FISIOLOGI
FISIOLOGI
FISIOLOGI
PENDAHULUAN
Definisi adalah dilatasi abnormal dari arteri. hampir tidak pemah menimbulkan gejala sering ditemukan ketika terjadi ruptur
EPIDEMIOLOGI
lima per 100.000 kasus, pasien berusia 3 - 50 tahun. otopsi ditemukan sebesar 5 % Wanita dibandingkan pria, : 2 - 3 : 1, Aneurisma multiple atau lebih dari
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya Berdasarkan bentuknya Berdasarkan diameternya aneurisma sakuler Menurut besarnya
Berdasarkan penyebabnya
Kongenital (aneurisma sakuler) 4.9% Aneurisma mikotik (septik) 2,6% Aneurisma arteriosklerotik Aneurisma traumatik 5--76,8%.
Berdasarkan bentuknya
Menurut besarnya
baby (< 2 mm) small (2-6 mm) medium (6-15 mm) large (15-25 mm) giant (> 25 mm).
ETIOLOGI
Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri Hipertensi (tekanan darah tinggi) Aterosklerosis Beberapa infeksi dalam darah Bersifat genetik Malformasi arteriovenosa,
Patofisologi
terjadi pada pertemuan pembuluh darah turbulen tahanan aliran darah pada dinding arteri paling besar. Defek tunika muskularis Perubahan elastisitas (lamina elastika interna) melemahkan dinding pembuluh darah mengurangi kerentanan untuk berubah pada tekanan intraluminal. Aneurisma
GEJALA KLINIS
Sebelum Ruptur
Ruptur
Gejala Klinis
Gambaran klinik pecahnya aneurisma dibagi apabila timbul gejala-gejala dalam 5 tingkat ialah: gangguan saraf. Tingkat I : Sefalgia ringan dan sedikit tanda Gejala: sakit kepala, penglihatan perangsangan selaput otak atau tanpa kabur/ ganda, mual, kaku leher gejala. dan kesulitan berjalan. Tingkat II : Sefalgia agak hebat atau ditambah kelumpuhan saraf otak. Gejala (warning sign), : Tingkat III : Kesadaran somnolent, bingung kelumpuhan,gangguan,penglihata, atau adanya kelainan neurologik fokal kelopak mata tidak bisa membuka sedikit. secara tiba-tiba, nyeri daerah Tingkat IV : Stupor, hemiparese sampai berat, wajah, nyeri kepala sebelah gejala mungkin adanya permulaan deserebrasi dan gangguan sistim saraf otonom. menyerupai gejala stroke. Tingkat V : Koma dalam, tanda rigiditas desebrasi dan tanda stadium paralisis cerebral vasomotor.
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Dengan memasukkan kateter dari pembuluh darah arteri di kaki, dimasukkan terus sampai ke pembuluh darah di otak yang terkena aneurisma, dan dengan bantuan sinar X, dipasang koil logam di tempat aneurisma pembuluh darah otak tersebut. Setelah itu dialirkan arus listrik ke koil logam tersebut, dan diharapkan darah di tempat aneurisma itu akan membeku dan menutupi seluruh aneurisma tersebut.
membedah otak, memasang klip logam kecil di dasar aneurisma, sehingga bagian dari pembuluh darah yang menggelembung itu tertutup dan tidak bisa dilalui oleh darah.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan subarachnoid saja. 2. Perdarahan subarachnoid dan perdarahan intra serebral (60%). 3. Infark serebri (50%). 4. Perdarahan subarachnoid dan subdural. 5. Perdarahan subarachnoid dan hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif (30%) 6. Aneurisma a. carotis interna dapat menjadi fistula caroticocavernosum. 7. Masuk ke sinus sphenoid bisa timbul epistaksis 8. Perdarahan subdural saja.
Prognosis
Aneurisma a. cerebri media, dengan clipping langsung pada aneurismanya mortalitas 11%, sedang dengan istirahat ditempat tidur mortalitas sebesar 36%.