Anda di halaman 1dari 73

Faktor Sistem Informasi Manajemen

yang Mendukung Pengelolaan Obat


HG-5 | MANFAR-A

Start!
Anggota Kelompok
1. Dannisya Alzura (1906404543)
2. Darisa Naurahhanan (1906347792)
3. Dilfa Safnia Putri (1906405104)
4. Hanifa Azzahra (1906404676)
5. Nur Alina Rahmadiani (1906287944)
6. Selinka Eptakyrietis H (1906287995)
Table of Contents 1

1. Pendahuluan SIMF dan Piramida Informasi


2. Komponen Khas SIMF dan Pentingnya SIMF
2
3. Tahapan Menyusun dan Meninjau Kembali SIMF

4. Hal yang Diperhatikan dalam Menyusun dan Meninjau


Kembali SIMF
3
5. Alur dan Implementasi SIMF
6. Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

4
M
Dannisya Alzura - 1906404543

01 W

Pendahuluan SIMF dan T

Piramida Informasi
F
M
Pengertian SIMF

Sistem Informasi Manajemen Farmasi adalah pengumpulan, pemrosesan, penyajian data


W
farmasi menjadi informasi yang membantu semua pekerja dari semua tingkat sistem kesehatan
untuk membuat keputusan berdasarkan basis bukti guna mengelola pelayanan farmasi
(Management Sciences For Health, 2012).
T

Hutahaean, P. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish


Kusnendi. (2016). Konsep Dasar Sistem Informasi. In Jurnal Sistem Informasi (Vol. 2, Issue 1). Republik Indonesia. UU Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
F
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies. Management Sciences for Health, Arlington, VA.
https://doi.org/10.1596/9780821378632_ch09
M
Fungsi SIMF

a. Mampu mensintesis data dalam skala besar yang dihasilkan oleh manajemen farmasi T
yang akan meningkatkan efisiensi serta efektivitas data yang lebih cepat dan akurat.

b. Pemrosesan data akan menghasilkan informasi yang digunakan dalam perencanaan


kegiatan, pengalokasian sumber daya, memantau, mengevaluasi manajemen farmasi. W
Informasi ini akan meningkatkan produktivitas dan penghematan biaya dalam
manajemen farmasi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena sistem
kerja yang sistematis dan terkoordinir
T

Hutahaean, P. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish


Kusnendi. (2016). Konsep Dasar Sistem Informasi. In Jurnal Sistem Informasi (Vol. 2, Issue 1). Republik Indonesia. UU Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
F
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies. Management Sciences for Health, Arlington, VA.
https://doi.org/10.1596/9780821378632_ch09
M
Piramida Informasi

Hutahaean, P. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish


Kusnendi. (2016). Konsep Dasar Sistem Informasi. In Jurnal Sistem Informasi (Vol. 2, Issue 1). Republik Indonesia. UU Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
F
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies. Management Sciences for Health, Arlington, VA.
https://doi.org/10.1596/9780821378632_ch09
M
Piramida Informasi
A. Sistem operasional T
1. Sistem operasional berada pada dasar piramida informasi yang didalamnya mencakup
beberapa subsistem seperti pengadaan, distribusi, manajemen keuangan, penggunaan
obat, yang menangani data di tingkat transaksional.
2. Pada tingkatan ini, setiap barang yang masuk dan keluar dari inventaris harus dilacak, dan
keputusan harus dibuat tentang berapa banyak yang harus dipasok ke fasilitas kesehatan, W
kapan harus memesan ulang, dan berapa banyak yang harus ditagih.
3. Karakteristik dari tingkatan ini adalah volume data yang besar untuk direkam dan
diproses. Pencatatan data dilakukan secara rutin (per hari dan pada setiap transaksi) dari
sebagai bentuk dari kontrol operasional. Keakuratan dari pencatatan data ini sangatlah T
penting karena setiap unit obat itu penting.

Hutahaean, P. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish


Kusnendi. (2016). Konsep Dasar Sistem Informasi. In Jurnal Sistem Informasi (Vol. 2, Issue 1). Republik Indonesia. UU Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
F
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies. Management Sciences for Health, Arlington, VA.
https://doi.org/10.1596/9780821378632_ch09
M
Piramida Informasi
B. Sistem Managemen Informasi
T
1. Tingkat piramida berikutnya adalah sistem informasi manajemen (SIM) yang menyajikan
data operasional secara berkala (misal: bulanan atau setiap 3 bulan).
2. Laporan data operasional berkala ini laporan tahunan sering meringkas informasi tentang
indikator utama dari berbagai subsistem operasional yang berbeda, seperti pengadaan, W
personalia, manajemen keuangan, atau pengendalian stok. Informasi ini akan membantu
manajer dari setiap unit untuk memonitor kinerja dari tiap departemen.
3. Dengan kata lain, tingkatan ini merupakan salah satu tingkatan yang digunakan untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan sebuah organisasi untuk dapat mengatur SIMF
secara efisien dan efektif. Namun informasi pada tingkatan ini, keakuratannya dapat T
menurun karena terjadinya error pada saat konsolidasi data, jadi akan ada variasi yang
merupakan hal yang normal.

Hutahaean, P. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish


Kusnendi. (2016). Konsep Dasar Sistem Informasi. In Jurnal Sistem Informasi (Vol. 2, Issue 1). Republik Indonesia. UU Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
F
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies. Management Sciences for Health, Arlington, VA.
https://doi.org/10.1596/9780821378632_ch09
M
Piramida Informasi
C. Tingkatan Eksekutif
T
1. Tingkatan eksekutif adalah tingkatan paling tinggi yang merangkum semua informasi dari
sistem manajemen yang digunakan dalam pembuatan rencana strategis dan pembuatan
aturan/kebijakan
2. Tingkat eksekutif SIM biasanya menghasilkan informasi di seluruh program tentang W
seberapa efektif organisasi dalam mencapai misinya dengan menyediakan analisis biaya
total dan analisis perbandingan harga untuk melakukan kueri berkala pada data di setiap
tingkat sistem informasi, baik untuk menyelidiki penyebab masalah atau melakukan
analisis "bagaimana jika" untuk menguji pengaruh perubahan dalam strategi
(Management Sciences For Health, 2012). T

Hutahaean, P. (2015). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish


Kusnendi. (2016). Konsep Dasar Sistem Informasi. In Jurnal Sistem Informasi (Vol. 2, Issue 1). Republik Indonesia. UU Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
F
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies. Management Sciences for Health, Arlington, VA.
https://doi.org/10.1596/9780821378632_ch09
M
Selinka Eptakyrietis Hariyadi - 1906287995

02 W

Komponen Khas dan T

Pentingnya SIMF
F
M
Komponen Khas

T
Sebuah model dibangun yang terdiri
dari enam kategori atau dimensi
keberhasilan; mereka terkait secara
kausal dan temporal karena
kesuksesan dipandang sebagai proses
W
dinamis alih-alih keadaan statis.
Hubungan multidimensi antara
ukuran keberhasilan IS telah diuji
secara ekstensif dalam sejumlah studi
T
IS. Berdasarkan studi ini, versi
terbaru dari model ini disajikan

F
Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., & Stergioulas, L. K. (2008). An evaluation framework for Health Information Systems: human, organization and technology-fit factors (HOT-
fit). International Journal of Medical Informatics, 77(6), 386–398. doi:10.1016/j.ijmedinf.2007.08.011
M
Komponen Khas
Kesesuaian internal dicapai dengan
keseimbangan dinamis komponen T
organisasi termasuk strategi bisnis,
struktur organisasi, proses manajemen,
dan peran dan keterampilan. Kesesuaian
eksternal dicapai dengan merumuskan
W
strategi organisasi berdasarkan tren dan
perubahan lingkungan seperti pasar,
industri dan teknologi. Dalam
kecocokan internal dan eksternal ini
sebagai enablernya, TI diharapkan
mempengaruhi proses manajemen, T
sehingga berdampak pada kinerja
organisasi dan pada tingkat tertentu,
strateginya.

F
Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., & Stergioulas, L. K. (2008). An evaluation framework for Health Information Systems: human, organization and technology-fit factors (HOT-
fit). International Journal of Medical Informatics, 77(6), 386–398. doi:10.1016/j.ijmedinf.2007.08.011
M
Komponen Khas
- Kesesuaian antara faktor teknologi,
manusia dan organisasi. T
- Hubungan dua arah antara dimensi
ini: Kualitas Informasi dan
Penggunaan Sistem, Kualitas
Informasi dan Kepuasan Pengguna,
Struktur dan Lingkungan Organisasi,
W
Struktur Organisasi dan Manfaat
Bersih, Lingkungan Organisasi dan
Manfaat Bersih.
- Hubungan satu arah antara dimensi
ini: Struktur dan Penggunaan Sistem. T
- Langkah-langkah evaluasi baru yang
berkaitan dengan HIS dan IS secara
umum.

F
Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., & Stergioulas, L. K. (2008). An evaluation framework for Health Information Systems: human, organization and technology-fit factors (HOT-
fit). International Journal of Medical Informatics, 77(6), 386–398. doi:10.1016/j.ijmedinf.2007.08.011
M
Komponen Khas

F
Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., & Stergioulas, L. K. (2008). An evaluation framework for Health Information Systems: human, organization and technology-fit factors (HOT-
fit). International Journal of Medical Informatics, 77(6), 386–398. doi:10.1016/j.ijmedinf.2007.08.011
M
Komponen Khas
● Electronic Dispensing Tool (EDT) adalah perangkat lunak desktop fasilitas kesehatan untuk
manajemen dan pelaporan farmasi terapi antiretroviral. T
● Database Nasional EDT adalah repositori pusat yang mengumpulkan semua set data EDT individu
tingkat fasilitas.
● Facility Electronic Stock Card (FESC) adalah kartu kontrol stok elektronik sederhana. Ini mencatat
data tentang pengambilan stok, pemesanan, penerimaan, pengeluaran, dan penyesuaian setiap item W
farmasi yang ditebar dan menghasilkan ringkasan laporan status stok bulanan yang dimasukkan ke
Dasbor Informasi Farmasi.
● SYSPRO adalah perangkat lunak Enterprise Resource Planning komersial berpemilik yang digunakan
untuk mengelola inventaris, pemasok, dan pemrosesan pesanan fasilitas kesehatan di toko medis pusat
dan regional. T
● Pharmaceutical Management Information Dashboard adalah aplikasi web untuk mengumpulkan dan
memvisualisasikan ART gabungan, obat-obatan dan komoditas penting lainnya, dan informasi tentang
indikator kinerja sistem farmasi dari berbagai sumber termasuk EDT dan FESC.
F
Mabirizi, D., Phulu, B., Churfo, W., Mwinga, S., Mazibuko, G., Sagwa, E., & Hafner, T. (2018). Implementing An Integrated Pharmaceutical Management Information System for
Antiretrovirals and Other Medicines: Lessons from Namibia. Global Health: Science and Practice, 6(4), 723-735.
M
Pentingnya SIMF
● Ditemukan beberapa permasalahan terkait sistem informasi manajemen farmasi seperti sistem sering
terjadi gangguan sistem, tidak sesuainya stok obat di aplikasi dengan stok di gudang, belum T
terhubungnya sistem informasi manajemen farmasi dengan bagian lain seperti rawat inap dan rawat
jalan
● Kinerja sistem informasi adalah seberapa baik sistem bekerja sesuai dengan keinginan dari
penggunaannya atau seberapa baik sistem bekerja sesuai dengan yang direncanakan W
● Apabila kinerja sistem informasi manajemen farmasi tidak bekerja dengan baik maka dapat
mengganggu dalam pencatatan dan pelaporan data sehingga informasi yang dihasilkan dan
pelayanan yang diberikan tidak bisa tepat waktu pula
● Untuk meningkatkan kinerja sistem informasi manajemen farmasi tersebut diperlukan beberapa
variabel yang berkontribusi, sehingga dari variabel yang berkontribusi tersebut dapat dilakukan T
intervensi.
● Dengan adanya sistem informasi manajemen farmasi maka distribusi obat dapat dikelola dengan baik
sehingga memudahkan dalam mendapatkan obat sesuai dengan resep dokter yang kemudian akan
diberikan kepada pasien. F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Hanifa Azzahra - 1906404676

03 W

Tahapan Menyusun dan T

Meninjau Kembali SIMF


F
M
Pendahuluan

T
Menurut buku Managing Access to Medicines and Health Technologies (2012), apabila suatu
program perbekalan farmasi baru saja dimulai atau merevisi program lama yang sudah ada
sebelumnya, perencanaan dasar harus mencakup pembuatan sistem informasi yang lengkap,
diantaranya semua formulir yang diperlukan harus tersedia serta semua staf harus dilatih untuk dapat W
menggunakan formulir ini sebelum obat-obatan bergerak melalui sistem. Tanpa adanya persiapan
ini, dokumentasi farmasi dan prakiraan akan kebutuhan obat tidak dapat tercatat dengan baik. i.

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari: F
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
Formulir dan Catatan untuk Sistem Suplai
Dasar Sistem Manajemen Farmasi
Formulir Catatan Laporan

Kontrak pemasok (Unit Kartu produk (Unit Laporan status triwulan dan
pengadaan) pengadaan) tahunan

Surat standar (Unit Kartu pemasok (Unit Laporan umpan balik


pengadaan) pengadaan)

Dokumen impor (Pengadaan, Kartu status pemesanan


pemasok, pengirim) (Unit pengadaan)

Catatan pengiriman khusus Jadwal tenders (Unit


(Unit impor) pengadaan)

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari:
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
Formulir dan Catatan untuk Sistem Suplai
Dasar Sistem Manajemen Farmasi
Formulir Catatan Laporan

Permintaan/penerbitan tiket Kartu catatan stok (Toko Laporan status triwulan dan
(Toko medis/fasilitas medis/fasilitas kesehatan) tahunan
kesehatan)

Pengisian kembali stok Kartu tempat sampah (Toko


(Kontrol inventaris) obat)

Jumlah pesanan yang Fasilitas penyimpanan kartu


dipesan (Unit pengadaan) (Unit keuangan,
pengendalian persediaan)

Urutan pesanan (Satuan Catatan pemeliharaan harian


transportasi) (Satuan transportasi)

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari:
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
Formulir dan Catatan untuk Sistem Suplai
Dasar Sistem Manajemen Farmasi

Formulir Catatan Laporan

Laporan penerimaan (Toko Kartu izin kontrol


obat) pengiriman khusus (Unit
impor)

Pengiriman kupon/voucher Jadwal pengiriman (Satuan


(Toko medis/fasilitas transportasi)
kesehatan)

Formulir permintaan Kartu lemari obat (Fasilitas


(Puskesmas dan pekerja) klinis)

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari:
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
Langkah-langkah menyusun/merevisi SIMF

1. Identifikasi pengguna informasi


2. Identifikasi kebutuhan informasi untuk setiap pengguna, termasuk indikator yang dipilih
3. Meninjau kembali prosedur pencatatan dan pelaporan yang sudah ada
4. Mencocokkan informasi yang ada dengan kebutuhan pengguna dalam mengidentifikasi tumpang tindih/overlaps, gap
dan item yang dapat dihapus
5. Membuat draft prosedur pencatatan dan pelaporan untuk mengatasi gap yang ada
6. Pengembangan alat dan prosedur untuk membantu pengguna dalam menganalisis data sederhana dan mempresentasikan
trend
7. Menyiapkan dan memodifikasi instruksi manual
8. Menguji setiap catatan dan formulir laporan yang baru dirancang dan direvisi, termasukinstruksi manual
9. Melakukan modifikasi pada formulir pencatatan, formulir laporan, instruksi manual yang baru diarancang atau direvisi
berdasarkan hasil uji lapangan
10. Mengembangkan prosedur untuk menyiapkan laporan umpan balik/feedback
11. Melatih pengguna informasi pada semua tingkatan dalam pengumpulan data, prosedur pelaporan, dan penggunaan
informasi

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari:
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
Langkah-langkah menyusun/merevisi SIMF

12. Jika SIMF menggunakan sistem komputer/terkomputerisasi, diperlukan pelatihan bagi


staf tentang penggunaan komputer secara umum dan aplikasi khusus pada komputer
13. Memantau implementasi sistem, termasuk kualitas dan keteraturan pelaporan
14. Sesuaikan catatan, formulir laporan, dan software seiring dengan perkembangan
kebutuhan informasi
15. Memonitor secara berkala relevansi dan kecukupan SIMF yang ada dan membuat
perubahan jika diperlukan

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari:
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
Hal penting yang perlu diperhatikan

● Pengguna ataupun pengelola SIMF perlu dilakukan pemberdayaan


● Apabila pengelola SIMF hanya bergantung pada laporan umpan balik dari
tingkat yang lebih tinggi, akan tidak efektif karena penundaan maupun
kurangnya konteks lokal.
● Menguji setiap catatan dan formulir laporan yang baru saja dirancang dengan
staf dari unit yang pada akhirnya akan menggunakan sistem baru tersebut

Tim Penulis. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. USA: Management Sciences for Health, Inc. Diakses dari:
https://msh.org/wp- content/uploads/2013/04/mds3-ch49-infosystems-mar2012.pdf
M
Dilfa Safnia Putri - 1906405104

04 W

Hal yang Diperhatikan dalam


T
Menyusun dan Meninjau
Kembali SIMF F
Sistem Informasi Manajemen Farmasi 1

● Sistem Informasi Manajemen Farmasi atau SIMF merupakan suatu jaringan kerja
yang melakukan pengolahan data lewat suatu proses untuk mencapai suatu tujuan.
● Sistem informasi manajemen farmasi dapat mengelola distribusi obat secara lebih 2
baik sehingga lebih mudah didapat, dan kemudian diberikan pada pasien sesuai
resep dokter, sehingga diketahui stok obat yang ada sesuai dengan kebutuhan
pasien.
● SIM farmasi dapat digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan
misalnya dalam pengadaan stok obat yang dijalankan dengan bantuan perangkat 3
komputer.
● SIMF harus melalui berbagai pertimbangan agar dapat berhasil, berkelanjutan
(sustainable), dan berjalan dengan baik.

Murnita, R., Sudiyono, E. and Purnami, C., 2016. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi Di Rs Roemani Muhammadiyah Dengan Metode Hot Fit 4 Model.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(1).
Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Perancangan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi, 6(2), 96–107. https://doi.org/10.24843/LKJITI.6.2.16704
Hal yang Harus Diperhatikan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun atau meninjau
kembali sistem SIMF:
1. Pengguna SIMF
→ Harus mampu menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah yang dialami oleh
pengguna. Pengguna akan diikutsertakan melalui survei dan evaluasi terkait
penggunaan SIMF. Oleh sebab itu, pada penggunaan SIMF, diperlukan pelatihan dalam
mengatur evolusi sistem.

2. Selektif dalam memilih indikator yang digunakan


→ Umumnya, indikator ditetapkan pada bidang-bidang per tahap pengadaan obat,
misalnya seleksi, efisiensi pengadaan, kualitas produk dan layanan, efisiensi distribusi
(kelebihan stok atau stok habis), penggunaan rasional, manajemen keuangan.

Murnita, R., Sudiyono, E. and Purnami, C., 2016. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi Di Rs Roemani Muhammadiyah Dengan Metode Hot Fit Model.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(1).
Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Perancangan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi, 6(2), 96–107. https://doi.org/10.24843/LKJITI.6.2.16704
Hal yang Harus Diperhatikan
3. Teknik mengkomputerisasi SIMF pada tingkatan yang
sesuai.
→ Beberapa poin penting yang dapat menjadi pertimbangan pada hal tersebut yaitu
ketersediaan listrik dan ruang, ketersediaan staf ahli yang mengerti tentang komputer,
ketersediaan bahan habis pakai (tinta, CD-ROM, kertas, dll), banyaknya data yang harus di
proses, dan tingkat
kesulitan dari analisis yang diperlukan.

4. Penggunaan software yang tepat dan mampu diandalkan


→ Ukuran data dan tingkat kerumitan analisis dengan software yang digunakan harus sesuai,
sehingga diperoleh data yang akurat. Proses pengumpulan, penyimpanan, dan pengaturan data
akan dilakukan oleh aplikasi database yang telah dirancang sebelumnya.

Murnita, R., Sudiyono, E. and Purnami, C., 2016. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi Di Rs Roemani Muhammadiyah Dengan Metode Hot Fit Model.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(1).
Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Perancangan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi, 6(2), 96–107. https://doi.org/10.24843/LKJITI.6.2.16704
Hal yang Harus Diperhatikan
5. Melatih Staf Ahli

Terdapat beberapa kriteria staf ahli,yaitu:


1. mempunyai wawasan dan keahlian terkait sistem kesehatan secara umum
dan sistem manajemen kefarmasian,
2. tingkat kompetensi terhadap teknologi yang diperlukan akan bergantung
pada sistem
3. mempunyai pengetahuan yang baik mengenai prinsip-prinsip yang ada pada
sistem informasi
4. dapat berkomunikasi dengan baik dalam pengambilan keputusan yang
bertujuan dalam menentukan kebutuhan informasi, dan bukan hanya sekedar
menjadi ahli dalam bidang komputer saja.

Murnita, R., Sudiyono, E. and Purnami, C., 2016. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi Di Rs Roemani Muhammadiyah Dengan Metode Hot Fit Model.
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(1).
Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Perancangan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi, 6(2), 96–107. https://doi.org/10.24843/LKJITI.6.2.16704
M
Darisa Naurahhanan - 1906347792

05 W

Alur dan T

Implementasi SIMF
F
M
Alur SIMF
abc
T

Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana: Lontar Komputer
M
Alur SIMF
abc
1. Sistem Informasi Farmasi dengan Front Office (FO)
Front Office memberikan data registrasi pasien ke Modul Farmasi agar data pasien dan T
resep yang diperoleh dapat diproses oleh sistem transaksi obat dan pasien dapat
menebus obat serta membayar tagihan di bagian kasir Front Office.

2. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Layanan W


Sistem ini memberikan informasi obat ke Modul Layanan untuk mengetahui obat apa
saja yang tersedia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Bagian layanan akan memberikan
resep ke bagian farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien seperti infus atau obat-
obatan.
T
3. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Account Payable (AP)
Sistem ini memberikan laporan keuangan seperti Purchase Order (PO), Receiving
Report (RR), Stok Opname, dan laporan Pemusnahan Obat untuk memproses
pencatatan hutang dan pengajuan pembayaran. F

Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana: Lontar Komputer
M
Alur SIMF
4.
abcSistem Informasi Farmasi dengan Entitas Manajemen
Manajemen akan memberikan persen laba untuk menentukan harga jual obat.
T
5. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Apoteker
Apoteker memberikan data racik obat ke sistem dan sistem akan memberikan feedback
berupa info racik obat ke apoteker untuk memudahkan apoteker dalam peracikan resep.
W
6. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Staf Farmasi
Staf Farmasi bertugas untuk memasukkan master data dan mengirimnya ke Modul
Layanan. Staf Farmasi dapat membuat Purchase Requisition (PR) atau Purchase Order (PO).

7. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Kepala Instalasi Farmasi T


Sistem ini akan memberikan draft DR, PR, PO, Retur dan Pemusnahan Obat ke Kepala Instalasi
Farmasi. Kepala Instalasi Farmasi akan memberikan Laporan Persetujuan jika memang
dibutuhkan.
F

Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana: Lontar Komputer
M
Alur SIMF
abc
8. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Direktur Utama
Direktur Utama merupakan pimpinan yang menerima laporan berkaitan dengan seluruh proses T
manajemen inventory obat dan transaksi penjualan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

9. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Distributor


Distributor akan menerima PO yang telah dibuat Modul Farmasi dan mengirim barang W
sesuai daftar pesanan. Barang yang mengalami kerusakan dapat dikembalikan (retur)
ke Distributor dan diganti dengan barang kondisi baik.

10. Sistem Informasi Farmasi dengan Entitas Dinas Kesehatan


Dinas Kesehatan memberikan aturan tentang penggunaan obat narkotika dan T
psikotropika agar tidak melebihi batas penggunaan sewajarnya. Sistem akan
memberikan feedback berupa Laporan Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika.

Yulianti, E., Sudana, A. A. K. O., Made, N., & Marini, I. (2015). Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Fakultas Teknik Universitas Udayana: Lontar Komputer
M
Implementasi SIMF
abc Pada SIRMS Apotek RS Ahmad Yani di Pekanbaru, dokter akan
memberikan resep kepada pasien. Pasien membawa resep tersebut T
ke apotek lalu apoteker akan memberikan obat serta bon atau faktur
penjualan. Berdasarkan penjualan obat ini, apoteker akan membuat
laporan penjualan dan menginformasikan stok obat ke keuangan
W
dan Direktur Rumah Sakit. Apabila apoteker merasa stoknya sudah
sedikit, maka ia akan membuat slip order pembelian obat yang akan
diserahkan ke keuangan dan Direktur Rumah Sakit untuk
divalidasi. Setelah divalidasi, apoteker akan menyerahkan
permintaan ke supplier kemudian supplier akan menyerahkan obat T
serta bon. Dari bon ini, apoteker akan membuat laporan pembelian
yang kemudian diserahkan ke keuangan dan Direktur Rumah Sakit.

Irawan, I. (2019). Sistem Informasi Manajemen Farmasi Apotek Rumah Sakit A. Yani Pekanbaru. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai: Jurnal Teknik Informatika.
M
Nur Alina Rahmadiani - 1906287944

06 W

Efektivitas SIMF dalam T

Pengambilan Keputusan
F
M
Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

Elemen dasar dari SIMF yang sukses adalah penggunaan data yang dihasilkan oleh sistem secara
efektif T

Langkah SIMF yang sukses:


W
Memproses Data

Menyajikan Informasi
T
Menginterpretasi Informasi

Mengambil Tindakan
F
Management Sciences for Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
Keerthi, A.M., Ramapriya, S., Kashyap, S.B., Gupta, P.K., Rekha, B.S. (2021). Pharmaceutical Management Information Systems. In Sustainable and Energy Efficient Computing Paradigms for Society. Switzerland:
Springer International Publishing
M
Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

01. Memproses Data


T

● Data mentah “raw data” perlu diolah terlebih dahulu sebelum disajikan sebagai suatu
informasi dalam SIMF
● W
Tujuan: mengurangi sejumlah besar data menjadi jumlah yang dapat dikelola, di mana sering
kali dilakukan dengan menggunakan tabel ringkasan (summary table)
● Bentuk: agregasi data sederhana, perhitungan rata-rata, atau analisis tren dari waktu ke
waktu hingga penggunaan teknik statistik yang canggih seperti analisis varians
● Alat pengumpulan informasi: lembar penghitungan (tally sheets) yang dikembangkan T
untuk membantu pengguna mengumpulkan data dari banyak sumber dan untuk menghitung
total, hitungan, dan rata-rata.

F
Management Sciences for Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
Keerthi, A.M., Ramapriya, S., Kashyap, S.B., Gupta, P.K., Rekha, B.S. (2021). Pharmaceutical Management Information Systems. In Sustainable and Energy Efficient Computing Paradigms for Society. Switzerland:
Springer International Publishing
M
Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

02. Menyajikan Informasi


T

● Data yang telah diproses sebelumnya akan disajikan sebagai sebuah informasi yang
umumnya dilakukan melalui penggambaran dengan menggunakan grafik-grafik untuk W
membantu menyederhanakan interpretasi
● Jenis-jenis grafik:
○ Grafik batang: perbandingan nilai untuk item yang berbeda atau untuk item yang
sama di lokasi fisik yang berbeda
○ Grafik garis: presentasi tren dari waktu ke waktu T
○ Diagram lingkaran: demonstrasi hubungan antara bagian-bagian dari keseluruhan
dan peta untuk demonstrasi distribusi geografis indikator

F
Management Sciences for Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
Keerthi, A.M., Ramapriya, S., Kashyap, S.B., Gupta, P.K., Rekha, B.S. (2021). Pharmaceutical Management Information Systems. In Sustainable and Energy Efficient Computing Paradigms for Society. Switzerland:
Springer International Publishing
M
Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

Contoh Grafik W

Penyajian Data
T

F
Management Sciences for Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
Keerthi, A.M., Ramapriya, S., Kashyap, S.B., Gupta, P.K., Rekha, B.S. (2021). Pharmaceutical Management Information Systems. In Sustainable and Energy Efficient Computing Paradigms for Society. Switzerland:
Springer International Publishing
M
Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

03. Menginterpretasi Informasi


T

● Interpretasi didasarkan pada konteks


● Poin penting yang dipertimbangkan dalam interpretasi informasi:
○ Apakah data yang didapatkan benar? → melakukan validasi data untuk memastikan W
data lengkap dan akurat
○ Apakah data yang didapatkan representatif?
○ Bagaimana angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka-angka sebelumnya?
○ Bagaimana perbandingan angka-angka untuk wilayah geografis yang berbeda? T
○ Apa yang mungkin menjadi penyebab masalah yang diidentifikasi dalam laporan?

F
Management Sciences for Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
Keerthi, A.M., Ramapriya, S., Kashyap, S.B., Gupta, P.K., Rekha, B.S. (2021). Pharmaceutical Management Information Systems. In Sustainable and Energy Efficient Computing Paradigms for Society. Switzerland:
Springer International Publishing
M
Efektivitas SIMF dalam Pengambilan Keputusan

04. Mengambil Tindakan


T

1. Melakukan diskusi bersama rekan kerja mengenai laporan yang didapat untuk memberikan saran
dalam perubahan yang akan dilakukan
2. Pemberian umpan balik (feedback) dengan memberi tanggapan atas masalah yang memerlukan W
tindakan atau mengembangkan mekanisme rutin untuk menyediakan analisis data indikator kunci
dalam laporan yang diterima dari semua unit pelaporan
3. Identifikasi tindakan yang mungkin dilakukan dengan catatan tindakan tersebut tidak boleh
terbatas pada menangani masalah, tetapi berfokus pada hasil positif juga penting
4. Apabila ada masalah berdasarkan data rutin, maka konfirmasi dapat diperoleh melalui metode T
pengumpulan data alternatif, seperti survei atau kunjungan pengawasan khusus sehingga data
yang didapatkan akan lebih banyak
5. Lakukan perbaikan masalah melalui pengawasan dan pelatihan ulang
F
Management Sciences for Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences for Health.
Keerthi, A.M., Ramapriya, S., Kashyap, S.B., Gupta, P.K., Rekha, B.S. (2021). Pharmaceutical Management Information Systems. In Sustainable and Energy Efficient Computing Paradigms for Society. Switzerland:
Springer International Publishing
M
Sistem Informasi Manajemen Farmasi

Studi Kasus 1
W

F
M
Studi Kasus 1

F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Overview Jurnal
● Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama merupakan rumah sakit umum kelas C yang terletak
di jalan dr. Sutomo Nomor 17 yang telah menggunakan sistem informasi manajemen T
farmasi.
● Di Instalasi farmasi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama sudah menggunakan aplikasi
sistem informasi manajemen farmasi sejak tahun 2010, dan mengalami penyempurnaan W
sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2014 dan tahun 2017.
● Pada unit instalasi farmasi mempunyai fungsi menyelenggarakan seluruh kegiatan
kefarmasian di rumah sakit yang ikut berperan dalam penyembuhan pasien dan
berorientasi pada kepentingan pasien dan masyarakat. T
● Instalasi farmasi bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pengendalian obat serta
dalam pelayanan langsung kepada pasien baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap
F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Metode dan Jenis Penelitian

T
● Model HOT-fit ini adalah kerangka untuk evaluasi sistem informasi kesehatan yang
melibatkan komponen human, organization, dan technology dan kesesuaian di antara
komponen tersebut.
● Jenis penelitian menggunakan penelitian Explanatory Research, untuk menguji W
hipotesis dan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti yang meliputi
variabel human, organization, technology dan kinerja sistem informasi manajemen
farmasi.
● Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana mengumpulkan data sekali dalam T
satu waktu.

F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Kinerja SIMF

T
● Kinerja sistem informasi manajemen farmasi sudah memenuhi indikator ketepatan
waktu penerimaan informasi, indikator kualitas informasi, tingkat kelengkapan
informasi, waktu penyediaan informasi.
● Ditunjukkan dengan nilai indeks capaian skor (IC) kinerja sistem informasi manajemen W
farmasi adalah 69,21%.
● Indeks capaian skor (IC) merupakan hasil perhitungan dari rata-rata skor variabel dibagi
skor maksimal, sehingga apabila hasil IC lebih dari 50% maka dapat dikatakan baik.
● Namun, pada indikator waktu penyediaan informasi memerlukan perhatian lebih T
dikarenakan memiliki nilai IC paling rendah dari indikator lainnya.

F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Human

● Human sudah memenuhi indikator penggunaan sistem dan kepuasan pengguna, hal ini T
ditunjukkan dengan nilai IC human 56,83%.
● Namun, pada indikator kepuasan pengguna memerlukan perhatian lebih dikarenakan
memiliki nilai IC paling rendah dari indikator lainnya. W
● Pada penelitian ini kepuasan pengguna masih kurang pada fasilitas dan fitur-fitur pada
SIM yang belum sesuai kebutuhan, kurang puas atas penggunaan SIM, dan secara
keseluruhan belum sesuai dengan harapan dalam membantu sehari-hari.
● Pada fitur yang belum sesuai kebutuhan didukung dengan hasil observasi bahwa tidak T
berfungsinya fitur stok obat sehingga kurang dalam memberikan informasi stok obat
yang dibutuhkan, sehingga perlu adanya perbaikan fitur.

F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Organization

T
● Organization sudah memenuhi indikator struktur organisasi dan lingkungan organisasi,
hal ini ditunjukkan nilai IC organization 57,35%. N
● amun, pada struktur organisasi memerlukan perhatian lebih dikarenakan memiliki nilai W
IC paling rendah dari indikator lainnya.
● Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sistem informasi manajemen farmasi
masih kurang dalam mendukung pengambilan keputusan dalam pemesanan stok obat di
instalasi farmasi, perencanaan dan pengawasan obat dibagian farmasi, serta T
pengendalian dalam pemberhentian pemesanan obat di instalasi farmasi.

F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Technology
● Technology sudah memenuhi indikator kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas T
layanan, hal ini ditunjukkan dengan nilai IC technology 60,08%.
● Namun, pada indikator kualitas layanan memerlukan perhatian lebih dikarenakan
memiliki nilai IC paling rendah dari indikator lainnya.
● Pada hasil penelitian, kualitas layanan masih kurang dalam panduan penggunaan SIM W
farmasi, kurang cepatnya respon pihak pengembang terhadap SIM farmasi, dan
kurangnya dapat mengakses SIM farmasi dari manapun.
● Pada hasil observasi juga memperkuat tidak adanya panduan penggunaan sistem
informasi manajemen farmasi dalam bentuk fisik, sehingga petugas dapat menggunakan T
sistem informasi manajemen farmasi melalui pelatihan baik yang diberikan dari
organisasi maupun diajarkan teman
F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Hubungan Antar Komponen

● Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka T


saran yang diberikan oleh peneliti untuk organisasi
rumah sakit yaitu perlu adanya peningkatan pada
variabel human pada aspek kepuasan pengguna karena
W
memiliki nilai IC paling kecil dibandingkan lainnya.
● Sehingga, untuk meningkatkan aspek tersebut pihak
organisasi perlu memberikan fitur-fitur yang sesuai
dengan kebutuhan dan memperbaiki fitur yang sudah
ada yaitu pada fitur stok obat agar berfungsi dengan T
baik dan menambah fitur-fitur baru contohnya seperti
fitur edit.

F
Sholistiyawati, A., Mawarni, A., & Dharmawan, Y. (2020). HUBUNGAN FAKTOR HUMAN, ORGANIZATION DAN TECHNOLOGY (HOT-FIT MODEL) DENGAN KINERJA SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN FARMASI DI RUMAH SAKIT BWT SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 8(2), 188-195. https://doi.org/10.14710/jkm.v8i2.26153
M
Sistem Informasi Manajemen Farmasi

Studi Kasus 2
W

F
Studi Kasus 2 1

Murnita, R., Sediyono, E., & Purnami, C. T. (2016). Evaluasi kinerja sistem informasi manajemen farmasi di rs roemani muhammadiyah dengan metode hot fit
model. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(1), 11-19.
Overview jurnal
Evaluasi kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi (SIMF) di
RS Roemani harus dilakukan karena :
● Kebijakan pengoperasian sistem farmasi belum
sepenuhnya dilaksanakan
● Manajer keuangan masih sulit untuk memprediksi Hasil observasi pada kinerja SIM farmasi :
pengeluaran biaya untuk pembelian stok obat ● Aspek human :
● Informasi jumlah obat yang terekap pada sistem informasi ○ Kategori baik (75%).
farmasi tidak sama dengan jumlah obat yang ada di ○ Kategori kurang baik (55%)
gudang ● Aspek organization → kategori
● Kualitas petugas farmasi juga masih rendah. kurang baik (57,5%)
● Aspek technology → baik (55%)
Tujuan yang ingin dicapai → mengetahui kinerja sistem
informasi farmasi di RS Roemani Muhammadiyah ditinjau dari
persepsi pengguna dengan menggunakan indikator HOT Fit
Model.
Gambaran SIM Farmasi RS Roemani Muhammadiyah

● RS Roemani Muhammadiyah sejak tahun 2005


● SIM farmasi RS Roemani Muhammadiyah sering
telah mengaplikasikan SIM farmasi berbasis
kali mengalami perubahan berupa penambahan
komputer dengan SQL server 2000 yang
maupun pengurangan program sesuai permintaan
berpusat 14 pada SIMRS.
pengguna.
● Proses pembuatan SIM di RS Roemani
● Meskipun hampir semua bagian sudah terdapat
Muhammadiyah tidak direncanakan secara
program komputer akan tetapi RS Roemani
komprehensif atau tidak mempunyai master
Muhammadiyah belum menganut paperless yaitu
plan akan tetapi berkembang atas
tetap melakukan penyimpanan secara kertas ataupun
permintaan pengguna apabila pengguna
manual meskipun sudah ada penyimpanan di dalam
merasa ada kekurangan dalam program
sistem.
tersebut
Deskripsi Persepsi Pengguna Tentang Kinerja SIM Farmasi

Penggunaan sistem yang efektif meningkatkan kepuasan


pengguna sehingga pengguna dapat mengeksplorasi dan ● Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
memanfaatkan penuh fitur sistem informasi dan petugas farmasi tentang kinerja SIM farmasi dalam
fungsinya, kepuasan pengguna yang lebih tinggi hal keterampilan dan dalam hal interaksi dengan
kemudian memotivasi / mengarahkan pengguna untuk
bidang lain (petugas bagian SIM) → sistem
meningkatkan kegunaan sistem
informasi kurang akurat : adanya perbedaan jumlah
stok obat yang ada di sistem informasi berbeda
dengan stok obat yang ada di gudang.
● Penyebab : petugas farmasi yang kurang bisa
mengembalikan obat ke dalam sistem jika terjadi
pembatalan nota pembelian pada pasien IGD,
walaupun sebenarnya sudah tersedia fitur
pengembalian obat dalam aplikasi sistem informasi
farmasi.
Deskripsi Persepsi Pengguna Tentang Kinerja SIM Farmasi
Ditinjau Dari Aspek Human (Manusia)

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada


sikap pegawai dalam ketaatan petugas farmasi pada ● Penyebab :
SPO yang berhubungan dengan kinerja SIM farmasi ○ Terkadang pegawai mengambil stok dari
→ sikap pengguna didapatkan hasil bahwa dari persediaan obat askes jika stok obat reguler
konsistensi pegawai dalam pelaksanaan SPO kosong sehingga menimbulkan perbedaan stok
kurang obat di sistem dan stok obat di gudang,
○ Tidak adanya pelatihan dari bagian SIM untuk
pegawai baru tentang penggunaan SIM yang
seharusnya dilakukan karena latar belakang
mereka bukan dari sistem informasi melainkan
dari kefarmasian yang mengakibatkan
penggunaan sistem farmasi yang tidak
maksimal.
Deskripsi Persepsi Pengguna Tentang Kinerja SIM Farmasi
Ditinjau Dari Aspek Organization (organisasi)

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti bagian SIM di


lingkungan farmasi yang berkaitan dengan kinerja SIM
farmasi → ada keterkaitan antara aspek manusia dan ● Penyebab :
organisasi yaitu dari lingkungan organisasi yang terkait ○ Pihak manajemen (kepala farmasi) kurang nyata
dengan program pelatihan yang seharusnya diadakan dalam mendukung pengoperasian SIM
oleh bagian HRD belum dilakukan pada pegawai baru ○ Kurangnya dukungan dari pihak manajemen
sehingga dalam pengoperasian SIM farmasi belum bisa dalam pengembangan dan pengendalian sistem
dilakukan secara maksimal. informasi farmasi → terlihat dari SDM yang ada
pada bagian SIM rumah sakit yang hanya 2
petugas yang jam kerjanya terbatas, sehingga
jika dibutuhkan untuk pembetulan sistem pada
malam hari tidak akan bisa datang dan berakibat
pada informasi yang ada tidak akurat dan
berakibat juga pada keterlambatan informasi
yang diterima.
Deskripsi Persepsi Pengguna Tentang Kinerja SIM Farmasi
Ditinjau Dari Aspek Technology (Teknologi)

● Penyebab :
○ Kurang terampilnya petugas dalam
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
pengoperasian SIM
pada informasi yang dihasilkan oleh SIM farmasi ○ Kurang patuhnya petugas pada SPOnya yang
→ ada keterkaitan antara aspek manusia dan disebabkan tidak adanya pengawasan
teknologi yaitu dari keakuratan informasi yang (supervisi) oleh atasan
dihasilkan oleh sistem informasi farmasi dengan
keterampilan pegawai farmasi yang tidak dilatih
secara langsung oleh bagian SIM yang
menimbulkan kurang akuratnya informasi
yang dihasilkan sehingga petugas harus
menghitung manual jumlah obat tiap akhir bulan.
Permasalahan & Solusi
Permasalahan & Solusi
Permasalahan & Solusi
Kesimpulan

Kinerja SIM farmasi dikatagorikan baik karena sudah dapat memenuhi kebutuhan
dari aspek ketepatan waktu penerimaan informasi dan kelengkapan informasinya,
dan dari aspek kualitas informasi bisa dikatakan bahwa sistem informasi farmasi
sudah memenuhi kriteria kelengkapan dan relevansinya tetapi belum dapat
memenuhi keakuratan informasinya seperti halnya pada data jumlah obat yang
terekap pada sistem belum sama seperti data jumlah obat yang ada di gudang.
M
Sistem Informasi Manajemen Farmasi

Studi Kasus 3
W

F
M
Studi Kasus 3
abc
T

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M
Tujuan Penelitian

Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu sumber daya organisasi untuk mendukung T
proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajemen..

Evaluasi sistem informasi mengandung maksud untuk mengidentifikasi kekuatan dan


kelemahan dari suatu aplikasi yang sedang digunakan, mengetahui tersedia atau W
tidaknya suatu informasi saat diperlukan, dan mengetahui bahwa informasi yang
diberikan dalam aplikasi disajikan secara akurat, handal, dan tepat waktu. Hal ini
berguna sebagai salah satu upaya untuk mengetahui penyebab berbagai kendala yang ada
T
sehingga dapat dilakukan identifikasi masalah untuk kemudian ditentukan langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan.

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M
SIMF di RSUD Kota Semarang
RSUD Kota Semarang telah mengelola sendiri sistem informasi manajemen yang berbasis
komputer untuk mendukung kegiatan operasionalnya sejak tahun 2012. T

Aplikasi yang berjalan meliputi:


● Menu transaksi meliputi daftar pasien, data pemesanan obat, data penerimaan obat, dan W
transaksi pelayanan pasien
● Menu informasi meliputi daftar penjualan obat, daftar pengiriman obat ke ruangan atau
gudang, dan daftar retur obat dan daftar obat kadaluarsa
● Menu persediaan (inventory) meliputi data persediaan barang medis dan non medis T
● Laporan meliputi laporan distribusi obat, laporan saldo obat, laporan penerimaan obat
dari supplier, rekapitulasi resep, dan lembar resep

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M
Hasil Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah model kesuksesan sistem informasi
DeLone dan McLean dengan cara melakukan survey menggunakan kuesioner untuk T
mendapatkan data primer yang akan digunakan untuk memperoleh hasil analisa data penelitian

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M
Hasil Penelitian

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M
Pembahasan
● Hasil uji regresi linier berganda menyatakan bahwa secara simultan variabel kualitas
sistem, kualitas informasi, dan kualitas pelayanan berpengaruh secara positif terhadap T
penggunaan sistem
● Nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,987 yang berarti hubungan dua atau lebih
variabel bebas terhadap variabel terikat mempunyai tingkat keeratan tinggi W
● Uji determinasi (R2 ) adalah 0,974 menunjukkan bahwa kualitas sistem, kualitas
informasi dan kualitas pelayanan berpengaruh 97,4% terhadap penggunaan sistem dan
sisanya 2,6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
● Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang menunjukkan T
terdapat hubungan signifikan antara kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas
pelayanan terhadap penggunaan sistem secara simultan atau bersama-sama

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M
Kesimpulan
● Kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas pelayanan secara simultan memiliki
pengaruh positif terhadap penggunaan sistem di RSUD Kota Semarang. T
● Kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan sedangkan kualitas sistem dan kualitas
informasi memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap penggunaan sistem.
● Kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas pelayanan secara simultan memiliki W
pengaruh positif terhadap kepuasan pengguna di RSUD Kota Semarang.
● Kualitas sistem memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna sedangkan
kualitas informasi dan kualitas pelayanan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
kepuasan pengguna T

F
Advistasari, Y. D., Lutfan., Pudjaningsih, D. (2015). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Farmasi Menggunakan D&M IS Success Model Untuk Mendukung Pengelolaan Obat Di RSUD Kota
Semarang. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. e-ISSN: 2443-2946
M

TERIMAKASI W

H T

Anda mungkin juga menyukai