Anda di halaman 1dari 51

UJI SENSITIVITAS BAKTERI

Present by:
Windya Nazmatur Rahmah, S.Tr.A.K., M.Biomed
 Uji sentivitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri
dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri.
 Metode Uji sensitivitas bakteri adalah
metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi
sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi yang rendah.
Metode Pengujian Sensitivitas
Antibiotik
 Difusi
Media difusi menggunakan kertas disk yang berisi antibiotik dan telah
diketahui konsentrasinya. Pada metode difusi, media yang dipakai adalah agar
Mueller Hinton. Metode yang sering digunakan yaitu metode Kirby-Bauer.

Pada metode Kirby-Bauer, sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik


ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan
standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap
suatu antibiotik.
Metode Kirby-Bauer

 Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa


metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering
digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri.
 Prinsip dari metode ini adalah penghambatan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di
sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri.
 Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin
lebar diameter zona hambatan yang terbentuk
bakteri tersebut semakin sensitif
 Cara Cakram (Disc Method), menggunakan
cakram kertas saring yang mengandung
antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar
tertentu yang diletakkan di atas lempeng agar
yang ditanami kuman yang akan diperiksa,
kemudian di inkubasi. Apabila tampak adanya
zona hambatan pertumbuhan kuman di
sekeliling cakram antibiotik, maka kuman yang
diperiksa sensitif terhadap antibiotik tersebut.
Cara ini disebut juga cara difusi agar.
Metode Kirby-Bauer

 Keuntungan:
- Sangat mudah dilakukan;
- Efisien karena pd satu perbenihan Agar dapat
menguji maksimal 12 macam antimikroba;
- Tidak membutuhkan alat dan bahan yang
banyak .
 Kerugian:
Tidak dapat diketahui secara tepat tingkat
resistensi atau kepekaan bakteri terhadap
antimikroba
Metode Pengujian Sensitivitas
Antibiotik
 Dilusi
Pada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi. Metode
yang dipakai ada dua macam, yaitu metode dilusi kaldu disebut juga dengan dilusi cair dan
metode dilusi agar atau dilusi padat. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat
ditambah suspensi kuman atau bakteri dalam media. Sedangkan dalam dilusi padat, tiap
konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditanami bakteri. Pertumbuhan bakteri
ditandai oleh adanya kekeruhan setelah 16-20 jam diinkubasi. Konsentrasi terendah yang
menghambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan, dan disebut
dengan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM).

Masing-masing konsentrasi antibiotik yang menunjukkan hambatan pertumbuhan


ditanam pada agar padat media pertumbuhan bakteri dan diinkubasi. Konsentrasi terendah
dari antibiotik yang membunuh 99,9% inokulum bakteri disebut Konsentrasi Bakterisid
Minimal.
Metode Pengenceran Minimal
Inhibitory Concentration (MIC)
 MIC hubungan terbalik diameter area
hambatanarea hambatan besar;MIC kecil
 Konsentrasi terendah yang menghambat
pertumbuhan setelah inkubasi semalaman
KHM.
 KHM kemudian dibandingkan dengan
konsentrasi obat yang diketahui tercapai
dalam serum dan cairan tubuh lainnya
 Cara Tabung (Tube Dilution Method), membuat
penipisan antibiotik pada sederetan tabung
reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam
tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman
yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan
kemudian di inkubasi. Dengan cara ini akan
diketahui konsentrasi terendah antibiotik yang
menghambat pertumbuhan kuman yang disebut
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)
atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).
3 Interpretasi Uji Sensitivitas
Bakteri
 Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana
mikroba sangat peka terhadap antibiotik atau
sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik
yang masih baik untuk memberikan daya
hambat terhadap mikroba.
 Intermediet adalah suatu keadaan dimana
terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten
sepenuhnya.
 Resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba
sudah peka atau sudah kebal terhadap
antibiotik.
Zona Hambat

 Zona Hambat merupakan tempat dimana


bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba pada media
agar oleh antibiotik.
 Ex: Tetracycline, Erytromycin
dan Streptomycin.
Antibiotik
 Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan
mikroorganisme yang dalam jumlah amat kecil
atau rendah bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain.
 Antibiotik sering digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit infeksi bakterial.
 Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan
infeksi karena toksisitas selektifnya. Kemampuan
obat tersebut membunuh mikroorganisme yang
menginvasi pejamu tanpa merusak sel.
Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri,


termasuk golongan β-laktam misalnya, penisilin, sefalosporin,
dan carbapenem dan bahan lainnya seperti cycloserine,
vankomisin, dan bacitracin.

2. Antibiotik yang bekerja langsung pada membran sel


mikroorganisme, meningkatkan permeabilitas dan menyebabkan
kebocoran senyawa intraseluler, termasuk deterjen seperti
polimiksin, anti jamur poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin
B yang mengikat sterol dinding sel, dan daptomycin lipopeptide.

3. Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom atau untuk


menghambat sintesis protein secara reversibel, yang pada
umumnya merupakan bakteriostatik misalnya, kloramfenikol,
tetrasiklin,eritromisin, klindamisin, streptogramin, dan linezolid.
Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya

4. Antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu


sintesis protein, yang pada umumnya adalah bakterisida
Misalnya, aminoglikosida.

5. Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat


bakteri, seperti rifamycin misalnya, rifampisin dan rifabutin yang
menghambat enzim RNA polimerase dan kuinolon yang
menghambat enzim topoisomerase.

6. Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang


menahan enzim - enzim penting dari metabolisme folat.
Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia

Golongan Penisilin

Golongan Sefalosporin dan Sefamisin

Golongan Tetrasiklin

Golongan Makrolida

Golongan Aminoglikosida

Golongan Sulfonamida dan Trimetoprim

Golongan Fluorokuinolon
Berbagai macam Antibiotik
 Disc Antibiotik Doxycyline (DO)  Disc Antibiotik Ceftriaxone (CRO)
 Disc Antibiotik Streptomycin (S)  Disc Antibiotik Cephalotin (KF)
 Disc Antibiotik Norfloxacin (NOR)  Disc Antibiotik Amikacin (AK)
 Disc Antibiotik Oxacilin (OX)  Disc Antibiotik Fosfomycin (FOS)
 Disc Antibiotik Gentamicin (CN)  Disc Antibiotik Cefadroxil (CFR)
 Disc Antibiotik Bacitracin (B)  Disc Antibiotik Novobiocin (NV)
 Disc Antibiotik Pefloxacin (PEF)  Disc
Antibiotik Sulphamethoxazde (SX
 Disc Antibiotik Ampicilin (AMP) T)
 Disc Antibiotik Erythromycin (E)  Disc Antibiotik Nalidixic acid (NA)
 Disc Antibiotik Ciprofloxacin (CIP)  Disc Antibiotik Cefotaxime (CTX)
 Disc Antibiotik Tetracycline (TE)
Efek Samping Antibiotik

Resistensi, ialah tidak terganggunya sel


mikroba oleh antibiotik yang merupakan suatu
mekanisme alami untuk bertahan hidup. Ini
dapat terjadi apabila antibiotik diberikan atau
digunakan dengan dosis yang terlalu rendah
atau masa terapi yang tidak tepat.

Suprainfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul


ketika pengobatan terhadap infeksi primer sedang
berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul
berbeda dengan infeksi primer
Resistensi Antibiotik

Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme


terhadap obat antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme
yang resisten (termasuk bakteri, virus, dan beberapa parasit)
mampu menahan serangan obat antimikroba, seperti antibiotik,
antivirus, dan lainnya, sehingga standar pengobatan menjadi tidak
efektif dan infeksi tetap persisten dan mungkin menyebar
Konsekuensi Resistensi Antibiotik

Konsekuensi yang ditimbulkan akibat adanya


resistensi antibiotik yang paling utama adalah
peningkatan jumlah bakteri yang mengalami resistensi
terhadap pengobatan lini pertama. Konsekuensi ini akan
semakin memberat. Dari konsekuensi tersebut, maka
akibatnya adalah penyakit pasien akan lebih memanjang,
sehingga risiko komplikasi dan kematian juga akan
meningkat.
Penyebab Resistensi
Antibiotik

 Ketidakmampuan sistem untuk mengontrol


kualitas suplai obat
 Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan
penggunaan obat
 Buruknya pengontrolan pencegahan infeksi
penyakti
 Kesalahan diagnosis dan pengobatan yang
diberikan
Resistensi Antibiotik

Kegagalan obat untuk mencapai target

Inaktivasi obat

Perubahan target kerja antibiotik


Uji Sensitivitasa dan
Resistensi
Sampai saat ini, penentuan resistensi bakteri terhadap
antibiotik hampir semuanya menggunakan cara difusi cakram,
pengenceran dalam agar kaldu, dan epsilometer. Untuk dapat
melakukan pengujian di atas, terlebih dahulu bakteri harus
diisolasi, dimumikan, dan selanjutnya dipaparkan pada
antibiotik. Untuk antibiotik tertentu, cerminan resistensi
terhadapnya juga dapat ditentukan dengan cara lain,
termasuk kit komersial yang mampu mendeteksi produksi
enzim penghancur antibiotik dari bakteri tersebut.
Cara-cara konvensional yang mencari fenotip bakteri
seperti di atas mempunyai kelemahan, khususnya dalam hal
lamanya waktu sampai mendapatkan hasil. Karena itu, dicoba
dikembangkan cara lain, khususnya untuk mencari faktor
genotipnya. Gen yang dicari tersebut berupa segmen DNA
atau RNA.
Sensitivitas Antibiotik

 Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk


menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri.
 Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji
sensitifitas bakteri adalah metode Difusi Agar yaitu dengan
cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di
sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah
yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti
bakteri.
Uji Sensitivitas Antibiotik Levofloxacin terhadap Bakteri Salmonella
thyphosa Atcc 2401 (Yuliana, 2015).

 Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu autoclave,


batang pengaduk, batang kaca bengkok, bulp, corong gelas,
erlenmeyer, gelas arloji, gelas ukur, hotplate, inkubator, jangka
sorong, kuvet, lampu spirtus, neraca analitik, objek glass, ose
bulat, ose lurus, oven, pipet ukur, pipet tetes, rak tabung,
tabung reaksi steril, spatel, spektrofotometer Shimadzu UV-
mini 1240.
 Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
alkohol 70%, akuades, Mueller Hinton Agar, Nutrien Agar,
H2SO4, BaCl2, NaCl fisiologis, Salmonella thyposa ATCC
2401, antibiotik Levofloxacin 500 mg.
Prosedur
 Masukan 1 mL suspensi Salmonella dengan kepadatan 3x108/mL ke dalam 20 mL
media Mueller Hinton, goyangkan sampai merata dan diamkan sampai mengeras.
 Buat 4 lubang dengan menggunakan tabung Durham.
 Masukan antibiotik yang telah di lakukan pengenceran sebelumnya dengan
menggunakan mikropipet.
 Inkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam.
 Amati ada tidaknya zona bening atau zona inhibisi pada daerah sekitar antibiotik
 Cara perhitungan zona resistensi:
Diameter zona bening (mm) = d zona keseluruhan – d sumuran untuk antibiotik
 Bandingkan antara hubungan ukuran diameter zona bening dengan tabel perkiraan
minimal konsentrasi hambatan.
 Lakukan kontrol positif dan kontrol negatif
Kontrol positif = media Mueller Hinton + 1 mL suspensi S. typhosa kepadatan 3 x
108/mL
Kontrol negatif = media Mueller Hinton + 1 mL NaCl fisiologis steril
Hasil
Konsentrasi Rata-rata
No. Ulangan Diameter (mm) Kesimpulan
(mg/mL) (mm)
1 56,4
1 500 2 55,7 56,10 Sensitif
3 56,2
1 54,2
2 250 2 54,6 54,53 Sensitif
3 54,8
1 41,6
3 125 2 41,2 41,86 Sensitif
3 42,8
1 26,4
4 20 2 26,3 26,40 Sensitif
3 26,5
1 14,7
5 10 2 14,3 13,85 Resisten
3 14,7
1 13,4
6 5 2 13,6 13,50 Resisten
3 13,5
Media dan Reagensia
 Medium Mueller Hinton Agar (MHA)
Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium
tempat hidup dan berkembangbiaknya suatu bakteri.
Adapun kandungan dari MHA adalah pepton (6 g), kasein
(17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua kandungan
tersebut dilarutkan dalam 1 liter air .
 Medium Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
Medium Brain Heart Infusion Broth (BHIB) adalah media
penyubur yang berguna untuk pertumbuhan berbagai
macam bakteri baik bentuk cair maupun agar. Bahan
utama terdiri dari beberapa jaringan hewan ditambah
pepton, Buffer posfat dan sedikit dekstrosa. Penambahan
karbohidrat memungkinkan bakteri dapat menggunakan
langsung sebagai sumber energi.
Alat Bahan
 Bunsen  Biakan Murni bakteri
 Cawan petri  Medium BHIB
 Handsprayer  Medium MHA
 Ose loop
 Inokulum Standar Mc
 Rak tabung Farland 0,5
 Tabung reaksi  Disc Antibiotik
 Inkubator
 Tabel disk
 Pinset
 Penggaris
Cara kerja

1. Siapkan larutan standar kekeruhan Mc


Farland 0,5;

2. Persiapkan inokulum dibuat baru dari 4-6


koloni kuman yg sama disuspensi ke dlm 2-5 ml
NaCl fisiologis, digunakan tidak lebih dari 15 menit
dan supaya homogen bisa dibantu dengan vortex;
3. Bandingkan suspensi kuman dgn standar
kekeruhan Mc Farland 0,5;

4. Sebar ratakan suspensi tersebut pada


permukaan Agar MH dgn menggunakan lidi
kapas steril dengan memutar Agar sktr 60 derajat
sbyk 2 – 3 kali;
5. Biakan tersebut dikeringkan pada suhu kamar
selama 3-5 mnt (< 15 menit);

6. Letakkan cakram yang mengandung antibiotika


secara merata pada permukaan Agar MH yg sdh
ditanami bakteri sambil ditekan sdkt spy obat
dpt meresap dgn baik ke dlm Agar  jarak
antara cakram 2-3 cm;
7. Eramkan semalam pada suhu 37 ºC;
8. Esoknya diteliti ada/tidaknya daerah
hambatan pertumbuhan di sktr cakram obat;
9. Dgn kertas mm/caliper diukur lebar daerah
di mana tdk ada pertumbuhan di sekeliling
cakram, pengukuran dilakukan pd 2 jurusan
lalu diambil rata-ratanya.
Sebagai alternatif, dapat digunakan alat pembagi cakram antimikroba untuk
memasang cakram pada agar yg telah diinokulasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
uji sensitivitas:

1. pH
- Aktivitas Eritromisin & Aminoglikosida
berkurang pada penurunan pH.
- Aktifitas Tetrasiklin menurun, bila terjadi
peningkatan pH.
2. Kation
- Aktifitas Aminoglikosida juga dipengaruhi oleh
konsentrasi kation Ca++ dan Mg++.
- Bekerja terutama untuk bakteri Gram
negatif, misalnya membran
luar Pseudomomonas aeruginosa yang
bermuatan negatif.
3. Tersedianya bahan gizi

- Bakteri Enterococcus mampu menggunakan


timin dan asam folat hasil metabolisme untuk
menghindari pengaruh aktivitas sulfonamida
dan trimetroprim.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai