Anda di halaman 1dari 21

Akuntansi Pajak

Modul ke:

13 Fakultas
Menghitung PPh Tahunan &
Angsuran pph 25 untuk Badan
Usaha Jasa
EKONOMI DAN
BISNIS
Program Studi
AKUNTANSI
Letakkan foto Terbaik anda disini
Yenny Dwi Handayani, SE., MSi., AK., CA
Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi
Karakteristik Usaha Jasa sebagai berikut:

a. Kegiatan yang dilakukan didalamnya yaitu kegiatan yang berupa pelayanan


jasa.
b. Pendapatan yang diperoleh berasal dari penjualan jasa yang dilakukan.
c. Tidak ada perhitungan mengenai harga pokok penjualan (HPP)
d. Perhitungan laba/rugi diperoleh dengan membandingkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dengan beban yang dikeluarkan.
e. Dalam proses memproduksi jasa bisa saja dilakukan dengan maupun tidak
memerlukan bantuan dari produk fisik.
f. Pelayanan jasa yang diberikan kepada konsumen tidak sama sehingga
masing-masing konsumen mendapatkan jenis pelayanan yang berbeda
antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lain.
g. Jasa yang dihasilkan tidak bisa disimpan, sehingga sekali dibeli maka
penggunaannya langsung habis.

<
← MENU AKHIRI >

Dalam perusahaan jasa ini memiliki ruang
lingkup diantaranya sebagai berikut:
• Trasportasi : Travel, taksi dan bus
• Komunikasi : Perusahaan telepon, stasiun tv, radio
• Profesi : Akuntan, notaris
• Hiburan : Bioskop, taman, Kebun binatang
• Keuangan : Bank, Keahlian
• Perorangan : Salon, Penjahit.

<
← MENU AKHIRI >

Pembukuan Usaha Jasa (Perhitungan PPH
Tahunan Badan)

PEMBUKUAN

Peredaran Bruto : xxx


Biaya Fiskal (Ps 6) : (xxx)
Pengh Netto : xxx
Kompensasi Kerugian Fiskal : (xxx)
Penghasilan Kena Pajak : xxx

<
← MENU AKHIRI >

• Untuk menghitung Penghasilan netto bagi WP Badan
dihitung dengan prinsip mengurangi penghasilan yang
merupakan Objek PPh dengan biaya-biaya yang
diperkenankan oleh UU Pajak. Berdasarkan Laporan
Keuangan Komersial kemudian dihitung besarnya
laba/rugi fiskal dengan melakukan “Rekonsiliasi Fiskal”.
• Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena
terdapat perbedaan perhitungan, khususnya laba
menurut akuntansi (komersil) dengan laba menurut
perpajakan (fiskal).

<
← MENU AKHIRI >

SKEMA PERHITUNGAN PPh BADAN

<
← MENU AKHIRI >

SKEMA PENGHASILAN NETTO DARI USAHA
BERDASARKAN PEMBUKUAN
Pendapatan Rp xxx
Beban Pokok Pendapatan (Rp xxx)
Laba Bruto Rp xxx
Biaya Usaha:
Biaya Umum dan Administrasi (Rp xxx)

Laba (Rugi) Usaha Rp xxx


Pendapatan dan biaya lain-lain:
Pendapatan Lain-lain Rp xxx
Biaya Lain-lain (Rp xxx)
Laba Komersial Rp xxx
Koreksi Fiskal:
Ditambah Rp xxx
Dikurang (Rp xxx)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp xxx

<
← MENU AKHIRI >

SKEMA PENGHITUNGAN PPh Badan Usaha Jasa

Penghasilan netto:
Penghasilan netto dari usaha Rp xxx
Penghasilan netto lain-lain Rp xxx
Penghasilan netto dari luar negeri Rp xxx
Total Penghasilan netto Rp xxx
Pengurang penghasilan netto:
Kompensasi Kerugian (Rp xxx)

Penghasilan Kena Pajak (PKP)  dibulatkan ke bawah ribuan penuh Rp xxx


Pajak Penghasilan:
Tarif Pajak X PKP Rp xxx
Kredit Pajak:
a. PPh yang dipotong atau dipungut sendiri
PPh Pasal 22 (Rp xxx)
PPh Pasal 23 (Rp xxx)
PPh Pasal 24 (Rp xxx)
b. PPh yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 25 (Rp xxx)
Pajak Penghasilan yang lebih/ kurang dibayar Rp xxx

<
← MENU AKHIRI >

Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat
perbedaan perhitungan, khususnya laba menurut akuntansi
(komersil) dengan laba menurut perpajakan (fiskal).
Laporan keuangan komersil atau bisnis ditujukan untuk menilai
kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta sedangkan
laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak.
Untuk kepentingan bisnis laporan keuangan disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum yaitu standar akuntansi
keuangan Sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan
disusun berdasarkan peraturan perpajakan (UU PPh)
Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut
mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi) suatu entitas (wajib pajak)

<
← MENU AKHIRI >

Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan
Komersil dan Laporan Keuangan Fiskal
a. Perbedaan prinsip akuntansi
b. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi
c. Perbedaan perlakuan dan pengakuan penghasilan dan
biaya
• Perbedaan penghasilan dan biaya/pengeluaran menurut
akuntansi dan menurut fiskal dapat dikelompokkan
menjadi perbedaan tetap/perbedaan permanen
(permanent differences) dan perbedaan waktu
(timming differences)

<
← MENU AKHIRI >

Beda Tetap vs Beda Waktu
• Perbedaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapataan
dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui
menurut fiskal.
• Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan
pendapatan dan biaya dalam menghitung laba. Suatu biaya atau
penghasilan telah diakui menurut akuntansi komersil dan belum
diakui menurut fiskal atau sebaliknya. Perbedaan ini bersifat
sementara karena akan tertutup pada periode sesudahnya

<
← MENU AKHIRI >

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi
positip apabila:
1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau
suatu penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi

2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi


atau suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui
menurut akuntansi

<
← MENU AKHIRI >

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi
negatif apabila:
1. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi
atau suatu penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek
pajak) tetapi diakui menurut akuntansi
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari pada menurut
akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi
tidak diakui menurut akuntansi
3. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final

<
← MENU AKHIRI >

• Pasal 6 UU PPh (Penggolongan Biaya Fiskal)
• Besarnya PKP bagi Wajib Pajak DN dan BUT ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan,
• Pasal 9 UU PPh

• Biaya yang tidak boleh dikurangkan Untuk menentukan besarnya PKP


bagi WPDN & BUT

LIHAT MODUL PERTEMUAN 13

<
← MENU AKHIRI >

ANGSURAN PPh PASAL 25 DALAM TAHUN
BERJALAN
Definisi PPh Pasal 25
• Pajak penghasilan pasal 25 (PPh pasal 25) adalah
angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh wajib
pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.
• Pembayaran angsuran setiap bulan dimaksudkan untuk
meringankan beban wajib pajak dalam membayar pajak
terutang.
• Angsuran PPh Pasal 25 dapat dijadikan kredit pajak
terhadap pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib
Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT
Tahunan PPh)

<
← MENU AKHIRI >

PPh Pasal 25 Secara Umum

Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus


dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh Pasal 21
ayat (1)) adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang
menurut SPT PPH tahun pajak yang lalu dikurangi dengan :
a. Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22
b. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23
c. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Kemudian dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.

<
← MENU AKHIRI >

Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

Penghasilan tidak teratur tidak diperhitungkan


dalam menentukan PPh psl 25

<
← MENU AKHIRI >

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 ayat (1) bagi Wajib
Pajak BADAN
PPh menurut SPT Tahunan PPh Tahun lalu xxx
Kredit pajak:

PPh Pasal 22 xxx

PPh Pasal 23 xxx

PPh Pasal 24 xxx

Total Kredit Pajak ( xxx )


Dasar pengenaan angsuran xxx

Angsuran PPh Pasal 25 = Dasar perhitungan angsuran : 12 atau


banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak

<
← MENU AKHIRI >

Penyetoran dan Pelaporan PPH 25
• Angsuran pajak bulanan (PPh Pasal 25) tersebut
dibayar/disetor sendiri oleh WajibPajak paling lambat
tanggal 15 bulan takwim berikutnya.
• Angsuran pajak bulan Maret 2017 disetor paling lambat
tanggal 15 April 2017.
• Pelaporan (penyampaian SPT) masa atas angsuran
pajak tersebut dilakukan palinglambat 20 hari setelah
masa pajak berakhir.
• Angsuran pajak bulan Maret 2017 dilaporkan paling
lambat tanggal 20 April 2017. Sarana untuk melaporkan
angsuran tersebut adalah SSPlembar ketiga.

<
← MENU AKHIRI >

Terima Kasih
Yenny Dwi Handayani, SE., MSi., AK., CA

Anda mungkin juga menyukai