Anda di halaman 1dari 9

Alicia Mei

TEATER
Shindy Cahya R
Alphiani T
Atika Febriani
wahyuni Rambe
Arjuna
TRADISIONAL
Aulia Dwi Anjani Edgar Samuel
Anggi Marselia Fachri Dwi Septian
Bepi Yuniarti Alfin Oktavianus
Bernadeta cecil Perdana Bernard S
Dhian Artha A Randi Pradana
Eva Kania
Hanindita Salsabila
Indah Gita Cahyani
Raja Nashiba M.J
Rizki Tapari H

KELOMPOK SESI A
XII MIPA 1:
DAFTAR ISI:
BAB I:PENDAHULUAN
BAB II: PENGERTIAN
BAB III: SEJARAH & FUNGSI
BAB IV: JENIS-JENIS & CONTOH
BAB V: KESIMPULAN &PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan teater sebagai karya seni yang hadir di Indonesia sudah tidak
asing lagi di sekitar masyarakat, khususnya penikmat seni teater. Kata teater berasal
dari kata theatron, kata Yunani yang berarti seeing place, tempat tontonan.
(Yudiaryani, dalam buku Panggung Teater Dunia, 2002:1). Di Indonesia sendiri,
teater umumnya diartikan sebagai sebuah pertunjukan seni drama. Dalam konsep
teater, terdapat metode-metode teater yang salah satunya disebut teater tubuh,
dimana tubuh manusia menjadi objek dalam pertunjukan seni drama ini tanpa
menggunakan kata-kata.
BAB II
PENGERTIAN
Teater Tradisional atau juga dikenal dengan istilah “teater
daerah” merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana
para pesertanya berasal dari daerah setempat dengan
cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu
telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh
setiap masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut,
misalnya mitos atau legenda dari daerah itu.
BAB III
SEJARAH & FUNGSI
Melansir Kasim Achmad (2006) dalam buku Mengenal Teater Tradisional di Indonesia, sejarah teater tradisional di
Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu.Pada zaman tersebut, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater
tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual.Teater tradisional merupakan bagian dari suatu
upacara keagamaan ataupun upacara adat istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita.Pada saat itu, yang
disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan
teater yang utuh.Baca juga: Gaya atau Corak Karya Seni Rupa Murni Indonesia Setelah melepaskan diri dari
kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat
dalam masyarakat lingkungannya.Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya.Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater
tradisional itu berbeda-beda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater
tradisional lahir.
FUNGSI TEATER
TRADISIONAL:
Teater tradisional berfungsi sebagai sarana
upacara penghormatan kepada roh nenek
moyang atau dewa, hiburan, serta Mengutip buku All New Target 100 Nilai
presentasi estetis yang berpadu satu Ulangan Harian oleh Tim Guru Eduka,
dalam sebuah pementasan. selain sebagai sarana upacara dan
Misalnya, dalam pertunjukan wayang kulit hiburan, teater tradisional juga berfungsi
di daerah Jawa Tengah, akan terlihat
unsur-unsur ritual, hiburan, serta
sebagai:
presentasi estetisnya. Bahkan, ada pula • Media ekspresi
fungsi propaganda dari pemerintah. • Media pendidikan
• Media penerangan sebagai sarana
dalam memberikan informasi kepada
masyarakat
BAB IV
JENIS-JENIS & CONTOH
Jenis-jenis teater yang dapat dikelompokan ke dalam Teater Tradisional yaitu;

a. Teater Rakyat

Teater rakyat lahir secara spontanitas dalam kehidupan masyarakat, dihayati oleh masyarakat, dan berkembang mengikuti perkembangan
kebudayaan masyarakatnya. Pada umumnya teater rakyat terlahir karena dorongan kebutuhan masyarakat akan suatu hiburan, yang kemudian
meningkat untuk kepentingan lain seperti; kebutuhan akan tradisi upacara adat (upacara pernikahan adat, dan lain-lain).Jenis-jenis teater rakyat
yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia seperti; Makyong (Riau), Randai (Sumatra Barat), Mamanda (Kalimantan), Topeng Arja (Bali), Sinrilli
(Sulawesi), Sandiwara Sunda, Wayang Golek, Pantun Sunda, Bengbengberokan (Jawa Barat), Lenong, Topeng Betawi (DKI Jakarta), Debus, Ubrug
(Banten), Ketoprak, Wayang Purwa, Wayang Orang (JawaTengah), Ludruk, Reog Ponorogo, Gambuh, Calonarang (Jawa Timur).

b. Teater Klasik

Teater klasik merupakan perkembangan seni teater yang telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam penggarapannya baik secara teknis maupun
corak teaternya. Adanya pembinaan dan pelatihan secara terus menerus dari kalangan atas, seperti raja, bangsawan, atau tingkat sosial lainnya
membuat kwalitas jenis teater ini mengalami kemapanan. Oleh karena itu jenis kesenian klasik ini kebanyakan lahir di lingkungan istana (pusat
kerajaan). Terdapat batasan-batasan atau aturan dalam pementasan teater klasik, seperti aturan etis (kesopanan), estetis (keindahan) yang telah
ditentukan. Jenis-jenis teater klasik yaitu seperti wayang kulit, wayang wong (Jawa Tengah), wayang golek (Jawa Barat).

c. Teater Transisi

Teater transisi pada dasarnya juga bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya pementasannya banyak dipengaruhi oleh teater barat. Pengaruh
teater barat terlihat pada tata cara penyajian teater transisi ini. Meskipun teater transisi belum secara utuh setia terhadap naskah teater, namun
karena tumbuh dari masyarakat kota serta banyak dimainkan oleh para pendatang, teater ini tidak mencerminkan aspirasi rakyat secara utuh. Jenis-
jenis teater transisi pada masa awal, yaitu seperti sandiwara Dardanella dan komedi Stambul (teater semacam ini lebih disebut dengan istilah
"sandiwara"). Sedangkan teater transisi masa sekarang, yaitu seperti sandiwara Srimulat (Jawa Timur), sandiwara Sunda (Jawa Barat) .
BAB V
KESIMPULAN & PENUTUP

Teater merupakan pementasan seni sebagai hasil daya cipta, rasa dan karsa manusia yang diekspresikan melalui bahasa
simbol dengan media utama adalah manusia. Teater sebagai pementasan diciptakan dengan cita, rasa dan karsa manusia
bersifat kolektif, keberadaannya tidak dapat lepas dari kehidupan manusia dengan lingkup sosial yang menyertainya.
Gambaran ungkapan tentang kehidupan yang dialaminya (masyarakat) diwujudkan dalam bentuk seni dengan
penyimbolannya. Teater sebagai pementasan seni memiliki prinsip, diciptakan oleh manusia, berada dalam dunia fiksi
bukan dunia nyata, mampu menghadirkan nilai-nilai estetis dan nilai-nilai spiritual.
Kreativitas sebagai kegiatan mencipta pementasan merupakan hal penting untuk dilakukan dalam memberikan
pengalaman seni. Kegiatan mencipta seni akan berjalan dengan baik, manakala dilakukan melalui serangkaian tindakan
dalam mempersiapkan materi seni teater, tempat pementasan teater dan penonton teater secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan pementasan teater yang komunikatif dan bermakna.
Pementasan merupakan proses komunikasi atau aktualisasi diri pembelajar atau pelaku dan penggiat seni dengan
masyarakat atau penonton sebagai penikmatnya melalui peristiwa pementasan seni. Komunikasi di dalam pementasan
teater (tradisional) adalah komunikasi melalui pementasan bersifat langsung dan sesaat. Persyaratan penting di dalam
pementasan teater terdiri dari: pelaku teater, penggiat teater, materi seni teater, tempat pementasan dan penonton.
Pementasan teater akan terselenggara dengan baik manakala dilakukan dengan tahapan dan memberdayakan sumber–
sumber yang ada melalui fungsi-fungsi manajemen dalam seni pementasan. Tahapan tersebut meliputi pra-pementasan,
pementasan, dan pasca pementasan teater. Pra-pementasan teater merupakan serangkaian tindakan dari suatu
perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakan yang telah dilakukan pimpinan produksi, sutradara dan para
pendukung pementasan dalam menyiapkan unsur-unsur artistik dan non artistik pementasan guna mencapai tujuan
pementasan seni yang bermutu dan optimal
TERIMA
KASIH!

Anda mungkin juga menyukai