Pasal 65
1. Bidan berhimpun dalam satu wadah Organisasi Profesi Bidan.
2. Organisasi Profesi Bidan berfungsi untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, mertabat, dan etika
profesi Kebidanan.
Penjelasan Pasal 65 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Organisasi Profesi Bidan" adalah Ikatan Bidan Indonesia (lBI).
Pasal 66
Organisasi Profesi Bidan bertujuan untuk mempersatukan, membina, dan memberdayakan Bidan dalam rangka menunjang pembangunan
kesehatan.
Pasal 67
1. Untuk mengembangkan cabang ilmu dan standar pendidikan Kebidanan, Organisasi Profesi Bidan dapat membentuk kolegium Kebidanan.
2. Kolegium Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan otonom di dalam Organisasi Profesi Bidan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kolegium Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Organisasi Profesi Bidan .
ORGANISASI IBI (IKATAN BIDAN INDONESIA)
Visi
Satu-satunya wadah yang mandiri, berdaya saing, mempunyai wewenang Pengesahan kepada bidan, lembaga
pendidikan dan pengawasan mutu pelayanan dalam mendukung berhasilnya kiprah profesionalisme bidan Indonesia.
Misi
Mewujudkan organisasi IBI yang mandiri, berdaya saing dan mampu meningkatkan profesionalisme Bidan Indonesia
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
IBI mempunyai tujuan dan fokus yang berguna bagi masyarakat umum.
1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan kaum wanita pada umumnya, dalam rangka
memperkokoh persatuan bangsa
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan, khususnya dalam pelayanan KIA serta
kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Sejarah Organisasi
Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari lahir IBI. Pengukuhan hari
lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang
merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil
meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu: mendirikan sebuah organisasi
profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah diterima menjadi anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
pada tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya
dalam meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang
organisasi kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia.
Pendayagunaan
Bidan
Pendayagunaan Bidan tertuang dalam UU No
4 Tahun 2019 Bab IX Tentang Pendayagunaan
Bidan pada pasal 68.
Pasal 68
1. Dalam rangka pemerataan dan pemenuhan kebutuhan Pelayanan Kebidanan,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat melakukan
pendayagunaan Bidan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
2. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan aspek
pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan.
3. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri
atas pendayagunaan Bidan di dalam dan luar negeri.
4. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(3) dilaksanakan melalui penempatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan Pengawasan Bidan tertuang dalam UU No 4 Tahun 2019 Bab IX
Tentang Pembinaan dan Pengawasan Bidan pada Pasal 69-70.
● Pasal 69 ● Pasal 70
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan Pembinaan dan pengawasan sebagaimana
pembinaan dan pengawasan Bidan dengan melibatkan dimaksud dalam Pasal 69 dilaksanakan
Konsil dan Organisasi Profesi Bidan sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan
kewenangan masing-masing. perundang-undangan.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diarahkan untuk:
1. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
2. melindungi masyarakat dari tindakan Bidan yang tidak sesuai
standar; dan
3. memberikan kepastian hukum bagi Bidan dan masyarakat.
TERIMA KASIH