Anda di halaman 1dari 28

BUNGA

- Homolog dengan pucuk vegetatif dan daun hijau


sepala, petala

- Dipandang sebagai suatu batang atau cabang pendek


yang berdaun dan telah mengalami perubahan bentuk

STRUKTUR BUNGA
- Terdiri dari bagian steril dan fertil (stamen , pistilum)
- Susunan daun bunga spiral dan karangan
berlekatan atau bebas
(kohesi/adnasi)
- Karpel Menyusun ginesium (bakal buah, bakal biji,
tangkai putik & kepala putik)
Struktur bunga
Angiospermae
HISTOLOGI SEPAL DAN PETAL
Menyerupai daun dan terdiri dari epidermis abaksial dan
adaksial

3-10 lapisan sel isodiametris yang tak terdiferiansi


(mesofil)

Banyak ruang antar sel dan terdapat berkas pengangkut

Terkadang dijumpai idioblas / hipodermis

Sepal berwarna hijau dan berfotosintesis

Petal  warna lebih bervariasi


Cellular structure of petals in wild type and wps1. (A-D, I) Crossing sections of a wild type flower. (E-H, J)
Crossing sections of a wps1 flower. (B-D, I) Close-up of different regions in petals of wild type (from the
red marks in A), and 6 to 7 layers of cells in standard (I). (F-H, J) Close-up of knotted regions in petals of
wps1 (from the red marks in E), and the malformed and unorganized cells in a knotted region (J). (A-H)
Bar = 100 m; (I, J) Bar= 50 m.
Cellular morphology of adaxial epidermal layer in petals of wild type and wps1. (A-C) Representative cell types in
different petals of wild type. (D-F) Representative cell types in different petals of wps1 mutant. (A, D) Conical
cells appear in the standards of both wild type and wps1 mutant. (B, E) Cells with interlocking jigsaw shape in the
wings of both wild type and wps1 mutant. (C, F) typical epidermal cells of keels in both wild type and wps1
mutant share the similar shape, but the width of cells in wps1 (F) is larger than that of wild type (C). Bar= 10 m.
a. Merah (ruber), kemerah-merahan (rubescens), ros (roseus), merah jambu
(rubens), merah batu (latericius)

b. Putih (albus), keputih-putihan (albescens), pucat (pallidus)

c. Kuning (flavus), kekuning-kunigan (flavescens), kuning menyala (luteus),


kuning jeruk (citrinus), kunig belerang (sulfureus), oranye (aurantiacus)

d. Coklat/sawo matang (brunneus), coklat kotor (luridus), coklat hitam atau


coklat abu (fuscus), coklat kuning, pirang (fulvus), coklat berkarat
(ferrugineus)

e. Ungu (violaceus), merah lembayung (purpureus), keungu-unguan


(purpurascens), ungu pucat (lilacinus)

f. Hijau (viridis), kehijau-hijauan (virescens), hijau kebiru-biruan


(glaucescens), hijau laut (glaucus)

g. Kelabu (griseus), keabu-abuan (cinereus), kelabu muda (caesius)

h. Hitam (niger)

i. Biru (caeruleus), biru langit (azureus), kebiru-biruan (caerulescens)


Sepal tidak selalu gugur misalnya :

Manggis (Garcinia mangostana L.)


Apel (Malus silvestris Mill.)
Kecubung (Datura metel L.)
Teh (Camellia sinensis)

Dijumpai kelopak tambahan (epicalyx)

Kapas (Gossypium acuminatum Roxb.)


Kembang sepatu (Hisbiscus rosa-sinensis L.)

Bisa berlekatan (gamosepalus) atau terpisah


(polysepalus)
BENANG SARI (Stamen)
a. Tangkai Sari (Filamentum)
Berbentuk silinder dan cukup panjang

Berstruktur sederhana dan terdapat berkas pengangkut

Beberapa helai filamen dapat berlekatan dan bergabung


membentuk sebuah pembuluh tabung atau pipa
Satu tukal (monadelphus)
Dua tukal (diadelphus)
Banyak tukal (polydelphus)

Pada Rhoeo discolor ditemukan adanya rambut filamen


b. Kepala Sari (Anthera)
Pada Angiospermae umumnya tetrasporangiat
dengan dua lobus

Berdasarkan perkaitannya dengan tangkai sari ada


beberapa bentuk kepala sari:
Berdiri tegak (innatus) pada ujung tangkai sari
Melekat seluruhnya (adnatus) pada seluruh tangkai
sari
Hanya bagian tengah saja yang melekat (versatilis)

Dinding anthera tersusun atas beberapa lapisan sel


(epidermis, endotesium, lapisan tengah dan tapetum)
• Di dalam antera terjadi proses :
mikrosporogenesis : proses terbentuknya
polen

mikrogametogenesis : terbentuknya
gamet ( sperma I, II dan sel vegetatif)
Jaringan penyusun antera
Endotesium membentuk penebalan yang tak rata,
terutama di dinding radial dan tangensial

Pengerutan differensial yang terjadi pada endotesium


ketika antera mengering saat matang, memudahkan
terjadinya retakan atau celah pada antera untuk
membebaskan serbuk sari keluar

Membukanya anthera  dari celah atau stomium atau


stomata yang tak berfungsi

Sel tapetum bersifat sekretori dan penuh sitoplasma


padat

Tapetum diserap serbuk sari yang sedang berkembang


c. Serbuk Sari (Pollen)
Merupakan hasil mikrosporogenesis (mikrospora) dalam
anthera

Butiran bersimetri radial atau bilateral

Terdapat berbagai variasi pahatan permukaan, ukuran


dan bentuk

Terdapat apertura (tempat munculnya tabung polen)

Dinding serbuk sari  lapisan intin dan eksin (neksin dan


seksin)

Berperan dalam taksonomi di taraf familia atau di


bawahnya
Bagian-bagian dr polen
Erdtman (1952) membedakan antara tipe-tipe apertur
yang berbeda, diantaranya:
1. Sulkus, kerutan memanjang yang tegak lurus terhadap sumbu yang
membujur, di kutub butir polen (Gb. 1, 2)
2. Kolpa, kerutan memanjang dengan sudut tegak lurus terhadap
bidang equator, akhir dari kerutan langsung menghadap kutub butir
polen (Gb. 3, 4)
3. Ruga, kerutan memanjang dengan arah yang berbeda dari kedua
tipe di atas (Gb. 5)
4. Porus, apertur bundar. Bila jumlah porinya sedikit, porus hanya
terdapat di daerah equator, tetapi jika dalam jumlah besar dapat
terbentuk di seluruh permukaan butir polen (Gb. 6, 7, 8)

7
1 2 3 4 5 6

8
Ginesium
Terminologi keseluruhan karpel bunga (bebas atau bersatu)

Karpel
Pada satu bunga dapat ditemukan satu helai karpel atau
lebih

Karpel lepas atau tunggal (ginesium apokarp) dan karpel


berlekatan (ginesium sinkarp)

Inisiasi pembentukan ginesium diawali adanya pelipatan-


pelipatan karpel (involusi)

Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah


yang fertil (ovarium dan ovulum), bagian tengah yang steril
(stilus) dan yang paling ujung (stigma)
PUTIK (Pistillum)
a. Kepala Putik (Stigma)

Terletak di ujung tangkai putik

Bentuk bermacam-macam dan mengeluarkan lendir


yang mengandung gula, protein dan zat organik lainnya

Merupakan media polinasi tumbuhan

Mempunyai dua tipe (stigma basah dan stigma kering)

Dalam satu bunga terdapat 1 atau lebih putik


b. Tangkai Putik (Stylus)

Bagian dari karpel yang berupa pipa atau tabung


panjang ke atas dan penghubung antara kepala putik
dan bakal buah.

Pada ginesium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua


karpel, yang dapat bersatu atau tetap terpisah

Dapat berongga atau padat

Beberapa tanaman membentuk putik yang tidak


bertangkai sehingga kepala putiknya duduk (sessilis)

Di dalam tangkai putik terdapat canalis stylinus dan


jaringan transmisi
c. Bakal Buah (Ovarium)
Bagian putik paling bawah dan duduk di atas dasar bunga
(receptaculum)

Terdiri dari dinding bakal buah dan ruang bakal buah yang
dipisahkan oleh sekat pemisah

Pada bagian dinding dalam (adaksial) terdapat plasenta


yang menghubungkan dengan bakal biji (ovulum) melalui
funikulus

Letak bakal buah di dasar bunga beragam di


antara spesies tumbuhan

Berdasarkan letaknya plasenta dapat


dibedakan menjadi: marginal, laminar,
parietal, aksiler dan sentral
• Dalam putik terjadi proses :
megasporogenesis : proses terbentuknya
induk megaspora
megagametogenesis : terbentuknya sel
telur, sinergid, sel inti kutub dan sel –sel di
khalasa
c. Bakal Biji (Ovulum)
Melekat pada dinding ovarium dengan tangkai bakal biji
(funikulus) yang membentuk pusat bakal biji (hilus)

Terdiri dari inti bakal biji (nuselus) yang dikelilingi lapisan


kulit bakal biji luar dan dalam (integumen)

Kedua integumen mengelilingi suatu saluran yang


bermuara di pori yang disebut mikrofil

Daerah nuselus, integumen dan funikulus berhubungan dan


disebut kalaza

Tabung sari tumbuh dan masuk ke bakal biji melalui mikrofil

Kalaza, hilus dan mikrofil adalah tiga titik penting yang


menentukan tipe bakal biji

Anda mungkin juga menyukai