat menyebabkan harga jual untuk kedua produk ini lebih
tinggi dari yang seharusnya. Hal ini dapat menyebabkan produk A dan B tidak mampu bersaing
dengan produk-produk sejenis yang dihasilkan oleh para pesaing perusahaan sehingga dapat
menurunkan pangsa pasar perusahaan yang pada akhirnya dapat menurunkan keuntungan
perusahaan saat ini dan di masa depan. Siatem ABC memperbaiki penghitungan harga pokok
dari produk menjadi lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional sehingga perusahaan,
misalnya, dapat memiliki kebijakan penetapan harga jual produk yang lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan metode tradisional.

33
Kelebihan dan Kekurangan Sistem ABC

Manfaat penerapan sistem ABC antara lain adalah sebagai berikut.


- Membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang terjadi dalam proses produksi, baik per departemen,
per produk atau pun per aktivitas. Hal ini mungkin dilakukan dengan proses ABC, mengingat penerapan
sistem ABC harus dilakukan melalui analisis atas aktivitas yang terjadi di seluruh perusahaan, sehingga
perusahaan atau para manajer dapat mengetahui dengan jelas tentang biaya yang seharusnya dikeluarkan
(biaya yang bernilai tambah) dan biaya yang seharusnya tidak dikeluarkan (biaya yang bernilai tambah) dan
biaya yang seharusnya tidak dikeluarkan (biaya yang tidak bernilai tambah).
- Membantu pengambilan keputusan dengan baik karena perhitungan biaya atas suatu objek biaya menjadi
lebih akurat karena perusahaan lebih mengenal perilaku biaya overhead pabrik dan dapat membantu
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan ke objek biaya yang lebih menguntungkan.
- Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead pabrik) kepada tingkatan individual dan
tingkatan departemental. Hal ini dapat dilakukan mengingat ABC lebih fokus pada biaya per unit
dibandingkan total biaya.

34
Kelebihan dari sistem ABC
- Biaya produk yang lebih akurat, baik pada perusahaan manufaktur maupun pada perusahaan jasa
khususnya jika perusahaan memiliki proporsi biaya overhead pabrik yang lebih besar dalam biaya
produksi per unit.
- Sistem ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin banyak biaya tidak
langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.
- Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas merupakan penyebab timbulnya biaya sehingga
manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan lebih baik (fokus
pada aktivitas yang memiliki nilai tambah) sehingga dapat melakukan efisiensi yang akan
menurunkan biaya.
- Sistem ABC mengakui kompleksitas dari beragam proses produksi yang modern yang banyak
berdasarkan transaksi (transaction based), terutama pada perusahaan jasa dan manufaktur
berteknologi tinggi , dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).

35
- Sistem ABC juga memberikan perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam biaya tidak
langsung.
- Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai objek biaya, baik itu
proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan juga biaya produk.
Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak keuntungan, tetapi penerapan tersebut tidak
membuat suluruh biaya akan mudah dibebankan kepada objek biayanya dengan mudah. Hal ini
disebabkan biaya-biaya yang dikelompokkan dalam sustaining level ketika dialokasikan seringkali
juga menggunakan dasar yang bersifat arbiter. Contoh biaya dari sustaining level adalah biaya
keamanan pabrik. Saat biaya keamanan pabrik akan dialokasikan ke objek biaya (misalnya
produk) maka kemungkinan akan digunakan pendekatan yang arbiter, seperti berdasarkan
jumlah jam kerja tenaga kerja dengan alasan semakin lama proses produksi membutuhkan jasa
keamanan yang semakin besar.

36
Terima Kasih 

37

Anda mungkin juga menyukai