KEKRITISAN
PADA PASIEN POST CRANIOTOMI DI RUANGAN ICU
RSUP PROF. Dr.R.D.KANDOU MANADO
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Latar Belakang
Ruangan ICU
WHO
kasus post craniotomi
menyatakan bahwa setiap perbulan terdapat sebanyak
tahunya sekitar 1,2 juta 10 kasus. Dan urutan kedua
orang meninggal dengan kasus terbanyak yang
diagnosis cidera kepala . sering ditemukan di
ruangan ICU pada tahun
2022.
Riskesdas
Riskesdas
(Indonesia) (Provinsi)
Kasus cidera kepala menunjukkan
Dan persentasi di Sulawesi Utar
persentase 11,9% dengan
a berada diurutanke tiga dengan
persentase tertinggi di Provinsi
persentasi 15,1
Gorontalo dengan persentasi 17,9.
Pendahuluan
B C D
A Breathing Circulation
Airway Disability
ASSESMENT merah. Cairan yang keluar lebih kurang 110 cc dalam sehari. Luka di tutup dengan kasa.
Kondisi kasa kering. Tidak terdapat pembengkakan pada kepala, bekas operasi terasa lunak.
Hidung
Klien tampak terpasang NGT, tidak ada perdarahan pada hidung, Tidak ada pembengkakan
pada daerah hidung
TTV Mata
Tidak ada tampak luka pada daerah sekitar mata, Ukuran pupil (2 mm). Reaksi terhadap
TD:142/98 mmHg, cahaya ada, conjuntiva pucat, tidak ada edema pada palpebra, palpebra tertutup, sklera
Nadi:89x/menit, ikterik
RR: 15 x/mnit
S: 37,2 0C, Thoraks
SPO2:90%
Dada tampak simetris, gerakan sama kiri dan kanan, tidak ada tampak luka atau lesi, tampak
terpasang elektroda kardiogram, Tidak ada pembengkakan, Suara nafas gurgling, irama tidak
teratur.
Ekstremitas
Klien terpasang IVFD ekstremitas atas dekstra
Hasil Laboratorium
Dengan dukungan EBN dari peneliti Utari Yunie Atrie, dkk 2021 mengatakan madu
yang digunakan 2 kali sehari sebagai agen oral care dengan cara berkumur
maupun teknik oles terbukti efektif untuk menghambat kolonisasi bakteri
penyebab infeksi mulut; mengatasi berbagai masalah mulut pasien terventilasi
mekanik seperti xerostomia, mukositis dan gangguan keasaman pH, serta
berpotensi mencegah kejadian VAP
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Implementasi Evaluasi
Dx
1. 1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT). S:-
Hasil: Posisi ETT normal, dengan batas bibir 21 O:
Klien terpasang ventilator.
2. Memposisikan Head Of bed 30º untuk mencegah tekanan intrakranial SpO2 96%
Hasil: Telah diatur posisi Head Of bed 30º
Masih terdengar suara bunyi nafas tambahan
A : Masalah belum teratasi
3. Memasang oropharyngeal airway (OPA) untuk mencegah terjadinya aspirasi
P : Lanjutkan Intervensi
seperti ETT tergigit.
Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT)
Hasil: Klien terpasang OPA
Memposisikan Head of bed 30º
4. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik jika diperlukan.
Memasang oropharyngeal airway (OPA) untuk
Hasil: Dilakukan tindakan suction ETT
mencegah ETT tergigit
5. Melakukan perawatan mulut dengkat sikat gigi atau kassa. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
Hasil: Dilakukan oral hygiene pada klien dengan menggunakan Listerine dan jika diperlukan
kassa steril.
Melakukan perawatan mulut dengkat sikat gigi atau
kassa
6. Mengganti fiksasi ETT setiap 24 jam.
Mengganti fiksasi ETT setiap 24 jam
Hasil: Fiksasi ETT klien diganti dngan yang baru tiap 24 jam saat pagi hari
sesudah OH.
2. 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK, S : -
O:
( mis.lesi, gangguan metabolisme,edema selebral )
Td:140/85 mmHg, Nadi:100 X/menit, SpO2:96%
Hasil :Kepala pasien tidak memiliki pembengkakan KU lemah
dan terpasang drain Terpasang drain
A : Masalah belum teratasi
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK, (mis.
P : Lanjutkan Intervensi
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK,( mis.lesi, gangguan
bradikardia, pola nafas ireguler, kesadaran
metabolisme,edema selebral )
menurun)
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK, (mis. Tekanan darah
Hasil: Td:140/85 mmHg, Nadi:100 X/menit, SpO2:
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola nafas ireguler,
94%
kesadaran menurun)
3. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
Hasil: Pasien tampak tidak sadarkan diri karena dibawa
pengaruh obat
4. Memberikan posisi head of bed 30º
Hasil: pasien telah diatur posisi head of bed 30º
3. - Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), S:-
terutama setelah mengubah posisi O:
Hasil: Posisi ETT normal KU lemah
- Memonitor tekanan balon ETT setiap 4-8 Tampak terpasang ventilator
jam A : Masalah belum teratasi
Hasil: setiap 4-8 jam memonitor dan mencatat P : Lanjutkan Intervensi
tekanan balon ETT
1. Memonitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah
- Memasang oropharyngeal air (OPA) untuk
mencegah ETT tergigit mengubah posisi
Hasil : pasien tampak terpasan OPA 2. Menggantifiksasi ETT setiap 24 jam
- Menggantifiksasi ETT setiap 24 jam
3. Melakukan perawatan mulut (oral hygiene)
Hasil : ETT setiap hari menggantifiksasi ETT
- Melakukan perawatan mulut (oral hygiene)
Hasil : Pasien disetiap harinya melakukan
perawatan mulut (oral hygiene)
ANALISIS EBN
P (Patient/Clinical Problem)
I (Intervention)
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan
penyebab kecacatan nomor satu di seluruh dunia, Intervensi yang dilakukan adalah pemberian posisi
sebanyak 80-85% merupakan stroke non hemoragik. head up 30º yaitu posisi kepala ditinggikan 30º
Aliran darah yang tidak lancar pada pasien stroke dengan menaikkan kepala tempat tidur atau
mengakibatkan gangguan hemodinamik termasuk menggunakan ekstra bantal sesuai dengan
saturasi oksigen. Tujuan penelitian ini adalah untuk kenyamanan pasien selama 30 menit. Observasi
mengetahui pengaruh posisi head up 30º yang dilakukan pada penilaian saturasi oksigen
terhadap sturasi oksigen pada pasien stroke hemoragik menggunakan oxymeter
dan non hemoragik di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. Dengan populasi sebanyak 30
responden
ANALISIS EBN
C (Comparasion)
S ( Study Design)
Jenis penelitian ini adalah penelitian Quantitatif dengan menggunakan
desain quasi experiment one group pretest-posttest
PENERAPAN EBN