Anda di halaman 1dari 90

LARINGITIS

Referat
Desno Marbun

ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RS. HASAN SADIKIN
BANDUNG
PENDAHULUAN

Suatu peradangan pada


laring, akut atau kronik,
infeksi/ non infeksi, lokal
maupun sistemik dengan
gejala, Odynophonia,
Dysphagia, Odynophagia,
Batuk, Sesak atau Stridor
Postma GN, Gupta KS, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB,
Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery – otolaryngology. 4 th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006. p.830-5.

2
Epidemiologi

• Di Bagian Rawat Jalan THT-KL RSHS


Bandung, Januari-Desember
2012402 orang, laki-laki 146
orang(37,25%) dan wanita 266
orang(64,75%)

3
• Di Amerika, angka kunjungan sekitar 7,3 juta
per tahunnya untuk pasien anak dan 6,7 juta
per tahunnya untuk pasien dewasa.
• The Royal College of General practitioners di
Inggris melaporkan insidensi pasien laryngitis
adalah 23 dari 100.000 orang per minggu,di
segala umur,pada periode 1999 sampai 2005

4
Pathophysiologi
Laringitisinflamasi pada mukosa pita suara
Edema Pita suara dan proses vibrasi juga
umumnya ikut mengalami gangguan Gangguan
fonasi
Membran yang meliputi pita suara juga terlihat
berwarna kemerahan dan membengkak.
Rentang suara

Rahul K Shah, MD, FACS, FAAP. Acute Laryngitis. Medscape reference. 2013 Tersediadari :
http://emedecine.medscape.com/article/864671-overview#a0104

5
EMBRIOLOGI
• “ laringotrakeal groove ” (4 minggu)
• Laryngotracheal  obliterasi dan rekanulisasi 
oesophagus dan aditus larynx primitif  lengkung
branchial IV dan V.
• Aditus larynx  celah berbentuk " T " :
• " Hypobrachial eminence "  epiglotis
• Arytenoid yang membentuk juga tonjolan
Cuneiforme dan Corniculata
• Otot larynx pertama : interaritenoid, aryepiglotika,
krikoaritenoid posterior dan krikotiroid
6
Probst-Grevers-Iro, Basic Otorhinolaryngology© 2006 Thieme 7
Anatomi laring

Probst, Rudolf, et all. Basic Otorhinolaringology. Thieme, 2006. Ch17.


p337-384

8
Anatomi laring
• Dengan acuan glottis, Laring
secara garis besar dibagi
menjadi 3 bagian
– Supraglottis
• Diatas glottis Jalur masuk
laring sinus morgagni
– Glottis
• Pita suara +/- 1 cm
– Subglottis
• Dibawah dari glottis  batas
bawah dari catrilago cricoid
Probst, Rudolf, et all. Basic Otorhinolaringology. Thieme, 2006. Ch17.
p337-384

9
Struktur penunjang
• Terdiri dari beberapa
kartilago dan 1 tulang

Bailey, Byron J. Head and Neck Surgery - OtolaryngologyThird Edition.


Lippincott Williams and Wilkins, 2001. Ch42. p479-487

10
Otot – otot laring
otot elevator
M.Digastric
M.Stylohyoid
M.Mylohyoid

Tortora, Gerard J. Principles of Anatomy and Physiology. Wiley, 2006. p347

11
Otot – otot laring
otot depresor
M. Thyrohyoid
M. Omohyoid
M. Sternotiroid
M. Sternohyoid

Tortora, Gerard J. Principles of Anatomy and Physiology. Wiley, 2006. p854

12
Otot Intrinsik Laring

13
14
Persarafan

Probst, Rudolf, et all. Basic Otorhinolaringology. Thieme, 2006. Ch17. 15


p337-384
Aliran Limfe dan Vaskularisasi
• Arteri dialiri oleh :
– Arteri tiroid superior ( merupakan
cabang dari arteri karotis eksterna)
– Arteri tiroid inferior (cabang dari
arteri subklavia)
• Vena mengalir melalui :
– Vena tiroid superior dan medial 
Vena jugularis interna
– Vena tiroid inferior  Vena
Brachiocephalic kiri
• Aliran limfe :
– Lateral  melalui Kelenjar dalam
leher dan kelenjar paratrakeal
– Medial  Kelenjar prelaringeal dan
pretrakeal

Probst, Rudolf, et all. Basic Otorhinolaringology. Thieme, 2006. Ch17.


16
p337-384
HISTOLOGI
• Mukosa laring dibentuk
oleh epitel berlapis
silindris semu bersilia
kecuali pada daerah pita
suara yang terdiri dari
epitel berlapis gepeng tak
bertanduk
• Kartilago kornikulata,
kuneiforme dan epiglotis
merupakan kartilago
hialin
17
Fisiologi Laring
• Fungsi Fonasi
• Fungsi Proteksi
• Fungsi Respirasi
• Fungsi Sirkulasi
• Fungsi Fiksasi
• Fungsi Menelan
• Fungsi Batuk
• Fungsi Ekspektorasi
• Fungsi Emosi
18
Fungsi Fonasi
• Merupakan fungsi laring yang paling
kompleks.
• Suara dibentuk karena adanya aliran
udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara.
• Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan
subglotik dan vibrasi laring serta adanya
ruangan resonansi seperti rongga mulut,
udara dalam paru-paru, trakea, faring,
dan hidung
• Otot intrinsik laring berperan penting
dalam penyesuaian tinggi nada dengan
mengubah bentuk dan massa ujung-
ujung bebas dan tegangan pita suara
sejati

Sulica Lucian. Voice: Anatomy, Physiology, and Clinical Evaluation, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth edition. 2006. Lippincott Williams & Wilkins
19
Fungsi Proteksi
•Benda asing tidak dapat masuk ke dalam
laring dengan adanya reflek otot-otot yang
bersifat adduksi, sehingga rima glotis
tertutup.
•Pada waktu menelan, pernafasan berhenti
sejenak akibat adanya rangsangan terhadap
reseptor yang ada pada epiglotis, plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah
interaritenoid melalui serabut aferen nervus
laringeus superior.
• Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis
menutup. Gerakan laring ke atas dan ke
depan menyebabkan celah proksimal laring
tertutup oleh dasar lidah.

20
Fungsi Respirasi
• Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah
untuk memperbesar rongga dada dan otot
krikoaritenoideus posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka.
• Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan
bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan
rima glotis.
• Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan
peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan
menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam
mengontrol posisi pita suara

21
22
Fungsi Sirkulasi
• Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan
dan peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada
venous return.
• Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat
menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini
dapat terjadi karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring.
• Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di
aorta. Impuls dikirim melalui nervus laringeus rekurens dan
ramus komunikans nervus laringeus superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi
penurunan denyut jantung

23
Fungsi Fiksasi
• Berhubungan dengan mempertahankan
tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan

24
Fungsi Menelan
• Terdapat 3 (tiga) kejadian, yaitu pada waktu
menelan faring bagian bawah (otot konstriktor
faringeus superior, otot palatofaringeus dan otot
stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang
kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah
• Kemudian makanan terdorong ke bawah dan
terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring
menutup untuk mencegah makanan atau minuman
masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
mengkontraksikan orifisium dan penutupan laring
oleh epiglotis.
• Epiglotis menjadi lebih datar membentuk
semacam papan penutup aditus laringeus,
sehingga makanan atau minuman terdorong ke
lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke sinus
piriformis lalu ke hiatus esofagus

25
Fungsi Batuk
• Bentuk plika vokalis palsu
memungkinkan laring
berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan
intratorakal meningkat.
Pelepasan tekanan secara
mendadak menimbulkan
batuk yang berguna untuk
mempertahankan laring
dari ekspansi benda asing
atau membersihkan sekret
yang merangsang reseptor
atau iritasi pada mukosa
laring.

26
Fungsi Ekspektorasi
• Dengan adanya benda asing pada laring, maka
sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan
benda asing tersebut

27
Fungsi Emosi
• Perubahan emosi dapat menyebabkan
perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit
dan ketakutan

28
DIAGNOSIS

• Onset kejadian
• Adanya stridor
ANAMNESIS • Adanya infeksi saluran nafas
• Adanya rasa terbakar di dada
• Lama dan interval waktu dari gejala

PEMERIKSAAN • Mendengarkan suara, pernafasan


• Menggunakan laringoskopi indirek
FISIK • Menggunakan pemeriksaan fiberoptik

PEMERIKSAAN • Ronsen STL AP dan Lateral


• Laboratorium darah
PENUNJANG • Biopsi

29
PemeriksaanLaring

Laringoskopi Indirek

Laringoskopi Fleksibel

Kyung Sik Park. In Observable Laryngopharyngeal lesions during the upper


gastrointestinal endoscopy 2013 By Am Coll of Gastroenterology 30
PemeriksaanLaring

Laringoskopi Rigid

Stroboskopi
31
PemeriksaanLaring

LEMG

Mikrolaringos
kopi

32
Klasifikasi
Laringitis noninfeksi pada dewasa
A. Laringitis pada anak
- Laringopharyngeal Refluk
- Viral Larngitis umum - Trauma Laringitis
- Laringotracheitis Akut ( Croup) - Thermal Injury
- Bacterial Laringitis sekunder - Angiodema
- Epiglotitis Akut - Laryngitis alergi
- Laringeal Diphtheri - Polychondritis berulang
- Laringopharingeal Refluk(LPR) - SLE
- Spasmodic Croup - Ephidermolysis Bullosa
- Amyloidosis

B. Laringitis pada dewasa Laringitis pada penyakit sistemik

- Laringitis viral - Tuberkulosis


- Laringitis bakterial - Siphilis
- Leprosy
- Histoplasmosis
- Blastomycosis
- Scleroma
- Sarcoidosis
- Wegener’s Granulomatosis
- Laringitis Radiasi
33
LARINGITIS AKUT :

Suatu kelainan yang disebabkan adanya peradangan akut


pada laring.

LARINGITS

LARINGITIS KRONIS:

Peradangan kronis pada laring dengan dasar waktu 12-14


minggu.

•Postma GN, Gupta KS, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR,
editors. Head and neck surgery – otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p.830-5
34
LARINGITIS AKUT

• Suara parau.
Gejala • Anak balita  obstruksi jalan nafas bagian atas.

• balita dengan infeksi saluran napas bagian bawah dan


paru, terapi radiasi/brachytherapy, pemberian
Faktor Risiko imunosupresi, kemoterapi, pasien banyak berbicara
(guru, penyanyi, salesman/girl).

Rahul K Shah,MD,FACS,FAAP. Acute Laryngitis. Medscape reference 2013. Tersedia dari


http://emedecine.medscape.com/article/864671-overview#a0104
35
LARINGITIS AKUT

• Non spesifik :virus, streptokokus pneumoni, E. coli,


hemofilius influenza
Etiologi • Spesifik: diphteri dan m. Tuberculosis.

Rahul K Shah,MD,FACS,FAAP. Acute Laryngitis. Medscape reference 2013. Tersedia dari


http://emedecine.medscape.com/article/864671-overview#a0104
36
LARINGITIS AKUT
Pemeriksaan • laringoskopi indirek, laringoskopi direk, fiber optic
penunjang laryngoscope, radiologi dan laboratorium

• Antibiotik : Stafilokokus aureus, Streptokokus


pyogenes, dan difteri
• Kortikosteroid: bayi dan anak dengan potensi terjadi
sumbatan jalan napas atas.
Terapi • Terapi simtomatis : analgesik, antipiretik, dan
mukolitik.
• Humidifikasi
• Trakeostomi

37
LARINGITIS KRONIS

• kelainan kronis pada korda vokalis yang


dapat menyebabkan perubahan mukosa
pada korda vokalis.

• Bakterial ( M tuberculosis, M leprae, T


pallidum, K rhinoscleromatis, A israelii),
• Fungal ( histoplasmosis, blastomicosis,
Coccidiosis, Candidiasis, Aspergillosis,
Rhinosporidiosis),
• Laringitis non-spesifik, refluks
Etiologi gastrointestinal, trauma inhalasi, trauma
radiasi, trauma intubasi, gangguan
endokrin, dan autoimun.
38
LARINGITIS KRONIS

Penatal
aksana •


Menghilangkan faktor resikonya,
obat anti inflamasi dan neurotropik.
Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas atas.

an
39
• Pada suatu penelitian, Banjara et al
menemukan angka kejadian suara serak paling
banyak ditemukan pada laryngitis kronik non
spesifik(57%), diikuti oleh karsinoma
laring(15%), laryngitis akut(10%) dan vocal
cord palsy(10%). Merokok dan
penyalahgunaan suara merupakan factor
predisposisi pada umumnya

40
LARINGITIS ANAK
- Viral Larngitis umum
- Laringotracheitis Akut ( Croup)
- Bacterial Laringitis sekunder
- Epiglotitis Akut
- Laringeal Diphtheri
- Laringopharingeal Refluk(LPR)
- Spasmodic Croup

41
LARINGITIS VIRAL
Penyebab :
Rhinovirus, parainfluenza,
adenovirus
Gejala :
Demam subfebris
Disphonia ringan
batuk atau pilek
Terapi :
Sembuh spontan
Humidifikasi
Antipiretik
Dekongestan

42
Laringotraekitis Akut (Croup)

Etiologi Epidemiologi
• Parainfluenza virus 1,2
• Musim Semi & gugur
and influenza A

Gejala
Insidensi • Demam, Batuk kering
terutama pada malam
• Balita hari, dan stridor
• Lamanya 3-7 hari

43
Laringotraekitis Akut (Croup)

Pemeriksaan Fisik
• Pembengkakan di daerah Subglotis
• Edema  Dapat terjadi obstruksi
• Fatal  Sumbatan sekret

Diagnosis
• Riwayat serta anamnesis
• Pada Ronsen leher “steeple sign”
penyempitan daerah subglotis 44
Laringotraekitis Akut (Croup)

Terapi

• Rawat inap
• Humidifikasi
• Aerosol epinephrine
• Antibiotik

Kegagalan dengan obat  intubasi


atau trakeostomi

45
Laringitis Bakteri Sekunder

Etiologi
• Staphylococcus aureus
• Alpha hemolytic streptococcus

Gejala Klinis
• Stridor
• Demam Tinggi
• Sering sebagai sekuel dari croup
• Sulit dibedakkan dengan croup

46
Laringitis Bakteri Sekunder

• Sekret trakea purulen


Diagnosis • Hampir sama dengan croup
• Demam tinggi  bronchoscopy

• Kultur dari sekret

Terapi
• Rawat Inap
• Antibiotik
• Trakeostomi /intubasi

Komplikasi • Pneumonia sekunder

47
• Dari penelitian, Kinnari et al mengemukakan
terdapatnya suatu lapisan biofilm pada epitel
dari pita suara (dalam ukuran mikroskopik)
yang dilindungi oleh glikoprotein dimana
biofilm ini adalah dimana tempat bakteri
bertumbuh dan dapat berkembang biak. Di
dalam studinya, insidensi dari laryngitis kronik
yang rekuren dan juga purulen dikaitkan oleh
adanya lapisan biofilm tsb
48
Epiglotitis Akut

Etiologi • Haemophilus influenza type B

Insidensi • Anak usia 2-4 tahun

Gambaran • Akut, terjadi 2-6 jam


Klinis • Febris, stridor inspirasi

49
Epiglotitis Akut
Gejala Klinis
• Proses inflamasi  supraglottis
• Merah  cherry red epiglottis
• Meluas hingga Plika aryepiglottika and
Plika ventrikularis

Hambatan jalan nafas


• Epiglotis yang membengkak dan plika
ariepiglotika disertai penyempitan dari
supraglotis
• Excessive, thick, tenacious oral and
• pharyngeal secretion due to odynophagia

50
Epiglotitis Akut
Diagnosis
• History
• Clinical finding
• Radiology

Differential Diagnosis
• Croup
• Foreign body

Management
• Medical Management  Antibiotics :
• Ampicillin + chloramphenicol
• Cefamandole (2nd gen. cephalosporin)
• Cefuroxime / Ceftriaxone (3rd gen.
cephalosporin)
51
• Epiglotitis paling sering terjadi pada anak berusia 2 – 4
tahun, prevalensi dan insidensinya meningkat pada orang
dewasa.
• Onset dari gejala epiglotitis akut biasanya terjadi tiba-tiba
dan berkembang secara cepat.Pada pasien anak-anak, gejala
yang paling sering ditemui adalah sesak nafas dan stridor
yangdidahului oleh demam, sedangkan pada pasien dewasa
gejala yang terjadi lebih ringan, danyang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri tenggorok dan nyeri saat menelan.
• Rontgen lateral leher yang memperlihatkan edema epiglotis
(“thumb sign”) dan dilatasi dari hipofaring.

52
Laringotrakeitis dan Epiglotitis
KLINIS Laringotrakeithis Epiglotitis
USIA < 3 tahun > 3 tahun
ONSET Hari Akut (jam)
BATUK Kering (Barky) Biasa
POSISI TUBUH Terlentang Tegak/duduk
PRODUKSI AIR LIUR Tidak ada Ya
BERLEBIH
GAMBARAN RONSEN Steeple sign Thumb sign, dilated
hypopharynx
PENYEBAB TERSERING Virus Bakterial
PENGOBATAN Supportive Observasi jalan nafas,
antibiotik

53
Laringeal Diptheri

Etiologi • Corynebacterium diphteriae

Insidensi • Lebih dari 6 tahun

• Demam
• Nyeri tenggorokan
Gejala •

Disphonia
Hambatan jalan nafas yang
progersif
54
Laringeal Diptheri

• Inflamasi EKsudatif 
kental, hijau keabuan, Diagnosis • Antitoksin Dipteri
• Antibiotik :
Diatas tonsil ditemukan Erythromycin atau
plaque menyerupai • Kultur dan apus Penicillin
membran eksudatif
diatas tonsil, pharing, • Membuat jalan nafas
laring dan mudah yang aman
berdarah trakeotsomi

Gejala Klinis Therapi

55
Laringopharyigeal Refluks

Sering disertai Gejala yang muncul

• Laryngomalacia • Suara parau/serak


• Vocal nodules • Perubahan jumlah
• Polyps sekret
• Granuloma • Iritasi tenggorokan
• Laringeal dan tracheal kronis
stenosis • Rasa terbakar di dada
• Laringospasm • Batuk kronis
• Batuk yang membuat
terjaga saat tidur

56
LARINGITIS DEWASA

INFEKSI
• Viral Laryngitis
• Bacterial Laryngitis
• Fungal Laringitis
NONINFEKSI LARINGITIS AKIBAT PENYAKIT
• SISTEMIK
Laringopharingeal Refluk
• Leprosy
• Laringitis Trauma • Amyloidosis
• Thermal Injury • Histoplasmosis
• • Systemic Lupus Erythematosus
Angioedema
• Scleroma
• Laringitis Alergi • Sarcoidosis
• Epidermolysis Bullosa • Wagener’s Granulomatosis
• Laringitis Radiasi
• Polychondritis Berulang
57
Laringi •Disebabkan oleh infeksi
dari mikroorganisme
tis •Dewasa
•Infeksi saluran nafas atas
Infeksi •Terbagi atas penyebabnya

58
Laringitis Viral
• Rhinovirus penyebab
tersering
• Plica vokalis yang
menjadi kemerahan serta
edema
• Sembuh spontan
• antibiotik  infeksi
sekunder

59
Laringitis bakterialis
• Supraglotis
• Supraglottis hiperemis
• penyebab tersering yaitu Haemophilus
influenza

60
Laringitis bakterialis

Pemeriksaan Penunjang

• Ronsen leher thumbprint sign

Terapi

• Kortikosteroid
• Antibiotik I.V.
• Intubasi atau trakeostomi 
Jalan nafas terhambat

61
Laringitis Infeksi

• Laringitis Jamur
– Pada pasien imunocompromise
– terlihat seperti leukoplakia
– pseudoeptelliomatosis hiperplasia
– therapi anti jamur

62
Laringitis Tuberculosa
• Tuberkulosis paru aktif
• Pericondritis
• Hambatan nafas sering terjadi
pada grade yang lebih lanjut
• Diagnosis ditegakkan dengan
apus dan kultur dari
mikrooraganisme
63
Laringitis Tuberculosa
Tahapan Stadium

1. Stadium infiltrasi
• Hiperemis mukosa laring bagian posterior dan kadang-kadang pita suara
terkena juga.
• Mukosa laring berwarna pucat.
• Submukosa terbentuk tuberkel  mukosa tidak rata, tampak bintik-bintik
berwarna kebiruan. Tuberkel akan semakin membesar sehingga bias pecah
dan timbul ulkus.

2. Stadium ulserasi
• Ulkus pada akhir stadium infiltrasi membesar.
• Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan, serta sangat dirasakan
nyeri oleh pasien.
64
3. Stadium perikodritis
• Terjadi kerusakan tulang rawan (kartilago eritenoid dan
epiglottis nanah yang berbau  sequester. Keadaan pasien
pada stadium ini sangat buruk dan dapat meninggal dunia.

4. Stadium pembentukan tumor


• Rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring
• Suara parau berlangsung berminggu-minggu, bahkan bias afoni
• Hemoptisis
• Nyeri menelan yang hebat.
• Keadaan umum buruk
• Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologis) terdapat
proses aktif (biasanya pada stadium eksudatif atau pada
pembentukan kaverne)
65
Gejala :
• Serak
• disphagia atau odinophagia
• Batuk lama
• Penurunan berat badan
• Demam

Diagnosis :
• sputum samples (+)
• Karakteristik yang jelas pada
ronsen torak
• Hasil biopsi (+)
66
• Laringitis tuberculosis digambarkan secara klasik
sebagai infeksi sekunder dari TB pulmoner yang
berat. Paru menjadi terinfeksi luas, dan laring
terinfeksi oleh karena kontak dari drainase
mukosilier paru. Karena drainase itu juga, maka
yang sering terkena adalah glottis bagian posterior.
Dalam 20 tahun silam, pola infeksi sudah berubah
dimana laryngitis tuberculosis timbul dengan
gejala serak, namun tanpa gejala dari paru sendiri

67
• Laringitis sipilis
– Etiologi :Treponema Pallidum
– stage awal  keadaan laringitis
– disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher
– Test serologis
– Penisiliin i.m.

68
• Laringitis leprosi
– Disebabkan Mycobacterium leprae
– Gejala klinis yang timbul berupa suara yang
teredam, sulit untuk menelan, serta batuk
– Biopsi  M.leprae.
– Rifampin dan dapsone

69
• Scleroma
– Penyebab : Klebseiella rhinoscleromatis
– Tiga tahap : catarrhal stage, granullomatous
stage, sclerotic stage
– Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan isolasi dari
organisme
– Tetrasiklin, fluoroquinolon atau clofazimine

70
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik

• Wegener Granulomatosis
– Etiologinya belum dapat diketahui dengan jelas
– Terdiri dari tiga gejala utama yaitu :
• Lesi di saluran nafas atas dan bawah
• Vaskulitits
• Nekrotik glomerulonephritis
– Pembedahan
 dilatasi dari subglotis

71
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik

• Rheumatoid arthritis
– Inflamasi dari cairan synovial di tulang
– hanya 25 % yang melibatkan laring
– Terdiri dari dua fase : Akut dan kronis
– Pengobatan sistemik dapat diberikan berupa
kortikosteroid atau agent imunosupresan

72
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik

• Amyloidosis
– Kelainan idiopatik karena terdapatnya protein
yang menumpuk di extraselular
– Dua tipe yaitu amyloidosis primer dan sekunder
– Eksisi dilakukan untuk mengobati secara
simptomatis

73
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik

• Polychondritis yang berulang


– proses inflamasi dan fibrosis serta destruksi pada
tulang
– diduga adanya reaksi imunologis tipe II pada
jaringan kolagen
– Kortikosteroid dan agent imunosupresive lain
diperlukan untuk kasus yang lebih berat

74
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik

• Sistemik Lupus Erytematosus


– Satu dari tiga pasien inflamasi pada laring
– adanya obstruksi jalan nafas
– sistemik kortikosteroid
• Sarcoidosis
– granulomatosa kronik yang idiopatik
– terdapat lesi pada laring menyerupai gambaran lesi
pada organ tubuh lain
– pengobatan yaitu kortokosteoid dosis tinggi
75
Laringitis Penyakit Inflamasi Sistemik

• Epidermolysis Bullosa dan sikatrik Pemphigoid


– Kelainan autoimun, pada laring ditemukan adanya
edema, bulla, ulkus serta dapat pula terjadi
stenosis pada laring dan trakhea
– Trakehostomy serta kortikosteroid
– Stenosis dapat diobati dengan teknik bedah
endoskopi bila penyakit primernya sudah teratasi

76
Laringitis Non Infeksi
• Laringofaring Refluk
– Regurgitasi dari cairan dan isi lambung (asam
lambung dan pepsin aktif) ke dalam laringofaring
– pseudosulkus merupakan tanda yang akurat dari
LPR

77
Laringitis Non Infeksi
• Laringofaring refluk
– Terdapat empat penghalang fisiologis yang
melindungi saluran aerodigestif bagian atas dari
trauma akibat refluks, yaitu : spingter esofagus
bawah, pembersihan asam dengan motor
esofagus , resistensi jaringan mukosa esofagus,
dan spingter esofagus atas
– Gejala LPR berupa suara serak, globus pharyngeus
dan nyeri tenggorokan

78
Laringitis Non Infeksi
• Laringofaring refluk
– Mekanisme terjadinya laringofaring refluk
disebabkan oleh :
• Kontak langsung
• Stimulasi nervus aferen vagal di distal
– Therapi
• Konseling
• Diet dan perubahan gaya hidup
• Proton pump Inhibitor

79
LPR & GERD
LPR GERD

Gangguan pernafasan Ya Tidak

Rasa dada terbakar Jarang Ya

Nyeri ketika bicara Ya Tidak

Pengeluaran asam di Normal Tertunda

esopagus

Kondisi proteksi mukosa Tidak Ya

Refluk saat tegak sering Kadang - kadang

Refluk saat berbaring Kadang - kadang sering

80
Laringopharyngeal Refluks
Skor Gejala Refluks
Gejala yang dikeluhkan dalam 1 bulan terakhir skor
1.Suara serak atau gangguan lainnya 012345

2.Pembersihan tenggorok “ mendehem > 4x sehari 012345


3.Dahak dibelakang hidung 012345
4.Sulit menelan 012345
5.Batuk setelah makan atau berbaring 012345
6.Kesulitan bernafas atau tersedak 012345
7.Batuk terus menerus atau batuk yang sangat menggangu 012345
8.Rasa mengganjak di tengggorok 012345
9.Rasa terbakar di dada / rasa tidak nyaman dibelakang dada 012345
TOTAL
Belafsky PC, Postma GN, Kaufman JA. The validity and reability of refluks finding score
(RFS) Laringoscope 2001; 111;1313 81
Laringitis Non Infeksi
• Laringitis trauma
– Etiologi
• pola pekerjaan
• batuk yang menetap
– Therapi
• Istirahat berbicara
• Humidifikasi

82
Laringitis Non Infeksi
• Angioedema
– suatu reaksi inflamasi yang ditandai adanya
dilatasi dari vaskular dan meningkatnya
permeabilitas dari pembuluh darah
– Pengobatan yang dilakukan dengan memberikan
oksigen, epineprin, kortikosteroid, antihistamin
dan aminophilin

83
Laringitis Non Infeksi
• Laringitis alergi
– Keadaan ini paling jarang terjadi, sehingga angka
kejadiannya menjadi suatu kontroversial
– nyeri pada saat bebicara yang sifatnya kronis
– sering ditemukan adanya edema laring dan
mukosa polipoid
– Pengobatan yang diberikan yaitu berupa
antihistamin, steroid, dan immunoterapi, serta
menghindari zat- zat yang menjadi triger

84
Laringitis Non Infeksi
• Laringitis radiasi
– Terapi radiasi untuk keganasan pada laring
– Ditemukan eritem dan tanda edema pada laring
serta eksudat dan krusta
– Therapi :
• Humidifikasi
• Hidrasi
• Penekanan produksi asam

85
Laringitis Non Infeksi
• Inhalasi steroid
– Disebabkan oleh substansi karier dari obat
tersebut dan membuat aliran turbulensi
– Pemeriksaan fisik
• Dilatasi dari pembuluh darah
• Inflamasi
• leukoplakia

86
Kesimpulan
• Laringitis merupakan proses inflamasi pada laring,
ditandai dengan perubahan suara
• Laringitis akut banyak diderita pada anak – anak,
proses penyakit berjalan cepat dan tidak jarang
menimbulkan sumbatan jalan nafas
• Dalam menangani laringitis akut atau kronis, ada tiga
hal yang perlu dilakukan : progresifitas dari gejala
terutama yang berkaitan dengan dispneu, gejala
yang berkaitan dengan gejala sistemik dan faktor
predisposisi
87
Kesimpulan
• Dalam menangani laringitis akut atau kronis,
ada tiga hal yang perlu dilakukan
– Progresifitas dari gejala terutama yang berkaitan
dengan dispneu
– Gejala yang berkaitan dengan gejala sistemik
– Faktor predisposisi
• Pada laringitis kronis penting untuk
membedakannya dengan proses keganasan

88
Kesimpulan
• Pemeriksaan penunjang secara histologi,
karena dapat memberikan keterangan
terhadap etiologi dari laringitis
• Pemeriksaan dengan laringoskopi merupakan
suatu standar baku emas dalam pemeriksaan
fisik untuk mengintepretasi kelainan yang
terdapat pada laring

89
Terima kasih
90

Anda mungkin juga menyukai