Anda di halaman 1dari 12

GADAI DALAM

PANDANGAN
ISLAM
OLEH: DR. ROHMANSYAH, S.TH.I., M.HUM
• Gadai secara etimologi berasal dari bahasa Arab yakni Ar-Rahn.
Kata tersebut menurut arti asalnya adalah al-Tsābit (tetap atau
lestari ). Kata ar-Rahn adalah bentuk masdar dari kata Rahana-
GADAI SECARA Yarhanu-Rahnan, bermakna menggadaikan atau menangguhkan.

ETIMOLOGI • Para ulama sepakat merumuskan, bahwa rahn dari segi bahasa
mempunyai dua makna yaitu al-Tsubūt wa Ad-Dawām, yang
berarti tetap dan kekal. Sedangkan arti lainnya al-Habsu yang
berarti menahan.
• Sayyid Sabiq mengatakan bahwa Rahn atau gadai adalah:

‫• ج ـعـل ع ـيـن ل ـهـا ق ــيمـة م ــا ل ـيـة يفـ ن ـظـر ال ـشـرع وث ـيـقـة‬
GADAI SECARA ‫بــدين حبـيـث يــمكـن أحــد ذلـك الــديـن أـو أحــد بـعـضـه‬
TERMINOLOGI ‫مـن تلك الـعني‬
• “Rahn atau gadai adalah menjadikan barang yang bernilai harta
menurut pandangan syara’ sebagai jaminan hutang, sehingga
orang yang bersangkutan boleh mengambil seluruh atau
sebagian hutang tersebut karena adanya barang”.
GADAI SECARA TERMINOLOGI

• Ibnu Qudamah:

‫• املـال الـذي يـجـعـل وثـيـقـة بالـدين لـيـسـتـونـي مـن ثـمـنـه إن تـعـذر إسـتيفـاوه مـمـن هـو‬
‫عـلـيـه‬
“Bahwa yang dimaksud dengan gadai yaitu suatu benda yang dijadikan
kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, maka
benda itu dapat dijadikan alat pembayar hutang.”
• Ahmad Azhar Bashir mengatakan:
• “Gadai adalah menjadikan benda yang bernilai sebagai
tanggungan atau jaminan utang dalam pandangan
agama. Sehingga benda yang menjadi tanggungan utang
itu dapat diterima seluruhnya dan atau sebagiannya.
GADAI SECARA
• Gadai berarti adalah menjadikan barang yang
TERMINOLOGI mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’
sebagai jaminan hutang, dalam arti seluruh hutang atau
sebagiannya dapat diambil dikarenakan sudah ada
barang jaminan tersebut, dan dapat dijadikan
pembayaran hutang jika hutang tersebut tidak dapat
dibayar.
• Gadai pada dasarnya dibolehkan berdasarkan Alquran sebagai
berikut:

• “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara


DASAR HUKUM tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
DALAM berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
ALQURAN menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah sebagai Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksiaan, barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Baqarah (2): 283)
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ا ْشَتَرى‬
َ َّ ‫يِب‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ َّ
‫َأن‬ ‫ا‬‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ض‬ِ
َ َْ ُ َ َ َ َ ‫• َع ْن َعا‬
‫ر‬ ‫ة‬‫ش‬ ‫ِئ‬
)‫يد (رواه البخاري‬ ٍ ‫ي ِإىَل َأج ٍل ورهنه ِدرعا ِمن ح ِد‬ ٍّ ِ
‫ود‬ ‫ه‬‫ي‬ ‫ن‬‫م‬ِ ‫طَعاما‬
َ ْ ْ ُ ََ َ ً َ َ َُ ْ ً َ
• “Dari Aisyah RA, bahwasanya Nabi SAW membeli makanan dari
orang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya”. (HR. Al-
DASAR HUKUM Bukhāri).

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم خِب ُْب ِز َشعِ ٍري َوِإ َهالٍَة‬ ِ ٍ َ‫• عن َأن‬
َ ِّ ‫س َرض َي اللَّهُ َعْنهُ َأنَّهُ َم َشى ِإىَل النَّيِب‬
DALAM HADIS ‫َأخ َذ‬ ِ ‫سـنِخ ٍة ولََق ْد رهنـ النَّيِب ـ صـلَّى اللَّهـ علَي ِهـ وسـلَّم ِدرعـا لَهـ بِالْم ِدين ِةـ ِعْن َد يه‬
َْ
َ ‫ي َو‬ ‫ود ٍّـ‬ َُ َ َ ُ ًْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َ َ َ َ َ َ
NABI SAW: )‫َأِلهلِ ِه (رواه البخاري‬ ِ ِ
ْ ‫مْنهُ َشع ًريا‬
• “Dari Anas Ra, bahwasanya ia mendatangi Nabi SAW dengan
membawa roti yang terbuat dari gandum dan ihalah sanikhah, dan
sungguh beliau menggadaikan baju besinya di Madinah kepada
orang Yahudi dan beliau mengambil gandum untuk keluarganya”.
(HR. Al-Bukhāri).
Kebolehan disepakati oleh para ulama yakni sebagai berikut:
DASAR HUKUM 1. Ulama fikih sepakat, rahn boleh dilakukan pada waktu di rumah
atau sedang dalam perjalanan.
GADAI 2. Ulama mujahid dan dhahiriyah, rahn boleh dilakukan di waktu
BERDASAR safar berdasarkan teks ayat al-Qur’an dan hadis.
3. Jumhur ulama, rahn disyariatkan di waktu hadir (pada waktu di
IJMA’ ULAMA rumah) dan safar berdasarkan fi’liyyah nabi ketika beliau
bermuqim di madinah.
1. Rahin adalah orang yang menggadaikan
barang
2. Murtahin adalah orang yang menerima
gadai.
RUKUN GADAI 3. Marhun adalah barang yang digadaikan
sebagai penguat
(jaminan) atas utang.
4. Marhun bih adalah utang.
1. Berakal sehat
2. Baligh

SYARAT SAH 3. Barang yang digadaikan berwujud pada saat terjadi akad
sekalipun barangnya masih tersebar (belum bisa
GADAI diserahkan).
4. Orang yang menerima gadai bisa orangnya sendiri atau
wakilnya.
1. Ahmad dan Ishaq berpendapat, boleh mengambil manfaat barang-barang yang
digadaikan khusus bagi binatang yang ditunggangi dan rumah dengan
ketentuan bahwa murtahin telah membiayainya. Berdasarkan hadis berikut:

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم الَّرـْه ُن‬


َ ‫ه‬ِ َّ‫ول الل‬
ُ ‫س‬
ُ ‫ر‬
َ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫ال‬َ ‫ق‬
َ ‫ه‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬ ‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ي‬
ُ ُ َ َ َ َْ ُ ْ َ
َ
ِ ‫عن َأيِب هريرَة ر‬
‫ض‬
MENGAMBIL ‫ب بَِن َف َقتِ ِه ِإ َذا َكا َن َم ْرُهونًا َو َعلَى‬ ‫ر‬
َُ ُ‫ش‬
ْ ‫ي‬ ‫َّر‬
ِّ ‫الد‬ ‫ل‬
َ‫و‬ ‫ا‬‫ن‬
ً‫و‬
ُ ‫َ ْ ُ َ نَب‬ ‫ه‬‫ر‬ ‫م‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬‫ك‬َ ‫ا‬‫ذ‬َ ‫ِإ‬ ِ ِ‫يرَكب بَِن َف َقت‬
‫ه‬ ُ ِ ُْ
)‫الن َف َقةُ (رواه البخاري‬ َّ ‫ب‬ ُ ‫ب َويَ ْشَر‬ َّ
MANFAAT DARI ُ ‫الذي يَ ْرَك‬
• “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: gadai
BARANG YANG binatang yang ditunggangi boleh mengambil manfaat karena biayanya
apabila digadaikan, dan binatang yang diminum susunya boleh

DIGADAIKAN
mengambil manfaat karena biayanya apabila digadaikan dan atas
binatang yang ditunggangi dan diminum susu memakai biaya”. (HR. Al-
Bukhāri).
2. Jumhur ulama berpendapat bahwa tidak boleh mengambil manfaat
sedikitpun dari barang yang digadai.
 Apabila marhūn hilang di bawah penguasaan murtahin, maka
murtahin tidak wajib menggantinya, kecuali rusak atau hilangya
karena kelalaian murtahin atau karena disia-siakan. Misalnya,
murtahin bermain-main dengan api, lalu terbakar barang
gadaiannya atau gudang tidak dikunci, lalu barangbarang
gadaianya dicuri orang. Dalam hal ini, seorang murtahin wajib
memelihara barang gadaian sebagaimana layaknya.

KERUSAKAN  Apabila tidak demikian, ketika ada cacat atau rusak apalagi
barang gadaiannya, maka menjadi tanggungjawab murtahin .
MARHUN  Imam Hanafi berpendapat, murtahin yang memegang marhun
menanggung resiko kerusakan marhun atau kehilangan marhun,
bila marhun rusak atau hilang, baik karena kelalaian maupun
tidak .
 Imam Syafi’I, murtahin menanggung resiko kehilangan atau
kerusakan marhun bila marhun rusak atau hilang karena kelalaian
murtahin.

Anda mungkin juga menyukai