Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

KECEMASAN MATEMATIS MELALUI MODEL LEARNING


CYCLE 7E DI SEKOLAH MENENGAH

Presented by Sri Agustini Dalimunthe (165050030)

Pembimbing 2
Pembimbing 1
Thesa Kandaga, S.Si., M.Pd.
Darta, M.Pd
Latar Belakang Masalah
Berpikir Kritis Learning Cycle 7E
Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan
Permendikbud No. 58 Tahun 2014 yaitu oleh Karplus dan Their pada tahun 1967 sebagai
untuk menunjukkan kemampuan berpikir implementasi dari teori konstruktivisme Piaget.
logis, analisis, sistematis, kritis, inovatif, Learning Cycle pertama kali diterapkan di sekolah
kreatif, bekerjasama serta menunjukkan dasar, digunakan sebagai model perencanaan
kemampuan menganalisis dan pembelajaran yang berbasis penemuan dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan Science Curriculum Improvement Study (SCIS) di
sehari-hari. awal 1970-an.

Kecemasan Matematis
Dalam buku Mathematics Anxiety Richardson and
Suinn (Cavanagh & Sparrow) definisi dari kecemasan
matematika adalah perasaan-perasaan ketegangan
dan kecemasan yang menyebabkan kesalahan dalam
angka dan penyelesaian dari problem matematika
dalam lingkup luas dalam kehidupan sehari-hari dan
situasi sekolah.
Identifikasi Masalah
Hasil studi TIMSS 2011 yang diterbitkan oleh IEA (2012:
42), “Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara
peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-
01 rata internasional 500”. Dari hasil kajian TIMSS
menunjukkan bahwa peringkat Indonesia masih jauh dari
yang diharapkan.
Hasil studi PISA 2006, Indonesia berada di peringkat ke-
50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 391,
sedangkan skor rata-rata internasional 500”. Hasil studi
PISA 2009 yang diterbitkan oleh OECD (2010: 155),
02 “Indonesia berada di peringkat ke-61 dari 65 negara
peserta dengan skor rata-rata 371, sedangkan skor rata-
rata internasional 500”. Hasil studi PISA 2012 kembali
diterbitkan oleh OECD (2013: 65), “Indonesia berada di
peringkat ke 64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-
rata 375, sedangkan skor rata-rata internasional 500
(OECD, 2013).

Kemdiknas (2011: 55) menyatakan bahwa “salah satu


kelemahan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal
03 matematika adalah siswa lemah dalam soal-soal yang
menuntut kemampuan pemecahan masalah,
berargumentasi dan berkomunikasi”
Rumusan Masalah

Bagaimana kemampuan
berpikir kritis matematis siswa
? Bagaimana efektivitas
pembelajaran Learning
sekolah menengah melalui Cycle 7E untuk peningkatan
model Learning Cycle 7E? berpikir kritis matematis?

Bagaimana kecemasan matematis


siswa sekolah menengah melalui
model Learning Cycle 7E?
Tujuan
Penelitian
Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis
01
matematis siswa melalui model Learning Cycle 7E

02 Mendeskripsikan kecemasan matematis siswa


melalui model Learning Cycle 7E

03 Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran


Learning Cycle 7E untuk kemampuan berpikir
kritis matematis
Manfaat Peneltian

01 Manfaat Teoritis
02 Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan tentang ada • Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu
atau tidaknya pengaruh pembelajaran pengetahuan
learning cycle 7e terhadap • Dapat dijadikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran
kemampuan berpikir kritis dan • Diharapkan dapat memberi pengaruh positif.
kecemasan matematis peserta didik di • Diharapkan bisa menjadi salah satu bahan referensi mahasiswa/i
sekolah menengah. mengenai berpikir kritis atau kecemasan matematis
• Penelitian ini secara pribadi menjadi salah satu bentuk
implementasi dari ilmu pengetahuan yang diperoleh penuls
selama mengikuti program perkuliahan sarjana di Universitas
Pasundan (UNPAS) Bandung.
Definisi Variabel

Berpikir Kritis
Learning Cycle 7E
Matematis
Kemampuan Berpikir siswa secara Suatu model pembelajaran yang
beralasan dan pertimbangan yang Kecemasan berpusat pada siswa yang
mendalam. Matematis merupakan serangkaian tahap
Indikator Perasaan tegang, cemas serta kegiatan (fase) yang disusun
(1)Memberikan penjelasan sederhana ketakutan yang berlebihan sedemikian rupa sehingga siswa
(2)memeiliki keterampilan dasar sehingga mengganggu performa dapat menguasai kompetensi yang
(3) membuat kesimpulan matematika. harus dicapai dalam pembelajaran
(4) memberikan penejlasan lebih lanjut Indikator:Fisik,kegelisahan,banyak dengan berperan aktif.
(5) mengatur strategi dan teknik. berkeringat,kegugupan;
Psikomotor,perilaku menghindar
dan terguncang;Kognitif, khawatir
akan sesuatu,sulit berkonsentrasi,
merasa terancam
Kecemasan Matematis
Berpikir Kritis
Indikator Kemampuan
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
kecemasan matematis menurut
menurut Ennis 1986:
Nevid 2003:

Kajian
• Menginterpretasi sesuau secara
sederhana • Aspek Fisik : kegelisahan,
• Mengembangkan keterampilan kegugupan, banyak
dasar berkeringat, sering buang air

Teori
• Menyimpulkan kecil, pusing, sult berbicara,
• Membuat penjelasan lebih lanjut tangan/anggota tubuh yang
• Menemukan strategi dan teknik gemear
yang digunakan dalam • Aspek Psikomotor : perilaku
penyelesaian suatu masalah menghindar, perilaku
terguncang
• Apek Kognitif : Khawatir akan
sesuatu, sulit berkonsentrasi,
Learning Cycle 7E merasa terancam oleh orang,
Tujuh tahapan model Learning Cycle 7E ketakutan ketidakmampuan
menurut Eisenkraft 2003: mengatasi masalah
- Elicit - Elaborate
- Engage - Evaluate
- Explore - Extend
- Explain
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan.

Metode Petama, mencatat semua temuan secara umum pada


setiap artikel yang membahas tentang aspek berpikir
kritis, kecemasan matematis, dan model learning cycle
Penelitian 7e. Kedua menghubungkan segala temuan. Ketiga,
menganalisis segala temuan tentang teori serta hasil
yang dibahas pada artikel tersebut, dan yang terakhir
mengomentari, mempertimbangkan, membahas dari
hasil temuan tersebut.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber


primer dan sumber sekunder, dimana sumber primer
merupakan artikel-artikel dari berbagai jurnal yang
menjadi objek penelitian ini. Sedangkan sumber
sekunder diambil dari dokumen dan bahan pustaka
yang ada hubungannya dalam penelitian ini.
Analisis Data
Teknik Deduktif
01 Teknik menganalisis data yang telah terkumpul dengan jalan
menjabarkan hal-hal yang tergolong umum menjadi bersifat
khusus.

Teknik Induktif
02 Teknik yang membahas masalah khusus menuju ke
arah kesimpulan yang bersifat umum.

Teknik Interpretasi
03 Menafsirkan data yang diperoleh atau yang
terkumpul ke dalam proses pengumpulan data.
Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa SMP Melalui
No. Aspek Kategori
Benar Cukup Kura Sala
(%) (%) ng h (%)
Model Learning Cycle 7E benar
(%)

1 Mengidentifikasi atau menyusun 89,6 10,3    


pertanyaan
Tabel tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis
2 Menganalisis kesimpulan 27,6 41,4 27,6  
siswa SMP tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan 3 Mengidentifikasi dan mengatasi 27,6 51,7 17,2 0,3
persentase rata-rata kategori B dengan persentase 40,46%. ketidakrelevan
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa SMP ini 4 Mengapa 62,1 20,7 17,2  
5 Mengapa 75,8 10,3 13,8  
dikarenakan pembelajaran yang diaplikasikan di sekolah
6 Reputasi 0,3 17,2 58,6 17,2
masih didominasi oleh guru sehingga siswa pasif pada saat 7 Interval yang pendek antara 10,3 6,8 34,5 48,3
pembelajaran yang membuat kemampuan berpikir kritis observasi dan laporan

siswa kurang terlatih 8 Kelas logika 6,8 79,3 13,8  


9 Menggeneralisasikan   37,8 48,3 13,8
10 Konsekuensi menerima atau 68,9 31,0    
menolak keputusan
11 Definisi 24,1 65,5 10,3  
12 Menilai kebenaran asumsi     93,1 6,8
13 Membuat dan 27,6 31,0 34,5 6,8
mempertimbangkan keputusan
14 Mengikuti langkah-langkah 93,1 6,8    
penyelesaian masalah
15 Mengikuti langkah-langkah 93,1 6,8    
penyelesaian masalah
Data Diagram
N-Gain yang tertinggi adalah
indikator menentukan tindakan
sebesar 0,8 dan hasil paling
rendah adalah indikator
memfokuskan pertanyaan
sebesar 0,167
Empat Indikator Berpikir Kritis Pada Penelitian Lain

Memberikan Alasan
No Indikator Skor Eksperimen Kontrol
Ideal Jumla % Juml %
h Skor ah Mengidentifikasi
Siswa Skor Keputusan
Sisw
a Memberikan
1 Memberikan alasan 8 192 5,65 70,59 178 5,24 65,44
2 Mengidentifikasi 8 193 5,68 70,96 165 4,85 60,66 Penjelasan Lebih
keputusan Lanjut
3 Memberikan 4 89 2,62 65,44 59 1,74 43,38
penjelasan lebih lanjut
4 Merumuskan langkah- 4 86 2,53 63,24 80 2,35 58,82
Merumuskan
langkah penyelesaian Langkah-langkah
Keseluruhan 24 560 16,47 68,67 482 14,18 59,08 Penyelesaian
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Model Learning
Cycle 7E

Tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa pada
indikator interpretasi dapat Kategori Persentase (%)
dikatakan tinggi.Tingkat Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi
kemampuan berpikir kritis
siswa jika dilihat dari Sangat tinggi 26.47 14.71 27.45 18.63
indikator analisis masih
dapat dikatakan kurang.
Selanjutnya tingkat Tinggi 60.78 25.49 52.94 33.33
kemampuan berpikir kritis Sedang 9.80 37.25 15.69 31.37
siswa jika ditinjau dari
indikator evaluasi dapat Rendah 2.94 13.73 2.94 7.84
dikatakan cukup baik. Lalu Sangat 0.00 8.82 0.98 8.82
tingkat kemampuan berpikir
rendah
kritis siswa dilihat dari
indikator inferensi masih
dapat dikatakan kurang
seperti pada indikator
analisis
Perbandingan

Grafik Batang Distribusi Frekuensi Grafik Batang Distribusi Frekuensi


Skor Pretest Skor Postest
KECEMASAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL LEARNING CYCLE 7E
Gambaran Tingkat Kecemasan Matematis Siswa SMP

9,8% 41,5%
Sangat
tinggi tinggi

Terdapat 21 siswa memiliki tingkat


kecemasan yang tergolong tinggi,
serta hasil perhitungan didapat dari
41 siswa yang diteliti dengan
angket kecemasan matematis ada
9,8% berada pada tingkatan sangat
tinggi, 41,5% berada pada kategori
tinggi, 29,3% berada pada kategori
rendah, dan pada kategori sangat
rendah ada 19,5%.
Batas Kategori Interval Frekuensi Persentas Keterang
e an X Madrasah
13 16% Rendah Gambaran tingkat kecemasan dalam
proses pembelajaran matematika pada
51 63% Sedang siswa kelas X Madrasah di salah satu
17 21% Tinggi kota Watampone yaitu sebanyak 16%
berada pada kategori rendah, 63%
Jumlah 81 100%   pada kategori sedang, dan 21% pada
kategori tinggi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa skor
kecemasan belajar siswa berada pada
kategori sedang
SMA Negeri
Gambaran tingkat kecemasan Kategori n min max M s
dalam proses pembelajaran Sangat tinggi 5 91 95 93 2,00
matematika pada salah satu SMA Tinggi 15 79 87 83 3,18
Negeri Karawang mengalami
Sedang 22 67 78 73 3,13
kecemasan berlebih (kategori tinggi
dan sangat tinggi). Pada kategori Rendah 15 56 66 61 3,29
sangat tinggi terlihat bahwa rentang Sangat rendah 5 45 53 49 3,76
nilainya lebih kecil dibandingkan
pada kategori lain seperti tinggi,
sedang, dan rendah.
EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN
LEARNING CYCLE 7E Kumpulan Data Pretest dan Postes Siswa

Kode Pretest Rata- Postest Rata-


Analisis artikel dalam bab ini Artikel rata rata
terdiri dari 10 artikel yang Min Max Min Max
dimana masing-masing
artikel memuat hasil pretest Artikel 3 12 48 26,55 27 94 54,73
dan postest, N-gain lalu
koefisien determinasi . Artikel 4 22,22 61,11 37,69 33,33 88,88 64,41

Artikel 5 45 95 69 60 80 69,447
Kumpulan Data N-Gain
Kode Artikel N-Gain

Artikel 1 0,49

Dari masing-masing hasil penelitian dari Artikel 2 0,67


artikel yang sudah penulis kumpulkan,
menunjukkan bahwa kualitas berpikir Artikel 6 0,56
kritis siwa dengan menggunakan model
Artikel 7 0,60
learning cycle 7E berada pada rentang
0,30 g 0,70 yang termasuk dalam Artikel 8 0,66
kategori sedang
Artikel 9 0,810

Artikel 10 0,69
Data Kumpulan Koefisien Determinasi
Pada artikel 1, dijelaskan koefisien
determinasi antara model learning cycle 7e
terhadap hasil belajar peserta didik
sebesar 36,00%, yang berarti pengaruh
model learning cycle 7e terhadap hasil
Kode Artikel Koefisien Determinasi belajar sebesar 36,00% sedangkan
sisanya 64% dipengaruhi oleh faktor lain
Artikel 1 36,00%

Artikel 5 86,36%
Pada artikel 5 bahwa terdapat hubungan
yang sangat kuat antara model pembelajaran
Learning Cycle 7e terhadap kemampuan
berpikir kritis matematika siswa. Hasil
perhitungan koefisien determinasi diperoleh =
86,36% yang berarti bahwa pengaruh model
pembelajaran Learning Cycle 7e adalah
sebesar 86,36% sedangkan sisanya 13,64%
dipengaruhi oleh faktor lain
Kesimpulan

Dari data hasil pretest dan


Pada tingkat sekolah postes, setiap nilai minimum dan
Kemampuan berpikir kritis maksimum pada pretest ataupun
menengah pertama
siswa dengan model nilai minimum dan maksimum
kecemasan siswa yang timbul
pembelajaran Learning Cycle pada postest mengalami
saat pembelajaran
7E pada tingkat sekolah peningkatan. Dari data hasil uji N-
berlangsung yang Gain menunjukkan bahwa rata-
menengah pertama indikator
menyebabkan pretasi belajar rata klasifikasi peningkatan
menentukan tindakan adalah
rendah, semakin tinggi tingkat kemampuan berpikir kritis
yang terbesar dan indikator
kecemasan maka semakin termasuk dalam kategori sedang.
yang paling rendah adalah Pengaruh model pembelajaran
rendah prestasi belajar
indikator memfokuskan Learning Cycle 7e terhadap
matematika. Sedangkan pada
pertanyaan. Untuk tingkat berpikir kritis sebesar 86,36%
tingkat SMA, kecemasan
sekolah menengah atas sedangkan sisanya 13,64%
matematis dapat dipengaruhi oleh faktor lain.
indikator interpretasi adalah
berhubungan ataupun tidak Sedangkan pengaruh model
yang terbesar sedangkan
dengan hasil belajar peserta learning cycle 7e terhadap hasil
yang paling rendah adalah
didik, hal ini bisa disebabkan belajar siswa sebesar 36,00%
indikator analisis sedangkan sisanya 64%
oleh beberapa faktor.
dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan kesimpulan bahwa
S learning cycle 7e mampu
meningkatkan berpikir kritis siwa,

A maka guru disarankan


menngunakan model learning
cycle 7e.
R
A Guru diharapkan dapat
menciptakan lingkungan
pembelajaran di mana peserta didik
N tidak merasa terancam, tetapi
merasa nyaman pada saat
pembelajaran,.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai