Anda di halaman 1dari 75

BAGAIMANA

VAKSIN
DIPRODUK
Bambang Priyambodo
DATA SEBARAN COVID 19
Apakah ada obat atau perawatan yang dapat mencegah
atau menyembuhkan COVID-19?
Hingga saat ini, BELUM ADA
obat-obatan yang TERBUKTI
dapat mencegah atau
menyembuhkan penyakit ini.
WHO tidak merekomendasikan
tindakan mengobati diri sendiri
dengan obat apa pun,
termasuk antibiotik, untuk
mencegah atau
menyembuhkan COVID-19.
K T I
B U
T ER
LU M
BE
K T I
B U
T ER
LU M
BE
PENGERTIAN DASAR VAKSIN
• VAKSIN didefinisikan sebagai “bahan antigenik” yang
digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap
suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus,
sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau "liar" tersebut.
• Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan, sehingga tidak menimbulkan penyakit.
• Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil
metabolismenya (protein, peptida, partikel serupa virus). 7
VAKSIN bisa berupa :
•Bakteri atau virus yang “dimatikan”,
contohnya : vaksin polio, vaksin hepatitis A, vaksin
rabies dan vaksin influenza.
•Bakteri atau virus yang sudah “dilemahkan”,
contohnya: vaksin yellow fever, vaksin measles,
mumps, and rubella (MMR), vaksin typhoid, vaksin
tuberculosis, dan vaksin BCG.
•Toxin (hasil ekskresi/metabolisme) dari bakteri atau virus,
contohnya : vaksin tetanus dan vaksin difteri.
8
Bambang Priyambodo
Bambang Priyambodo
PEMBUATAN VAKSIN
DENGAN METODE
VIRAL VECTOR

Bambang Priyambodo
Prof. Adrian Hill and his team (Prof. Sarah Gilbert, Prof. Teresa Lambe, Prof. Andrew
Pollard, and Dr Sandy Douglas) at Oxford's Jenner Institute - CNN
1

4
Bambang Priyambodo
Bambang Priyambodo
Gamaleya Institute Vaccine
Bambang Priyambodo

PEMBUATAN
VAKSIN
Metode Inactivated
TAHAPAN PRODUKSI VAKSIN

UPSTREAM
PROCESSING
DOWNSREAM
PROCESSING
1. Pemilihan strain atau “Benih” Mikroorganime (“The Seed”)

https://www.antaranews.com/berita/1601810/
menristek-kebanyakan-tipe-virus-corona-indonesia-
sama-dengan-wuhan
2. Pengembang-Biakan Mikroorganime

Bioreaktor 27
Bambang Priyambodo 28
Bambang Priyambodo
Penghentian Pengembang-biakan Mikroorganisme
• Setelah proses pengembang-biakan mikroorganime tersebut diperoleh
jumlah virus yang cukup, proses selanjutnya adalah penghentian
(terminasi) untuk selanjutnya dilakukan “pemanenan” atau harvesting.
• Beberapa virus (misalnya virus Measles) yang dikembang-biakan
dengan menggunakan telur berembrio (Embryonated Eggs), setelah
diinkubasi selama 2 – 3 hari, kemudian dikeluarkan dari cangkangnya.
• Proses selanjutnya adalah menghentikan proses pengembang-biakan
virus dengan menggunakan enzim, sebelum diisolasi dan dimurnikan.
Enzim yang digunakan untuk proses penghentian tersebut adalah
TRIPSIN.
30
CONTROVERCY

31
3. Isolasi dan Pemurnian Mikroorganime

Bambang Priyambodo
32
Purification
Sentrifugasi adalah teknik isolasi dan
pemurnian dengan cara memisahkan partikel
(zat) padat dengan zat cair menggunakan
mesin sentrifugasi (pemutar kecepatan tinggi).
Sentrifugasi ini akan memisahkan virus yang
akan digunakan sebagai vaksin dengan virus
yang mati atau cacat yang kemudian akan
mengendap dan kemudian dipisahkan.
Contoh vaksin yang menggunakan teknik
pemisahaan dengan cara ini antara lain :
vaksin measles dan Mumps; vaksin Influensa;
vaksin rabies; vaksin hepatitis B; dan vaksin
encephalitis 33
Penyaringan (filtrasi)

34
35
36
Penyaringan (filtrasi)

Bambang Priyambodo
37
Kromatografi
Prinsipnya sama seperti teknik filtrasi, namun teknik ini
didasarkan pada kharakteristik perbedaan koefisien distribusi dari
vaksin yang akan diproduksi. Contoh vaksin yang menggunakan
teknik ini adalah vaksin cacar (small pox).

Ada 2 macam kromatografi yang digunakan, yaitu kromatografi


ion exchanger dan Affinity Chromatography. Keduanya
menggunakan kolom kromatografi. Salah satu contoh vaksin yang
menggunakan teknik Affinity kromatografi ini adalah vaksin
influensa yang menggunakan kultur sel pada tahap pengembang-
biakan virus (tahap 2). 38
Kromatografi

39
4. Inaktivasi Mikroorganisme
Ada beberapa macam proses Inaktivasi Mikroorganisme yang juga menentukan
JENIS VAKSIN yang dihasilkan, di antaranya :
•Inaktivasi dengan cara “Pelemahan” (attenuated) Mikroorganisme. Jadi
mikroorganisme ini “masih hidup”, namun “sudah dilemahkan” sehingga
menjadi tidak berbahaya . Contoh vaksin yang diproduksi dengan metode ini
antara lain vaksin Measles, vaksin Rubella, vaksin BCG, vaksin Polio (Sabin) dan
sebagainya.
•Beberapa vaksin yang bersifat “virulent” (ganas), di-Inaktivasi dengan cara
“dihancurkan” sehingga menjadi mikroorganisme yang tidak aktif, contohnya
vaksin polio, vaksin hepatitis A, vaksin rabies dan beberapa vaksin influenza.
Proses Inaktivasi dengan metode ini dilakukan dengan cara kimiawi
(formaldehyde atau β - Propiolactone), secara mekanis (panas) atau dengan
cara radiasi sinar UV.
40
4. Inaktivasi Mikroorganisme
• Selain itu, ada pula proses inaktivasi dengan cara memisahkan
lapisan lemak yang menyelimuti tubuh virus (lipid-coated viruses)
dengan menggunakan “deterjen” khusus (misalnya Triton-X 100)
sehingga meskipun virus tersebut masih hidup namun sudah tidak
bisa ber-reproduksi lagi alias tidak aktif. Contohnya vaksin influensa
dan vaksin Hepatitis B.
Bambang Priyambodo 42
5. Formulasi
Seperti halnya sediaan farmasi lainnya, sebelum digunakan untuk
pasien, mikroorganisme yang sudah sudah diinaktivasi tersebut
harus diformulasikan untuk menjadi sediaan farmasi. Untuk itu
diperlukan sejumlah bahan tambahan, antara lain :
• Adjuvant (“booster”)
• Pengawet (Preservative)
• Antibiotik
• Stabilizer
Bambang Priyambodo
43
Adjuvant (“booster”)
Kadar antigen dalam vaksin tersebut sangat kecil sehingga
diperlukan “booster” untuk memaksimalkan respons sistem imun
tubuh terhadap vaksin.
Contoh bahan yang digunakan adalah Garam Aluminium (misalnya:
aluminium phosphat atau aluminium sulfat).
Kadar maksiman yang diizinkan oleh WHO dan dinyatakan aman
adalah 1,14 mg/dosis.
Bahan ini telah digunakan lebih dari 80 tahun dan tidak
menimbulkan efek negatif bagi tubuh manusia.
44
Pengawet (Preservative)
Preservatif ini hanya digunakan untuk vaksin MULTIDOSE (misalnya Vaksin Hepatitis B,
DPT dan DT) untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan untuk vaksin

A K
SINGLE DOSE, tidak diperlukan pengawet.

N
ID
Contoh bahan pengawet yang digunakan adalah THIMEROSAL (turunan merkuri,

T A
biasanya yang digunakan adalah Ethyl Mercury).

K
A
Dosis yang diperbolehkan dan dinyatakan aman adalah 0,003 – 0,01%. Biasanya kadar

N
pengawet yang digunakan di dalam vaksin tidak lebih dari 0,005%. Jadi SANGAT AMAN.

G U
Issu soal THIMEROSAL sebagai penyebab penyakit AUTIS sudah banyak studi yang

I
MEMBANTAH issue tersebut. Bahan ini sudah digunakan lebih dari 60 tahun sebagai

D
preservatif di seluruh dunia dan TIDAK ADA efek samping yang serius dari penggunaan
Thimerosal tersebut.

45
Antibiotik
Beberapa vaksin, misalnya vaksin Polio ditambahkan antibiotik
untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme. Bahan yang
digunakan misalnya neomicyn.
PERHATIAN :
Ada beberapa individu yang “alergi” terhadap antibiotik tertentu.
PASTIKAN bahwa si pasien tidak terdapat alergi terhadap antibiotik
dimaksud.
Dampak paling berat : SYOK ANAFILAKSIS
Bambang Priyambodo 46
Stabilizer
Fungsinya adalah untuk menstabilkan vaksin saat berada
pada kondisi ekstrem, misalnya panas. Dosis yang
digunakan pun sangat kecil, yaitu < 10 mikrogram.
Beberapa jenis yang digunakan untuk stablizer ini antara
lain : Gula (sukrosa & Laktosa); Asam Amino (Glisin dan
mono sodium glutamat/MSG); atau Protein (Albumin
dan Gelatin).

Bambang Priyambodo 47
Mono Sodium Glutamate (MSG)
“Mono Sodium Glutamat (MSG)” sering disebutkan sebagai
penyebab anak – anak yang divaksin menjadi BODOH.
Sesuai penelitian TIDAK ADA BUKTI bahwa MSG yang terkandung
dalam vaksin menyebabkan penurunan fungsi otak. Selain kadarnya
yang sangat kecil, pengaruh MSG dalam penurunan fungsi otak juga
masih perdebatan.
Bahkan penelitian yang dilakukan oleh FDA, peneliti Jepang dan
banyak peneliti lainnya, TIDAK TERBUKTI bahan ini menyebabkan
“Chinese Restaurant Syndrome”
48
Albumin
Kebanyakan diambil dari albumin telur ayam, misalnya vaksin
infuenza dan yellow fever.
Memang ada beberapa orang yang “alergi” terhadap putih telur
ayam. Tapi populasinya sangat kecil sekali, sekitar 1 per 25 juta
orang.
Tapi ada baiknya apabila akan dilakukan vaksinasi, terutama vaksin
yang mengandung Albumin ditanyakan apakah ada alergi terhadap
putih telur apa tidak.

Bambang Priyambodo 49
Gelatine
Gelatin diperlukan sebagai stabilizer agar vaksin tetap aman dan efektif selama proses
distribusi dan penyimpanan.
Berbeda dengan gelatine yang digunakan untuk makanan, maka gelatin yang digunakan
sebagai stabilizer untuk vaksin harus benar-benar yang “highly purified” atau sangat
murni dan dalam bentuk yang sangat kecil yang disebut dengan “PEPTIDA”.
Gelatin yang digunakan dapat diperoleh dari pengolahan kolagen berbagai hewan
seperti ayam, sapi, babi atau ikan. Jadi ada banyak sumber dari gelatin ini. Sehingga
TIDAK SEMUA vaksin mengandung gelatin yang berasal dari kolagen babi.
Namun demikian ada pula vaksin yang hanya bisa diproduksi jika menggunakan
stabilizer (gelatin) yang berasal dari kolagen babi, misalnya vaksin shingles (herpes
zoster) dengan merek dagang Zostavac ®

50
Gelatine
Sebenarnya tidak banyak vaksin yang mengandung gelatin dari babi, misalnya :
•Vaksin MMR (Merk VaxPro®, MMR II®,)
•Vaksin MMR-Varicella (Merk ProQuad®)
•Vaksin Influenza (Merk Fluez®, Fluzone®, Flumist®)
•Vaksin Varicella (Merk Varivax®)
•Vaksin Tifoid (Merk Vivotif®)

Sebagai alternatifnya, ada banyak vaksin yang TIDAK menggunakan gelatin dari
babi, melainkan dari sapi (bovine gelatine), antara lain :
•Vaksin MMR (Merk Priorix® atau Trimovax®)
•Vaksin Varicella (Merk Varilrix®)
•Vaksin Tifoid (Merk Tymphim Vi®)
•Vaksin Influenza (Merk Influvac®)
51
Gelatine
Berbeda dengan TRIPSIN yang tidak ditemukan di produk akhir vaksin, gelatin
memang terkandung dalam produk akhir dan masuk ke dalam tubuh kita.
Makanya dalam dus atau etiketnya tertulis “MENGANDUNG BABI”
Alhamdulillah,.. SELURUH vaksin yang termasuk dalam program imunisasi
wajib (vaksin yang disubsidi pemerintah), seperti Vaksin BGC, DPT, Hepatitis B,
Polio dan Campak, SEMUANYA TIDAK menggunakan gelatine dari babi.
Sedangkan Vaksin Meningitis, juga TERSEDIA vaksin yang tidak menggunakan
gelatin, yaitu Mencevax® dan Menveo®. Demikian pula vaksin rotavirus
(Rotarix, Rota Teq), Vaksin Hepatitis A, Vaksin HiB SEMUANYA TIDAK
MENGANDUNG GELATIN.

Bambang Priyambodo 52
6. Kontrol Kualitas
• Setiap tahapan dari proses produksi vaksin harus mengikuti kaidah GMP
(CPOB) dan diawasi dengan ketat oleh lembaga yang berwenang. Badan
Kesehatan Dunia (WHO ) juga mengeluarkan sejumlah peraturan sehingga
vaksin yang diproduksi oleh perusahaan dari manapun di seluruh dunia akan
memiliki kualitas yang sama.
• Proses kendali mutu vaksin ini dilakukan amat sangat ketat, konsisten dan
berkala. Secara acak dipilih vaksin yang akan diperiksa kualitasnya. Indikator
yang diperiksa antara lain adalah sterilitas, stabilitas kimiawi,
keamanan/toksisitas, virulensi, bahkan hingga pengaruhnya kepada
lingkungan sekitar.

53
6. Kontrol Kualitas
• Salah satu hal penting lainya adalah pelaksanaan uji lot/batch release. Pada
setiap rangkaian produk vaksin dalam suatu waktu tertentu, dilakukan
penandaan berupa kode tertentu untuk memastikan konsistensi kemurnian,
potensi dan keamanan vaksin yang diproduksi pada waktu berlainan
haruslah tetap sama dan tidak terjadi penyimpangan.

54
Jalan Panjang Menuju Penemuan
Vaksin

Bambang Priyambodo
Jalan Panjang Menuju Penemuan
Vaksin

Bambang Priyambodo
TAHAPAN UJI KLINIS
Uji Klinik Fase 1
Untuk
mengetahui
efek dan
farmakokinetik
pada
sukarewalan
SEHAT

Perluwaktu 5 – 10 tahun
Bambang Priyambodo
TAHAPAN UJI KLINIS
Uji Klinik Fase 1
Untuk Uji Klinik Fase 2
mengetahui Diberikan pada
efek dan orang yang
farmakokinetik sakit sesuai
pada klaim obat
sukarewalan Kontrol berupa
SEHAT placebo

Perluwaktu 5 – 10 tahun
Bambang Priyambodo
TAHAPAN UJI KLINIS
Uji Klinik Fase 1
Untuk Uji Klinik Fase 2
mengetahui Diberikan pada Uji Klinik Fase 3
efek dan orang yang
farmakokinetik Jumlah sukarelawan
sakit sesuai diperbanyak dan lokasi
pada klaim obat
sukarewalan diperluas
Kontrol berupa Kontrol berupa obat
SEHAT placebo inovator/produk acuan
Perlu
Perluwaktu
waktu 3
5–5
10tahun
tahun
MACAM – MACAM UJI KLINIS
Ia

Ib

IIa

IIb

III

IV

Tingkat
Kepercayaan
60
Terima Kasih
Bambang Priyambodo

Anda mungkin juga menyukai