MALOKLUSI
Nama: Latifa Wahyudi Putri
NIPP: 20194020023
Penguji: Dr. drg. Tita Ratya U., Sp.Ort
Identitas Pasien
Nama : Tn. DP
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sleman, DIY
Pekerjaan : Freelancer
Suku : Jawa
No. CP3DG : 78258
Pemeriksaan Subyektif
◦ Keluhan Utama: Pasien mengeluhkan gigi-gigi depan rahang bawahnya yang yg kembali berjejal pasca
perawatan ortho cekat.
◦ Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien pernah melakukan perawatan ortho cekat pada tahun 2013 hingga tahun
2016, namun pasca perawatan pasien tidak menggunakan retainer karena belum menyadari akibat jika tidak
menggunakannya. Selama perawatan ortho cekat pasien telah mencabutkan 4 gigi geraham kecilnya. Pada tahun
2017, pasien merasa gigi depan bawahnya mulai kembali ke posisi seperti sebelum menggunakan ortho cekat.
Pasien mengunyah dengan kedua sisi rahang.
◦ Riwayat kesehatan oral: Pasien menggosok gigi 3 kali sehari, saat mandi pagi dan sore hari juga sebelum tidur.
◦ Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi:
a. Gigi desidui: Pasien pernah mengalami beberapa gigi susu bagian depannya gigis dan menghitam.
b. Gigi bercampur: Pasien pernah mengalami gigi permanen telah tumbuh tetapi gigi susunya belum tanggal
(kesundulan).
c. Gigi permanen: Pasien pernah dicabut empat gigi geraham kecilnya untuk keperluan perawatan ortho pada
tahun 2013.
◦ Riwayat kesehatan keluarga:
Ayah pasien dicurigai memiliki penyakit diabetes tidak terkontrol dan tekanan darah tinggi
Ibu pasien dicurigai memiliki penyakit diabetes tidak terkontrol dan tekanan darah tinggi
Kakek pasien dicurigai memiliki riwayat hipertensi
Nenek pasien dicurigai memiliki riwayat penyakit paru-paru basah dan pembengkakan jantung
◦ Riwayat kehidupan pribadi/sosial: Pasien adalah seorang freelancer desain, jurusan arsitektur yang
berdomisili di Jogja. Pasien tinggal di rumah dengan keluarganya dan mengkonsumsi air sumur setiap
harinya. Pasien olah raga sebanyak 3 kali dalam 1 minggu, jarang mengkonsumsi sayur dan buah dan
tidak merokok. Pasien sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis termasuk kopi dan teh.
◦ Riwayat kesehatan utama: Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit. Saat SMP pasien pernah mual dan muntah kemudian berobat ke dokter dan
diresepkan obat Vosea (Metoclopramide) namun pasien alergi hingga kejang.
◦ Riwayat kesehatan umum: Pasien datang dengan kondisi sehat jasmani dan rohani, kooperatif dan
komunikatif
Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan Ekstraoral
Index kepala: 83,3 mm Bentuk kepala: Brakisefali
Index muka: 84,3 mm Bentuk muka: Euriprosop
Profil muka: Cembung
Garis simon (bidang orbita):
Maksila Kanan: 1/3 distal C Kiri: 1/3 distal C
Mandibula Kanan: interdental C dan P2 Kiri : interdental C dan P2
Freeway space: 50,1 – 48,9 = 1,2 mm (kurang)
Sendi TMJ: Normal
Tonus otot mastikasi dan bibir: Normal
Bibir posisi istirahat: Normal
Pemeriksaan Intraoral
2, 4: Terdapat lesi linear bekas gigitan dengan permukaan halus, sewarna dengan mukosa di sekitarnya, setinggi
dataran oklusal, sepanjang molar 3 hingga molar 1, bilateral.
Assessment: Cheek bite
30, 31: Terdapat lesi irreguler pada lateral lidah, asimtomatik sepanjang M2 sampai C, bilateral.
Assessment: Crenated tongue
Torus Palatinus: Tidak ada
Torus Mandibula: Tidak ada
Palatum: Tinggi
Supernumerary teeth: Tidak ada
Diastema: Tidak ada
Oral Hygiene: Baik
Relasi M
Kanan: Kelas I Angle Kiri: Kelas I Angle
Relasi C
Kanan: Kelas I Kiri: Kelas II
Overjet: 4,1 mm
Overbite: 5,3 mm
Garis tengah RA terhadap RB: Tidak segaris, rahang bawah bergeser 2,4 mm ke kiri
Garis inter insisivus sentral terhadap garis tengah wajah: Segaris
Malposisi Gigi Individual
◦ 18: Partial erupted ◦ 28: Partial erupted
◦ 17: Normal ◦ 27: Normal
◦ 16: Palatoversi ◦ 26: Palatoversi
◦ 15: Normal ◦ 25: Normal
◦ 14: Missing ◦ 24: Missing
◦ 13: Normal ◦ 23: Normal
◦ 12: Normal ◦ 22: Normal
◦ 11: Distolabiotorsiversi ◦ 21: Distolabiotorsiversi
◦ 41: Normal ◦ 31: Normal
◦ 42: Mesiolinguotorsiversi ◦ 32: Mesiolinguotorsiversi
◦ 43: Normal ◦ 33: Distolinguotorsiversi
◦ 44: Missing ◦ 34: Missing
◦ 45: Normal ◦ 35: Normal
◦ 46: Linguoversi ◦ 36: Linguoversi
◦ 47: Normal ◦ 37: Normal
◦ 48: Partial erupted ◦ 38: Unerupted
Profil Muka
Relasi Molar dan Kaninus Kanan Tampak Depan Relasi Molar dan Kaninus Kiri
Oklusal
Jaringan periodontal baik, ditandai dengan tidak ada pelebaran ligamen periodontal dan tidak adanya resorbsi tulang
Terdapat impaksi gigi Molar 3 RA kanan dan kiri (Kelas B distoangular) dan impaksi gigi Molar 3 RB kanan dan kiri
(Kelas II B mesioangular)
Diagnosis
Malokusi Angle kelas I tipe dentoskeletal dengan deep overbite disertai malposisi gigi individual:
Rahang Atas Rahang Bawah
16 : Palatoversi 36 : Liguoversi
11 : Distolabiotorsiversi 33 : Distolinguotorsiversi
21 : Distolabiotorsiversi 32 : Mesiolinguotorsiversi
26 : Palatoversi 42 : Mesiolinguotorsiversi
46 : Linguoversi
46 : Linguoversi, kemungkinan karena kekurangan ruang dan terdorong oleh gigi 47 (gigi 37 terdorong
oleh gigi 38 yang mengalami impaksi)
Perhitungan
◦ Metode Pont (pertumbuhan ke arah lateral)
Jumlah lebar mesio distal gigi 2 1 1 2 : 35,3 mm
Jarak P2 rahang atas: 37,6 mm
Jarak P2 – P2 perhitungan: 44,1 mm
Diskrepansi: -6,5 mm (kontraksi sedang)
Jarak M1 – M1 pengukuran : 42,4 mm
Jarak M1 – M1 perhitungan : 55,2 mm
Diskrepansi: -12,8 mm (kontraksi berat)
◦ Metode Korkhaus (pertumbuhan ke arah anterior)
Tabel Korkhaus: 20,4 mm
Jarak I – (P2 – P2) pengukuran: 19,4 mm
Diskrepansi: -1 mm (retraksi)
◦ Metode Howes
Jarak lebar mesiodistal M1 – M1: 115,1 mm
Jarak P2-P2: 41,9 mm
Indeks P: 36,4%
Kesimpulan: IP < 43% Lengkung gigi tidak dapat menampung gigi geligi
Jarak inter fossa canina: 43,5 mm
Indeks FC: 37,8%
Kesimpulan: IFC diantara 37% dan 44% ekspansi/pencabutan
◦ Metode Thompson-Brodie
Jarak N-SNA: 51,6 mm
Jarak N-M: 120 mm
Kesimpulan: Deep overbite masih ada sedangkan malam di regio gigi posterior masih tebal maka deep bite
terjadi karena kombinasi supraoklusi gigi anterior dan infraoklusi gigi posterior.
Determinasi Lengkung
Keterangan:
Overjet awal: 4,1 mm
Retraksi gigi RA: 1 mm
Protraksi/Retraksi RB: -
Overjet akhir: 3,1 mm
RA (M1-M1) RB (M1-M1)
Lebar mesio-distal: Lebar mesio-distal:
Kanan: 46,1 mmKiri: 46 mm Kanan: 41,6 mmKiri: 42 mm
Lebar ruang tersedia: Lebar ruang tersedia:
Kanan: 43,1 mmKiri: 45 mm Kanan: 40,1 mmKiri: 42 mm
Lengkung mula-mula Diskrepansi: Diskrepansi:
Lengkung ideal Kanan: -3 mm Kiri: -1 mm Kanan: -1,5 mm Kiri: 0 mm
Keterangan tulisan
Determinasi Lengkung Ekspansi
Keterangan:
Overjet: 3,1 mm
IFC-IP: 1,6 mm
Ekspansi maksimal:
Kanan: 0,8 mm Kiri: 0,8 mm
RA (M1-M1) RB (M1-M1)
Lebar mesio-distal: Lebar mesio-distal:
Kanan: 46,1 mmKiri: 46 mm Kanan: 41,6 mmKiri: 42 mm
Diskrepansi setelah ekspansi: Diskrepansi setelah ekspansi:
Kanan: 0 mm Kiri: + 0,6 mm Kanan: 0 mm Kiri: +1,5 mm
Lengkung mula-mula Maka dengan mengekspan rahang atas dan bawah tidak terdapat kekurangan ruang pada
Lengkung ideal semua regio
Keterangan tulisan
Desain Alat
Plat Ekspansi Rahang Atas
1. Labial arch U loop pada gigi 13 dan 23 dengan stainless steel wire 0,7
2. Plat akrilik
3. Sekrup ekspansi
4. Adam klamer pada gigi 16 dan 26 dengan stainless wire 0,7 mm
Removable:
1. Coffin Spring
Coffin Spring diperkenalkan oleh Sir Walter Coffin pada tahun 1875. Alat
ini terdiri dari adam clasp di gigi premolar pertama dan geraham pertama.
Terdapat kawat berbentuk omega yang ditempatkan di tengah palatal. Alat
ini terbuat dari stainless steel wire 1,2 mm dan komponen ini disematkan ke
plat dasar akrilik. Alat ini diindikasikan untuk memberi perubahan aspek
dentoalveolar dalam kasus crossbite unilateral atau bilateral, atau kasus
dimana ekspansi lateral diindikasikan, kasus yang membutuhkan ekspansi
antero-posterior, dan ketika kebutuhan ruang kurang dari 3 mm. Namun
sejumlah perubahan tulang juga dapat terjadi pada periode gigi bercampur
jika perawatan retensi dapat dipertahankan.
2. Y plate
Merupakan jenis alat ekspansi lepasan aktif yang mirip dengan Bite Plate
dengan adam clasp yang berfungsi sebagai penahan atau komponen retentif
di daerah premolar dan geraham. Labial arch dipasang di daerah anterior
dan lengan retentif tertanam di akrilik. Plat akrilik dibelah menjadi
berbentuk Y dan memiliki dua sekrup yang ditempatkan di antara setengah
bagian depan dan belakang plat akrilik yang memberikan gaya ke arah
distal. Jackscrews pada saat aktivasi memberikan kekuatan distalisasi pada
segmen bukal dan kekuatan resiprokal diberikan pada palatal anterior dan
gigi incisivus rahang atas. Untuk menghindari gigi incisivus miring ke
labial, jackscrew diaktifkan sebagai alternatif. Y plate diindikasikan pada
pasien dengan gigi premolar pertama yang sudah erupsi sebagai anchorage
tambahan, gigi seri yang tegak dan saat tidak diperlukan gerakan bodily
yang ekstensif.
3. Shwartz appliance
Shwartz appliance diperkenalkan oleh Shwartz pada tahun 1966. Ini adalah
plat ekspansi yang dapat dilepas, diberikan terutama pada mandibula. Alat
ini diindikasikan selama fase gigi bercampur. Alat ini pada dasarnya terdiri
dari plat akrilik dengan belahan garis tengah yang menggabungkan satu
atau dua sekrup ekspansi, akrilik tidak menutupi permukaan oklusal atau
tepi insisal. Alat ini juga memiliki labial arch & ditahan dengan adam atau
ball clasp. Schwartz appliance dapat digunakan pada pasien yang
kekurangan panjang lengkung dan/atau gigi posterior yang memiliki
inklinasi lingual yang abnormal. Ekspansi bertahap alat ini dihasilkan oleh
aktivasi midline screw, dapat mengarahkan gigi posterior ke arah lateral.
Alat ini jika diikuti oleh penggunaan RME akan menstabilkan posisi
dentoalveolar mandibula.
4. Plat aktif
Konsep plat aktif diperkenalkan oleh Pierre robin pada tahun 1902. Ia membangun plat
akrilik split dengan sekrup yang dipasang di garis tengah untuk mengekspansi lengkung.
Plat aktif terdiri dari alas akrilik yang berfungsi sebagai base di mana sekrup atau spring
ditanam dan clasp dipasang. Sekrup ekspansi adalah komponen aktif dari alat yang dapat
dilepas ini. Menurut Proffit, sebagian besar sekrup membuka 1mm per putaran penuh,
sehingga seperempat putaran dapat menghasilkan gerakan sebesar 0,25mm. Plat ini
paling berguna ketika hanya beberapa milimeter ruang diperlukan (1,5-2mm per sisi).
Fixed:
5. Niti Palatal Expander
Alat ini diperkenalkan oleh Wendell.V,Arndt pada tahun 1993. Alat ini menggunakan
tandem-loop untuk mengekspansi palatal dengan bahan titanium nikel yang dibuat pada
suhu tinggi. Alat ini dapat memberikan tekanan ringan dan terus menerus pada sutura
midpalatal yang secara bersamaan dapat membantu menegakkan, memutar, dan
mendistalisasi molar satu rahang atas.
Kawat berbahan stainless steel yang berfungsi untuk mengekspansi dilas pada
bagian palatal molar band. Ekspander titanium nikel memiliki suhu transisi 94
°F. Saat masih dingin, sebelum diinsersikan kawat menjadi fleksibel dan dapat
dengan mudah ditekuk untuk memudahkan penempatan. Saat mulut mulai
menghangatkan alat, kawat menjadi kaku, kembali ke bentuk memori dan
ekspander mulai memberikan kekuatan ringan yang terus-menerus pada gigi
dan sutura midpalatal. Ekspander titanium nikel tersedia dalam delapan lebar
intermolar yang berbeda, mulai dari 26mm hingga 47mm, dan menghasilkan
gaya hingga 180-300g. Ukuran 26-32mm memiliki kawat yang lebih lentur
yang menghasilkan kekuatan lebih rendah untuk pasien yang lebih muda.
Marzban et al pada tahun 1999 menyatakan bahwa alat ini memberikan gaya
yang seragam, perlahan, terus menerus untuk ekspansi rahang atas, rotasi dan
distalisasi molar, dan perluasan lengkung. Alat ini megekspan dengan
kecepatan yang aman untuk mempertahankan integritas sutura selama reposisi
dan remodeling gigi dan tulang.
6. Quad Helix
Quad helix diperkenalkan oleh Robert Ricketts pada tahun 1975. Alat ini adalah
modifikasi dari W arch. Indikasinya meliputi a) Semua crossbite yang
membutuhkan ekspansi lengkung RA b) Kasus crowding yang membutuhkan
ekspansi ringan c) Kasus kelas II membutuhkan rotasi distal molar d) Kelas III
dengan lengkung rahang atas yang menyempit e) Kasus tongue thrusting dan
f) Bibir sumbing dengan cleft palate. Quad helix dibuat dari Elgiloy 038 atau
Gold No.4 atau S.S 1 mm. Jembatan anterior terletak sejajar dengan distal gigi
caninus dan heliks nya mengarah ke palatum. Sedangkan untuk heliks posterior
ditempatkan di distal molar pertama. Aktivasi dilakukan sebelum sementasi.
Ricketts memberikan kekuatan 500 gram untuk memisahkan sutura midpalatal.
Selama enam minggu perlu melihat progres sebelum aktivasi lebih lanjut.
Sebanyak 1 cm setiap sisi di daerah molar & 1,5 mm anterior adalah besar yang
diinginkan. Heliks anterior diaktivasi untuk mengekspansi intermolar kemudian
heliks posterior disesuaikan untuk memperbaiki rotasi molar ke mesial.
7. Minnie expander
Minne Expander adalah alat ekspansi rahang atas yang disemen pada gigi
molar permanen pertama dan premolar pertama. Digunakan untuk
memperlebar rahang atas dengan mengaktifkan pegas compressed-coil di
palatal. Menurut Hicks 1978, Minne Expander menerapkan gaya hingga 10 N
yang mencapai 2 pounds. Setiap aktivasi inkremental menghasilkan ekspansi
sebesar 0,125 mm. Hal ini dapat mengurangi efek pada sutura rahang atas dan
memberikan waktu penyembuhan dan perbaikan jaringan selama prosedur
ekspansi sehingga membuatnya lebih fisiologis. Kerugian dari alat ini salah
satunya pasien sulit dalam memelihara kebersihan mulut.
8. Spring Loaded Expander
Spring Loaded Expander (SLE) diperkenalkan oleh Leone pada tahun 2003.
SLE adalah perangkat ekspansi baru yang menghasilkan ekspansi palatal yang
perlahan dengan gaya kontinyu ringan. Alat ini diindikasikan pada pasien
yang pertumbuhan giginya telah selesai.
Alat ini menghasilkan tingkat kekuatan yang akurat karena terdapat kontrol
pada spring-nya. Tergantung pada kebutuhan ekspansi, SLE dapat
menghasilkan gaya 500g atau 800g. Alat ini terdiri dari 2 band yang
mengelilingi gigi geraham dan sekrup yang terpasang di tengahnya. Spring
memberikan gaya yang terus menerus, cukup untuk memberikan waktu
remodeling dentoalveolar yang ideal secara biologis dan dikontrol secara
biomekanik. Sekrup memiliki mekanisme self-stop di ujung ekspansi untuk
mencegahnya lepas/rusak jika terjadi aktivasi berlebihan. Alat ini diaktifkan
rata-rata 4-8 aktivasi (0, 4, 8 mm) setiap 6 minggu. Jumlah aktivasi yang
berbeda tidak akan mengubah intensitas gaya yang diberikan ke struktur gigi,
karena gaya akan tetap konstan (500 atau 800g). Tidak ada risiko ekspansi
berlebih karena jika sekrup telah mencapai ekspansi yang ditentukan
sebelumnya, alat akan menjadi pasif. Namun dengan mengubah pola aktivasi,
rapid maxillary expansion juga dapat dicapai dengan menggunakan SLE.
9. W Arch
W arch appliance diperkenalkan oleh Ricketts pada tahun 1975. Alat ini
berbentuk tapal kuda yang disolder ke molar band di kedua sisi. Alat ini
diindikasikan untuk rahang atas dan rahang bawah di mana ekspansi ringan
dibutuhkan. Untuk menghindari kerusakan pada jaringan lunak, lengkung
lingual dibuat dengan jarak 1-1,5 mm dari palatum. Pengaktifan W arch
cukup dengan membuka ujung alat. Tergantung dari yang dibutuhkan
apakah ekspansi anterior atau posterior, aktivasi lengkungan dapat
disesuaikan. Untuk menghasilkan tingkat gaya yang sesuai, peranti
diaktifkan terlebih dahulu sebelum diinsersikan sebesar 3mm. Alat
diaktifkan dengan kecepatan 2 mm per bulan sampai crossbite sedikit
terkoreksi.
10. Spring Jet
Spring Jet adalah alat pre-fabricated yang terdiri dari komponen aktif yaitu pegas
koil Niti dan komponen pendukungnya terbuat dari stainless steel. Spring Niti
disolder ke molar band pada kedua sisi molar. Pegas titanium nikel dipasang
dengan sekrup pengunci yang berfungsi sebagai telescopic unit. Cara
mengaktivasi pegas koil yaitu sekrup pengunci digerakkan secara horizontal di
sepanjang telescopic tube. Ball stop dipasang pada kawat untuk memungkinkan
spring melakukan dekompresi. Teleskopic unit ditempatkan 5mm di atas palatal
sehingga gaya yang dihasilkan dapat melebihi gaya resistensi dari gigi geligi
rahang atas. Selain penempatan yang lebih tinggi dapat menghindari iritasi lidah,
Spring Jet juga harus berada setidaknya 1-1,5mm dari jaringan lunak palatal.
Spring Jet memberikan gaya konsisten ringan yang disalurkan melalui pegas NiTi.
Pegas koil Niti menghasilkan gaya sekitar 400 gram untuk memperbaiki crossbite.
Spring Jet diaktifkan dengan memutar sekrup pengunci sebesar 90 derajat setiap
dua minggu untuk menjaga spring mengkompresi secara perlahan.
Kesimpulan
Sebelumnya, pencabutan gigi dianggap sebagai cara ideal untuk mendapatkan ruang. Namun sejak
berabad-abad, perdebatan tentang stabilitas gigi dan keadaan struktur sekitar setelah pencabutan gigi
dipertanyakan. Ekspansi lengkung dianggap sebagai salah satu cara yang aman dan ideal untuk
mendapatkan ruang. Meskipun Rapid Maxillary Expansion maupun Slow Maxillary Expansion telah
terbukti menghasilkan stabilitas jangka panjang, karena sifat agresif dari Rapid Maxillary Expansion
terhadap jaringan, para peneliti lebih condong kearah Slow Maxillary Expansion karena efeknya terhadap
skeletal dan gigi. Namun uji klinis lebih lanjut harus dilakukan untuk membahas efek Slow Maxillary
Expansion pada gigi.