Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

Kelompok 1
Fitria
Kevin Adam kauzar
Mochamad Ulfi
Rolly Pratama
Definisi
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et
al, 2000).
• Menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans
and Dokumentation menyebutkan bahwa fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang.
Epidemiologi
• Fraktur lebih sering terjadi pada laki – laki dari pada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olah raga
• pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami
fraktur dari pada laki – laki yang berhubungan dengan
meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait
dengan perubahan hormon pada menopause.
Etiologi Fraktur
• Kekerasan atau trauma langsung
• Kekerasan atau trauma tidak langsung
• Kekerasan atau trauma akibat tarikan otot
Phatway
Klasifikasi fraktur
• Fraktur tertutup (fraktur simple) adalah fraktur
yang tidak menyebabkan robekan kulit atau kulit
tidak ditembus oleh fragmen tulang.
• Fraktur terbuka terbuka (fraktur
kompleks/komplikata/compound) merupakan
fraktur dengan luka pada kulit atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang.
Manifestasi Klinis
• Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi.
• Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan baik
• Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
• teraba adanya derik tulang dinamakan “Krepitasi/krepitus” yang
teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
• Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Penatalaksanaan kedaruratan
Pertolongan pertama pada penderita patah tulang
di luar rumah sakit adalah sebagai berikut:
• Jalan napas
• Perdarhan pada luka
• Syok.
• Fraktur dan dislokasi
Proses penyembuhan tulang
• Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
• Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
• Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu.
Lanjutan…
• Stadium Empat-Konsolidasi
proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan
sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
• Stadium Lima-Remodelling
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini
dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan
tulang yang terus-menerus.
Komplikasi
Komplikasi waktu dekat ( Awal )
• Kerusakan arteri
• Kompartement syindrom
• Fat embolism syindrom
• Infeksi
• AVN (Avaskuler Nekrosis)
• Shock
Pemeriksaan diagnostik
• Rontgen
• CT – Scan/MRI
• Arteriogram
• Hitung darah lengkap ( HT )
• Kreatinin
• Profil koagulasi
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
- Anamnesa
1. Identitas Klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
6. Riwayat Psikososial
7. Pola-pola Fungsi Kesehatan
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran penderita
- Keadaan fraktur
- Tanda-tanda vital
- Pemeriksaan Head To Toe
Pemeriksaan pada muskuloskeletal
• Look ( inspeksi )
• Feel ( palpasi )
• Move ( gerakan )
• Pemeriksaan penunjang
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut berdasarkan dengan spasme otot, gerakkan fragmen
tulang, edema, cidera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress
atau ansietas.
• Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berdasarkan dengan
penurunan aliran darah ( cidera vaskuler, edema, pembentukan
trombus )
• Gangguan pertukaran gas berdasarkan dengan perubahan alirna
darah, embol, perubahan membran aveola atau kapiler
( interstisial, edema paru, kongesti )
• Gangguan mobilitas fisik berdasarkaan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler, nyeri, teraphi restriktif ( imobilisasi )
• Gangguan integritas kulit berdasarkan dengan fraktur terbuka,
pemasangan traksi ( pen, kawat, sekrup )
• Resiko infeksi berdasarkan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer ( kerusakan kulit trauma jaringan lunak, prosedur infasif
atau traksi tulang )
• Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhaan
pengobatan berdasarkan dengan kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif kurang
akurat atau lengkapnya informasi yang ada
• ( Doengoes, 2000)
Evaluasi
• Tidak terjadi trauma
• Nyeri berkurang atau hilang
• Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer
• Pertukaran gas adekuat
• Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
• Infeksi tidak terjadi
• Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang
dialami
kesimpulan
– Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi di
istregritas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden
kecelakaan tetapi factor lain seperti proses
degenerative juga dapat berpengaruh terhadap
kejadian fraktur (Brunner & Suddarth, 2008 ).
– Farktur disebakan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan putir mendadak, dan bahkan
kontraksi otot ektrem (Smeltzer, 2002).

Anda mungkin juga menyukai