Referat
Desno Marbun
2
Epidemiologi
3
• Di Amerika, angka kunjungan sekitar 7,3 juta
per tahunnya untuk pasien anak dan 6,7 juta
per tahunnya untuk pasien dewasa.
• The Royal College of General practitioners di
Inggris melaporkan insidensi pasien laryngitis
adalah 23 dari 100.000 orang per minggu,di
segala umur,pada periode 1999 sampai 2005
4
Pathophysiologi
Laringitisinflamasi pada mukosa pita suara
Edema Pita suara dan proses vibrasi juga
umumnya ikut mengalami gangguan Gangguan
fonasi
Membran yang meliputi pita suara juga terlihat
berwarna kemerahan dan membengkak.
Rentang suara
Rahul K Shah, MD, FACS, FAAP. Acute Laryngitis. Medscape reference. 2013 Tersediadari :
http://emedecine.medscape.com/article/864671-overview#a0104
5
EMBRIOLOGI
• “ laringotrakeal groove ” (4 minggu)
• Laryngotracheal obliterasi dan rekanulisasi
oesophagus dan aditus larynx primitif lengkung
branchial IV dan V.
• Aditus larynx celah berbentuk " T " :
• " Hypobrachial eminence " epiglotis
• Arytenoid yang membentuk juga tonjolan
Cuneiforme dan Corniculata
• Otot larynx pertama : interaritenoid, aryepiglotika,
krikoaritenoid posterior dan krikotiroid
6
Probst-Grevers-Iro, Basic Otorhinolaryngology© 2006 Thieme 7
Anatomi laring
8
Anatomi laring
• Dengan acuan glottis, Laring
secara garis besar dibagi
menjadi 3 bagian
– Supraglottis
• Diatas glottis Jalur masuk
laring sinus morgagni
– Glottis
• Pita suara +/- 1 cm
– Subglottis
• Dibawah dari glottis batas
bawah dari catrilago cricoid
Probst, Rudolf, et all. Basic Otorhinolaringology. Thieme, 2006. Ch17.
p337-384
9
Struktur penunjang
• Terdiri dari beberapa
kartilago dan 1 tulang
10
Otot – otot laring
otot elevator
M.Digastric
M.Stylohyoid
M.Mylohyoid
11
Otot – otot laring
otot depresor
M. Thyrohyoid
M. Omohyoid
M. Sternotiroid
M. Sternohyoid
12
Otot Intrinsik Laring
13
14
Persarafan
Sulica Lucian. Voice: Anatomy, Physiology, and Clinical Evaluation, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth edition. 2006. Lippincott Williams & Wilkins
19
Fungsi Proteksi
•Benda asing tidak dapat masuk ke dalam
laring dengan adanya reflek otot-otot yang
bersifat adduksi, sehingga rima glotis
tertutup.
•Pada waktu menelan, pernafasan berhenti
sejenak akibat adanya rangsangan terhadap
reseptor yang ada pada epiglotis, plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah
interaritenoid melalui serabut aferen nervus
laringeus superior.
• Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis
menutup. Gerakan laring ke atas dan ke
depan menyebabkan celah proksimal laring
tertutup oleh dasar lidah.
20
Fungsi Respirasi
• Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah
untuk memperbesar rongga dada dan otot
krikoaritenoideus posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka.
• Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan
bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan
rima glotis.
• Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan
peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan
menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam
mengontrol posisi pita suara
21
22
Fungsi Sirkulasi
• Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan
dan peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada
venous return.
• Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat
menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini
dapat terjadi karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring.
• Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di
aorta. Impuls dikirim melalui nervus laringeus rekurens dan
ramus komunikans nervus laringeus superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi
penurunan denyut jantung
23
Fungsi Fiksasi
• Berhubungan dengan mempertahankan
tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan
24
Fungsi Menelan
• Terdapat 3 (tiga) kejadian, yaitu pada waktu
menelan faring bagian bawah (otot konstriktor
faringeus superior, otot palatofaringeus dan otot
stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang
kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah
• Kemudian makanan terdorong ke bawah dan
terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring
menutup untuk mencegah makanan atau minuman
masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
mengkontraksikan orifisium dan penutupan laring
oleh epiglotis.
• Epiglotis menjadi lebih datar membentuk
semacam papan penutup aditus laringeus,
sehingga makanan atau minuman terdorong ke
lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke sinus
piriformis lalu ke hiatus esofagus
25
Fungsi Batuk
• Bentuk plika vokalis palsu
memungkinkan laring
berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan
intratorakal meningkat.
Pelepasan tekanan secara
mendadak menimbulkan
batuk yang berguna untuk
mempertahankan laring
dari ekspansi benda asing
atau membersihkan sekret
yang merangsang reseptor
atau iritasi pada mukosa
laring.
26
Fungsi Ekspektorasi
• Dengan adanya benda asing pada laring, maka
sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan
benda asing tersebut
27
Fungsi Emosi
• Perubahan emosi dapat menyebabkan
perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit
dan ketakutan
28
DIAGNOSIS
• Onset kejadian
• Adanya stridor
ANAMNESIS • Adanya infeksi saluran nafas
• Adanya rasa terbakar di dada
• Lama dan interval waktu dari gejala
29
PemeriksaanLaring
Laringoskopi Indirek
Laringoskopi Fleksibel
Laringoskopi Rigid
Stroboskopi
31
PemeriksaanLaring
LEMG
Mikrolaringos
kopi
32
Klasifikasi
Laringitis noninfeksi pada dewasa
A. Laringitis pada anak
- Laringopharyngeal Refluk
- Viral Larngitis umum - Trauma Laringitis
- Laringotracheitis Akut ( Croup) - Thermal Injury
- Bacterial Laringitis sekunder - Angiodema
- Epiglotitis Akut - Laryngitis alergi
- Laringeal Diphtheri - Polychondritis berulang
- Laringopharingeal Refluk(LPR) - SLE
- Spasmodic Croup - Ephidermolysis Bullosa
- Amyloidosis
LARINGITS
LARINGITIS KRONIS:
•Postma GN, Gupta KS, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR,
editors. Head and neck surgery – otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p.830-5
34
LARINGITIS AKUT
• Suara parau.
Gejala • Anak balita obstruksi jalan nafas bagian atas.
37
LARINGITIS KRONIS
Penatal
aksana •
•
•
Menghilangkan faktor resikonya,
obat anti inflamasi dan neurotropik.
Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas atas.
an
39
• Pada suatu penelitian, Banjara et al
menemukan angka kejadian suara serak paling
banyak ditemukan pada laryngitis kronik non
spesifik(57%), diikuti oleh karsinoma
laring(15%), laryngitis akut(10%) dan vocal
cord palsy(10%). Merokok dan
penyalahgunaan suara merupakan factor
predisposisi pada umumnya
40
LARINGITIS ANAK
- Viral Larngitis umum
- Laringotracheitis Akut ( Croup)
- Bacterial Laringitis sekunder
- Epiglotitis Akut
- Laringeal Diphtheri
- Laringopharingeal Refluk(LPR)
- Spasmodic Croup
41
LARINGITIS VIRAL
Penyebab :
Rhinovirus, parainfluenza,
adenovirus
Gejala :
Demam subfebris
Disphonia ringan
batuk atau pilek
Terapi :
Sembuh spontan
Humidifikasi
Antipiretik
Dekongestan
42
Laringotraekitis Akut (Croup)
Etiologi Epidemiologi
• Parainfluenza virus 1,2
• Musim Semi & gugur
and influenza A
Gejala
Insidensi • Demam, Batuk kering
terutama pada malam
• Balita hari, dan stridor
• Lamanya 3-7 hari
43
Laringotraekitis Akut (Croup)
Pemeriksaan Fisik
• Pembengkakan di daerah Subglotis
• Edema Dapat terjadi obstruksi
• Fatal Sumbatan sekret
Diagnosis
• Riwayat serta anamnesis
• Pada Ronsen leher “steeple sign”
penyempitan daerah subglotis 44
Laringotraekitis Akut (Croup)
Terapi
• Rawat inap
• Humidifikasi
• Aerosol epinephrine
• Antibiotik
45
Laringitis Bakteri Sekunder
Etiologi
• Staphylococcus aureus
• Alpha hemolytic streptococcus
Gejala Klinis
• Stridor
• Demam Tinggi
• Sering sebagai sekuel dari croup
• Sulit dibedakkan dengan croup
46
Laringitis Bakteri Sekunder
Terapi
• Rawat Inap
• Antibiotik
• Trakeostomi /intubasi
47
• Dari penelitian, Kinnari et al mengemukakan
terdapatnya suatu lapisan biofilm pada epitel
dari pita suara (dalam ukuran mikroskopik)
yang dilindungi oleh glikoprotein dimana
biofilm ini adalah dimana tempat bakteri
bertumbuh dan dapat berkembang biak. Di
dalam studinya, insidensi dari laryngitis kronik
yang rekuren dan juga purulen dikaitkan oleh
adanya lapisan biofilm tsb
48
Epiglotitis Akut
49
Epiglotitis Akut
Gejala Klinis
• Proses inflamasi supraglottis
• Merah cherry red epiglottis
• Meluas hingga Plika aryepiglottika and
Plika ventrikularis
50
Epiglotitis Akut
Diagnosis
• History
• Clinical finding
• Radiology
Differential Diagnosis
• Croup
• Foreign body
Management
• Medical Management Antibiotics :
• Ampicillin + chloramphenicol
• Cefamandole (2nd gen. cephalosporin)
• Cefuroxime / Ceftriaxone (3rd gen.
cephalosporin)
51
• Epiglotitis paling sering terjadi pada anak berusia 2 – 4
tahun, prevalensi dan insidensinya meningkat pada orang
dewasa.
• Onset dari gejala epiglotitis akut biasanya terjadi tiba-tiba
dan berkembang secara cepat.Pada pasien anak-anak, gejala
yang paling sering ditemui adalah sesak nafas dan stridor
yangdidahului oleh demam, sedangkan pada pasien dewasa
gejala yang terjadi lebih ringan, danyang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri tenggorok dan nyeri saat menelan.
• Rontgen lateral leher yang memperlihatkan edema epiglotis
(“thumb sign”) dan dilatasi dari hipofaring.
52
Laringotrakeitis dan Epiglotitis
KLINIS Laringotrakeithis Epiglotitis
USIA < 3 tahun > 3 tahun
ONSET Hari Akut (jam)
BATUK Kering (Barky) Biasa
POSISI TUBUH Terlentang Tegak/duduk
PRODUKSI AIR LIUR Tidak ada Ya
BERLEBIH
GAMBARAN RONSEN Steeple sign Thumb sign, dilated
hypopharynx
PENYEBAB TERSERING Virus Bakterial
PENGOBATAN Supportive Observasi jalan nafas,
antibiotik
53
Laringeal Diptheri
• Demam
• Nyeri tenggorokan
Gejala •
•
Disphonia
Hambatan jalan nafas yang
progersif
54
Laringeal Diptheri
• Inflamasi EKsudatif
kental, hijau keabuan, Diagnosis • Antitoksin Dipteri
• Antibiotik :
Diatas tonsil ditemukan Erythromycin atau
plaque menyerupai • Kultur dan apus Penicillin
membran eksudatif
diatas tonsil, pharing, • Membuat jalan nafas
laring dan mudah yang aman
berdarah trakeotsomi
55
Laringopharyigeal Refluks
56
LARINGITIS DEWASA
INFEKSI
• Viral Laryngitis
• Bacterial Laryngitis
• Fungal Laringitis
NONINFEKSI LARINGITIS AKIBAT PENYAKIT
• SISTEMIK
Laringopharingeal Refluk
• Leprosy
• Laringitis Trauma • Amyloidosis
• Thermal Injury • Histoplasmosis
• • Systemic Lupus Erythematosus
Angioedema
• Scleroma
• Laringitis Alergi • Sarcoidosis
• Epidermolysis Bullosa • Wagener’s Granulomatosis
• Laringitis Radiasi
• Polychondritis Berulang
57
Laringi •Disebabkan oleh infeksi
dari mikroorganisme
tis •Dewasa
•Infeksi saluran nafas atas
Infeksi •Terbagi atas penyebabnya
58
Laringitis Viral
• Rhinovirus penyebab
tersering
• Plica vokalis yang
menjadi kemerahan serta
edema
• Sembuh spontan
• antibiotik infeksi
sekunder
59
Laringitis bakterialis
• Supraglotis
• Supraglottis hiperemis
• penyebab tersering yaitu Haemophilus
influenza
60
Laringitis bakterialis
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
• Kortikosteroid
• Antibiotik I.V.
• Intubasi atau trakeostomi
Jalan nafas terhambat
61
Laringitis Infeksi
• Laringitis Jamur
– Pada pasien imunocompromise
– terlihat seperti leukoplakia
– pseudoeptelliomatosis hiperplasia
– therapi anti jamur
62
Laringitis Tuberculosa
• Tuberkulosis paru aktif
• Pericondritis
• Hambatan nafas sering terjadi
pada grade yang lebih lanjut
• Diagnosis ditegakkan dengan
apus dan kultur dari
mikrooraganisme
63
Laringitis Tuberculosa
Tahapan Stadium
1. Stadium infiltrasi
• Hiperemis mukosa laring bagian posterior dan kadang-kadang pita suara
terkena juga.
• Mukosa laring berwarna pucat.
• Submukosa terbentuk tuberkel mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik
berwarna kebiruan. Tuberkel akan semakin membesar sehingga bias pecah
dan timbul ulkus.
2. Stadium ulserasi
• Ulkus pada akhir stadium infiltrasi membesar.
• Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan, serta sangat dirasakan
nyeri oleh pasien.
64
3. Stadium perikodritis
• Terjadi kerusakan tulang rawan (kartilago eritenoid dan
epiglottis nanah yang berbau sequester. Keadaan pasien
pada stadium ini sangat buruk dan dapat meninggal dunia.
Diagnosis :
• sputum samples (+)
• Karakteristik yang jelas pada
ronsen torak
• Hasil biopsi (+)
66
• Laringitis tuberculosis digambarkan secara klasik
sebagai infeksi sekunder dari TB pulmoner yang
berat. Paru menjadi terinfeksi luas, dan laring
terinfeksi oleh karena kontak dari drainase
mukosilier paru. Karena drainase itu juga, maka
yang sering terkena adalah glottis bagian posterior.
Dalam 20 tahun silam, pola infeksi sudah berubah
dimana laryngitis tuberculosis timbul dengan
gejala serak, namun tanpa gejala dari paru sendiri
67
• Laringitis sipilis
– Etiologi :Treponema Pallidum
– stage awal keadaan laringitis
– disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher
– Test serologis
– Penisiliin i.m.
68
• Laringitis leprosi
– Disebabkan Mycobacterium leprae
– Gejala klinis yang timbul berupa suara yang
teredam, sulit untuk menelan, serta batuk
– Biopsi M.leprae.
– Rifampin dan dapsone
69
• Scleroma
– Penyebab : Klebseiella rhinoscleromatis
– Tiga tahap : catarrhal stage, granullomatous
stage, sclerotic stage
– Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan isolasi dari
organisme
– Tetrasiklin, fluoroquinolon atau clofazimine
70
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik
• Wegener Granulomatosis
– Etiologinya belum dapat diketahui dengan jelas
– Terdiri dari tiga gejala utama yaitu :
• Lesi di saluran nafas atas dan bawah
• Vaskulitits
• Nekrotik glomerulonephritis
– Pembedahan
dilatasi dari subglotis
71
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik
• Rheumatoid arthritis
– Inflamasi dari cairan synovial di tulang
– hanya 25 % yang melibatkan laring
– Terdiri dari dua fase : Akut dan kronis
– Pengobatan sistemik dapat diberikan berupa
kortikosteroid atau agent imunosupresan
72
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik
• Amyloidosis
– Kelainan idiopatik karena terdapatnya protein
yang menumpuk di extraselular
– Dua tipe yaitu amyloidosis primer dan sekunder
– Eksisi dilakukan untuk mengobati secara
simptomatis
73
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik
74
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik
76
Laringitis Non Infeksi
• Laringofaring Refluk
– Regurgitasi dari cairan dan isi lambung (asam
lambung dan pepsin aktif) ke dalam laringofaring
– pseudosulkus merupakan tanda yang akurat dari
LPR
77
Laringitis Non Infeksi
• Laringofaring refluk
– Terdapat empat penghalang fisiologis yang
melindungi saluran aerodigestif bagian atas dari
trauma akibat refluks, yaitu : spingter esofagus
bawah, pembersihan asam dengan motor
esofagus , resistensi jaringan mukosa esofagus,
dan spingter esofagus atas
– Gejala LPR berupa suara serak, globus pharyngeus
dan nyeri tenggorokan
78
Laringitis Non Infeksi
• Laringofaring refluk
– Mekanisme terjadinya laringofaring refluk
disebabkan oleh :
• Kontak langsung
• Stimulasi nervus aferen vagal di distal
– Therapi
• Konseling
• Diet dan perubahan gaya hidup
• Proton pump Inhibitor
79
LPR & GERD
LPR GERD
esopagus
80
Laringopharyngeal Refluks
Skor Gejala Refluks
Gejala yang dikeluhkan dalam 1 bulan terakhir skor
1.Suara serak atau gangguan lainnya 012345
82
Laringitis Non Infeksi
• Angioedema
– suatu reaksi inflamasi yang ditandai adanya
dilatasi dari vaskular dan meningkatnya
permeabilitas dari pembuluh darah
– Pengobatan yang dilakukan dengan memberikan
oksigen, epineprin, kortikosteroid, antihistamin
dan aminophilin
83
Laringitis Non Infeksi
• Laringitis alergi
– Keadaan ini paling jarang terjadi, sehingga angka
kejadiannya menjadi suatu kontroversial
– nyeri pada saat bebicara yang sifatnya kronis
– sering ditemukan adanya edema laring dan
mukosa polipoid
– Pengobatan yang diberikan yaitu berupa
antihistamin, steroid, dan immunoterapi, serta
menghindari zat- zat yang menjadi triger
84
Laringitis Non Infeksi
• Laringitis radiasi
– Terapi radiasi untuk keganasan pada laring
– Ditemukan eritem dan tanda edema pada laring
serta eksudat dan krusta
– Therapi :
• Humidifikasi
• Hidrasi
• Penekanan produksi asam
85
Laringitis Non Infeksi
• Inhalasi steroid
– Disebabkan oleh substansi karier dari obat
tersebut dan membuat aliran turbulensi
– Pemeriksaan fisik
• Dilatasi dari pembuluh darah
• Inflamasi
• leukoplakia
86
Kesimpulan
• Laringitis merupakan proses inflamasi pada laring,
ditandai dengan perubahan suara
• Laringitis akut banyak diderita pada anak – anak,
proses penyakit berjalan cepat dan tidak jarang
menimbulkan sumbatan jalan nafas
• Dalam menangani laringitis akut atau kronis, ada tiga
hal yang perlu dilakukan : progresifitas dari gejala
terutama yang berkaitan dengan dispneu, gejala
yang berkaitan dengan gejala sistemik dan faktor
predisposisi
87
Kesimpulan
• Dalam menangani laringitis akut atau kronis,
ada tiga hal yang perlu dilakukan
– Progresifitas dari gejala terutama yang berkaitan
dengan dispneu
– Gejala yang berkaitan dengan gejala sistemik
– Faktor predisposisi
• Pada laringitis kronis penting untuk
membedakannya dengan proses keganasan
88
Kesimpulan
• Pemeriksaan penunjang secara histologi,
karena dapat memberikan keterangan
terhadap etiologi dari laringitis
• Pemeriksaan dengan laringoskopi merupakan
suatu standar baku emas dalam pemeriksaan
fisik untuk mengintepretasi kelainan yang
terdapat pada laring
89
Terima kasih
90