Disusun Oleh :
1. As Selvilla Muthmainah. H PO.71.24.1.20.020
2. Balqis Dw Cantika PO.71.24.1.20.037
3. Diani Putri PO.71.24.1.20.025
4. Dini Aurelia Zalika PO.71.24.1.20.034
5. Jessy Meisyarani Putri PO.71.24.1.20.047
6. Mar’atus Solikah PO.71.24.1.20.006
7. Latifah Putri PO. 71.24.1.20.012
8. Syarah Anisah Putri S PO.71.24.1.20.031
9. Diny arista PO. 71.24.1.20.044
Dosen Pengampu
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Undang - undang kebidanan meliputi hak dan kewajiban bidan
2.2 Organisasi profesi bidan
2.3 Pendayagunaan bidan
2.4 pembinaan dan pengawasan
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan kebidanan merupakan salah satu upaya kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kebidanan yang telah terdaftar dan terlisensi sesuai dengan peraturan yang berlaku
untuk dapat melakukan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan diberikan pada wanita
sepanjang masa reproduksinya yang meliputi masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan,
nifas; bayi baru lahir; dan anak usia di bawah lima tahun (balita). Hal tersebut mendasari
keyakinan bahwa bidan merupakan mitra perempuan sepanjang masa reproduksinya.
Sebagai pelaksana pelayanan kebidanan, bidan merupakan tenaga kesehatan yang
strategis dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA). Angka kematian tersebut sebagian besar terjadi di
wilayah terpencil. Salah satu program yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian
ibu dan anak adalah penempatan bidan di wilayah terpencil. Program tersebut bertujuan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi ke masyarakat.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting dalam pelayanan
maternal dan perinatal dengan jumlah tenaga profesi bidan tentu berada dekat dengan
masyarakat salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan yang berkualitas. Untuk itu bidan harus mampu terampil memberikan
pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh peraturan perundang undangan.
Bidan diakui sebagai tenaga yang professional dan bertanggungjawab, bekerja sebagai
mitra perempuan untuk memberikan dukungan , nasehat dan asuhan , baik pada masa
kehamilan, masa persalinan dan memberi asuhan kepada bayi yang baru lahir, serta
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, juga memberikan
bantuan secara medis atau bantuan lain yang sesuai, sekaligus melaksanakan kegawat
daruratan.
SUMBER
Ratni, R., & Budiana, I. (2021, February). IMPLEMENTASI PRAKTIK KEBIDANAN
MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR: 4 TAHUN 2019 TENTANG
KEBIDANAN DI KOTA TASIKMALAYA. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL
LPPM UMP (pp. 36-41).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Undang undang kebidanan meliputi Hak dan Kewajiban
Hak dan Kewajiban Bidan tertuang dalam UU No 4 Tahun 2019 Bab VII Tentang Hak dan
Kewajiban Bidan Bagian Pertama Pasal 60-61.
Pasal 60
Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan
profesi, dan standar prosedur operasional;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien dan/atau
keluarganya;
c. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang telah diberikan;
e. memperoleh fasilitas kerja sesua1 dengan standar; dan
f. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi.
Pasal 61
Bidan dalam melaksanakan Praktik Kebidanan berkewajiban:
a. memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan
mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur
operasional;
b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan Kebidanan
kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya;
c. memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;
d. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
e. mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesua1 dengan standar;
f. menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;
g. menghormati hak Klien;
h. melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan Kompetensi
Bidan;
i. melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;
j. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
k. mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui
pendidikan dan/atau pelatihan; dan/atau
l. melakukan pertolongan gawat darurat.
Pasal 65
1. Bidan berhimpun dalam satu wadah Organisasi Profesi Bidan.
2. Organisasi Profesi Bidan berfungsi untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, mertabat, dan etika profesi Kebidanan.
Pasal 66
Organisasi Profesi Bidan bertujuan untuk mempersatukan, membina, dan memberdayakan
Bidan dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan.
Pasal 67
1. Untuk mengembangkan cabang ilmu dan standar pendidikan Kebidanan, Organisasi
Profesi Bidan dapat membentuk kolegium Kebidanan.
2. Kolegium Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan otonom di
dalam Organisasi Profesi Bidan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kolegium Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur oleh Organisasi Profesi Bidan.
Visi
Satu-satunya wadah yang mandiri, berdaya saing, mempunyai wewenang Pengesahan kepada
bidan, lembaga pendidikan dan pengawasan mutu pelayanan dalam mendukung berhasilnya
kiprah profesionalisme bidan Indonesia.
Misi
Mewujudkan organisasi IBI yang mandiri, berdaya saing dan mampu meningkatkan
profesionalisme Bidan Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
IBI mempunyai tujuan dan fokus yang berguna bagi masyarakat umum.
1. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan kaum wanita pada
umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan, khususnya
dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Sejarah Organisasi
Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari
lahir IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi bidan
pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan
senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil
meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya,
yaitu: mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berbentuk
kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah diterima menjadi anggota Kongres
Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951, hingga saat ini IBI tetap aktif mendukung
program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajat
kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-undang RI No.8 tahun 1985 tentang
organisasi kemasyarakatan, maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu
Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di luar pulau Jawa,
yaitu di kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului dengan
pertemuan ICM Regional Meeting for Western Pacific yang dihadiri oleh anggota ICM dari
Jepang, Australia, New Zealand, Phillipina, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan
Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah IBI di semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju dan berkembang
dengan baik. Sampai dengan tahun 2003, IBI telah memiliki 30 pengurus daerah, 342 cabang
IBI (di tingkat Kabupaten / Kodya) dan 1,703 ranting IBI (di tingkat kecamatan) dengan
jumlah anggota sebanyak 68,772 orang. Jumlah anggota ini meningkat dengan pesat setelah
dilaksanakannya kebijakan Pemerintah tentang Crash Program Pendidikan Bidan dalam
kurun waktu medio Pelita IV sampai dengan medio Pelita VI.
Pasal 68
1. Dalam rangka pemerataan dan pemenuhan kebutuhan Pelayanan Kebidanan, Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat melakukan pendayagunaan Bidan sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing.
2. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan aspek
pemerataan, pemanfaatan, dan pengembangan.
3. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas
pendayagunaan Bidan di dalam dan luar negeri.
4. Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3)
dilaksanakan melalui penempatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.4. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan Pengawasan Bidan tertuang dalam UU No 4 Tahun 2019 Bab IX Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Bidan pada Pasal 69-70.
Pasal 69
1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan Bidan
dengan melibatkan Konsil dan Organisasi Profesi Bidan sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
b. melindungi masyarakat dari tindakan Bidan yang tidak sesuai standar; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi Bidan dan masyarakat.
Pasal 70
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
sumber
UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan | Jogloabang
UU No. 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan | PDF (scribd.com)
4 Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sampai dengan ayat 3 | Course
Hero
Sejarah Singkat Ikatan Bidan Indonesia (ibi.or.id)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebidanan dalam UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan
selama masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi
baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Bidan adalah seorang perempuan
yang telah menyelesaikan program pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di
luar negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi persyaratan
untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan menurut ketentuan umum Undang-Undang tentang Kebidanan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Praktik
Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk
asuhan kebidanan. Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh Bidan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk memberikan Pelayanan Kebidanan.
Organisasi Profesi Bidan berfungsi untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, mertabat, dan etika profesi Kebidanan.
Pendayagunaan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3)
dilaksanakan melalui penempatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 70 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan, baik
dari segi pengetauan maupun dalam segi penulisan dan tata bahasanya. Hal ini terjadi karena
penyusun masih dalam tahap masa pembelajaran sehingga diharapkan kritik dan saran untuk
membimbing dan membantu pembelajaran lebih lanjut. Serta, makalah ini masih sangat
sederhana untuk itu kami berharap saran dari para pembaca makalah ini agar dapat menjadi
acuan kami dalam membuat makalah yang lainnya.